Share

Bab 3. Akar Permasalahan

Author: C_heline
last update Last Updated: 2023-10-27 22:32:45

"Bagaimana kalau kita memperluas Mextech Grup dengan mengambil salah satu proyek yang sedang banyak ditawarkan? Mungkin saya rasa tidak akan merugikan kita dalam aspek mana pun."

"Tapi bukankah ada pihak ketiga yang akan ikut ambil alih dalam pengambilan proyek ini? Saya banyak membaca laporan dari beberapa dewan direksi, bahwa dana yang mereka tawarkan itu juga cukup fantastis. Apa sebaiknya kita tidak perlu gegabah? Juga proyek ini tidak terlalu dibutuhkan oleh Mextech G, hanya akan membuang-buang waktu menurut saya pribadi."

"Itu benar. Pihak ketiga itu berasal dari pasar-pasar yang sudah luas. Saya sedang tidak berniat menjangkau seberapa luas dan berpengaruhnya Mextech saat ini, hanya saja, grup-grup dari pihak ketiga itu bukan tanding untuk kita. Saya rasa, abaikan saja untuk yang ini. Bagaimana kalau kita fokus untuk membesarkan pasar dalam lokal saja? Seperti memperbanyak toko dan juga merekrut beberapa desainer terkenal untuk membentuk lagi brand-brand yang berkualitas."

Shama menatap lamat layar monitor didepannya sambil mengangguk-angguk samar menyimak pembicaraan rekan bisnisnya. Dalam kepalanya ada banyak ide untuk hal-hal baru, hanya saja mungkin sudah cukup sampai di sini untuk hari ini. Menurutnya membahas masalah yang berat seperti ini, lebih baik mendapati kepala-kepala yang segar.

"Baiklah, kali ini aku akan menurutimu," kata Shama pada rekannya yang baru saja mengungkapkan pendapat. "Kita sudahi rapat ini sampai di sini saja. Saya akan mengabari untuk pertemuan selanjutnya. Rapat boleh dibubarkan."

Ruangan pertemuan orang-orang penting itu akhirnya berangsur kosong. Kursi-kursi clinton mewah itu akhirnya kehilangan beban. Namun, Shama yang baru saja membubarkan rapat justru dia yang belum beranjak dari tempat. Masih ada yang mengganjal dalam kepalanya tentang pembicaraan yang mereka bahas tadi.

Bagi Shama, melebar dan meroketnya perusahaan yang dia pimpin adalah impian dan juga tujuannya. Akan sangat terbebani bagi kepalanya, jika dia menemukan satu pesaing saja yang bisa melebihi perusahaanya yang diberi nama Mextech Grup tersebut.

Saat banyak hal-hal yang sedang membakar kepala Shama, tiba-tiba saja getaran dari telepon genggamnya mengajak sepasang bola matanya untuk beralih. Benda pipih itu bergetar seolah bisa berjalan sendiri diatas meja. Shama segera meraih benda persegi tersebut, guna melihat siapa yang sedang menghubunginya.

'Ada pertemuan di Intext pukul delapan malam. Ajak Risyad, dan jangan lupa bahwa pertemuan ini penting untuk Mextech. Jadi pastikan kalian terlihat baik.'

Panggilan itu langsung saja terputus setelah ucapan dari sosok di seberang sana terlontar. Shama yakin, ini bukan tentang Mextech. Tujuan pertemuan ini pasti hanya untuk mendikte pernikahannya yang belum juga dikarunia anak dan ini sudah menjadi kebiasaan yang tak sudah-sudah. Dan Shama yakin, yang menyinggung soal ini masih saja ayah mertuanya, pemimpin Intext.

Intext properties adalah salah satu perusahaan pengembang properti yang berbasis di Dubai. Dan Intext juga sudah merupakan salah satu perusahaan real estate terbesar di dunia. Juga jangan lupa, kalau pemimpin Intext itu adalah mertuanya, alias ayah Risyad.

Shama segera melempar pelan ponsel ke atas meja. Suasana hatinya tiba-tiba saja menurun drastis. Baru saja dia akan menyibukkan diri dengan mencari siapa pihak ketiga yang hendak bersaing dengannya, justru kepalanya langsung dipecahkan oleh kabar pertemuan-pertemuan tidak penting yang baru saja diterimanya.

**

Dubai 27 April

Sepasang bola mata yang legam terlihat berbinar usai menyisir pemandangan kota yang baru saja bertemu tatapnya. Binar kekaguman begitu terpancar hingga membuat mulutnya ikut melebar. Bangunan pencakar langit yang tidak lagi asing di setiap jalan yang dilewati, menjadi salah satu wujud dari takjubnya.

"Gila, ini negara, Cok? Keren banget, anjai! Wuiii... gedung-gedungnya tinggi-tinggi bat, udah kayak harapan orangtua," gumam Andara mengekspresikan kekagumannya.

Risyad hanya bisa mendengar decak kagum Andara. Sepasang iris mata dengan goresan keemasan itu difokuskan pada layar ponsel yang sedari tadi bergetar. Ada panggilan masuk sudah lebih dari empat kali. Dilayar ponsel terpatri nama ayahnya yang Risyad simpan dengan nama 'Pimpinan'.

"Halo," ucap Risyad, akhirnya menjawab panggilan. "Ada apa, Ayah?"

"Di mana kau? Kenapa begitu lama hanya untuk menjawab telepon? Sesibuk itu sampai tidak sempat menjawab panggilan dari Ayah?" Suara bariton khas orang tua itu lolos ke dalam telinga Risyad.

"Aku sedang ada perjalanan bisnis kemarin. Pagi ini aku baru pulang. Aku sedang dalam perjalanan, Ayah. Maaf tadi aku tidak langsung menjawab panggilanmu. Ponselku masih mode diam," kilahnya, tidak ingin memperpanjang.

"Baiklah, kalau begitu. Ayah hanya ingin memberitahukan padamu kalau nanti malam ada pertemuan. Kau dan istrimu harus benar-benar datang. Ini bukan hanya pertemuan biasa. Ada banyak rekan-rekan sejawat Ayah yang akan hadir. Jadi Ayah minta, tolong menjadi pasangan yang baik malam nanti. Apa kau paham?"

Risyad memejamkan matanya sekilas, lalu mengiyakan sambil mengangguk walau sang ayah tidak akan bisa melihat itu.

"Baiklah, Ayah. Terimakasih sudah memberi tahuku. Aku akan datang bersama Shama," jawabnya, menyetujui.

"Drescode warna—”

"Wuii... ganteng banget, Cok! Bang, lima puluh satu kali main!"

Ucapan pimpinan Intext itu terhenti saat suara melengking Andara menginterupsi. Sama halnya dengan orang yang ada dibalik telepon, Risyad juga ikut dibuat kaget.

"Sedang ada di mana kau, Risyad? Siapa itu?" tanya sang Ayah.

"Ah ... itu suara dari ponsel, Ayah. Aku tidak sengaja mendengarkan akun-akun gosip. Maaf," kilah Ramon, memberikan alasan.

"Baiklah. Jangan lupa, nanti malam pakai drescode warna hitam. Ingat?"

"Baik, Ayah."

Begitu suara panggilan terputus, Risyad segera menarik ponsel dari daun telinga. Saat suara Risyad sudah tidak terdengar, detik itu juga Andara memutar kepala untuk menatap laki-laki itu.

"Udah boleh ngomong belum?" tanyanya. Risyad tadi sempat mengancam Andara untuk tidak bersuara.

"Diam dan jangan bertingkah! Saya sebenarnya jijik melihat perempuan yang menyukai perhatian kosong laki-laki. Benar-benar tidak tahu malu," cibirnya, pedas.

"Gilak ya. Lu makan pake apa sih? kenapa tiap lu ngomong berasa pedes banget kaya omongan tetangga," cerosos Andara. Tubuhnya kembali diposisikan ke arah sebelum, menghadap jalan.

"Kita akan langsung ke rumah saya. Sampai di sana, bersikaplah seperti apa yang sudah kita sepakati. Apa kau mengerti?" ingatkan Risyad lagi.

"Udah deh, lu diam aja. Udah kayak guru TK, ngingetin mulu. Gue yang engap dengernya, sumpah dah!" sahutnya malah sewot.

Risyad pun hanya bisa memutar bola matanya merasa jengah. Jika saja tidak ingin membuat sang istri menjadi miliknya, mungkin gadis dengan lidah liar itu sudah dihempas jauh olehnya. Tapi mau bagaimana? Risyad butuh Andara. Dan entah kenapa, Risyad sangat yakin kalau Andara mampu membuat Shama cemburu hingga jatuh cinta padanya. Walau pun saat ini Risyad sudah mulai terpengaruh kalau kehadiran Andara hanya akan menjadi petaka untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 45 . End

    Kabar kehamilan Shama sudah beredar luas bahkan sampai ke telinga sang suami. Risyad yang kala itu tengah berjuang sekuat tenaga, langsung saja dibuat gagal fokus karena tidak percaya atas kabar yang sudah beredar. Hendak berlari dari tempatnya, Risyad pun diberhentikan oleh kehadiran sang ayah yang sudah ada didepan mata. "Ayah, apa yang terjadi?""Mari sudahi kesepakatan yang kemarin. Kamu akan tetap menjadi pemenangnya, Risyad," ujar sang ayah. "Apa-apaan ini, Ayah? Aku tidak ingin berlalu curang. tolong jangan buat aku tidak mempercayai kalian lagi!" tekan Risyad."Apa yang kau maksud?" "Shama tidak hamil! Kalau pun dia hamil, yang jelas itu bukan anakku!" "Risyad!" "Apa, Ayah!" balas Risyad ikut berteriak. "Aku sudah sangat cukup sabar menghadapi kalian. Jangan coba-coba usik lagi kebahagiaanku, Ayah. Atau jika memang itu terjadi, maka aku akan meninggalkan mama keluarga ini!" Lukas terkekeh sumbang, tak percaya atas perkataan sang putra. "Apa katamu?" "Apa yang sudah Ayah

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 44

    Risyad pun mulai menjalani titah dari sang ayah. Bagaimana pun caranya, dia tidak boleh gagal dalam tugas ini. Risyad sudah sangat muak dengan kehidupannya yang kemarin. Itulah kenapa Risyad akan menempuh segala cara agar kesepakatan dengan ayahnya segera berakhir. Di sisi lain, Shama terus saja dibuat tidak tenang dengan segala perencanaan ayah mertuanya. Dia yakin pada kinerja Risyad, sangat tidak mungkin suaminya yang tidak dia inginkan itu kalah dalam pertarungan ini. Mengingat tentang latar belakang Risyad yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, mana mungkin semudah itu kalah. Tak punya pilihan lain, Shama pun mencari jalan lain untuk menggagalkan rencana suaminya. Dia memang tidak menginginkan Risyad, akan tetapi lebih tidak menginginkan jika dirinya gagal menjadi pemegang saham utama di perusahaan yang sudah dia kelola. Shama pun segera menghubungi lawan dari perusahaan yang akan bersaing dengan Risyad. Setalah sepakat bertemu, Shama pun buru-buru pergi dan siap membua

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 43. Penawaran

    Emosi, Shama pun melampiaskan amarahnya dengan mencampakkan ponsel sembarang arah. Tidak hanya Risyad, tapi laki-laki yang sempat stau ranjang dengannya kemarin pun ikut-ikutan membuatnya tersulut emosi yang kian membuncah. **Bagi Lukas, memiliki seorang penerus adalah hal yang sangat penting. Dan yang pastinya, seorang penerus itu harus lahir dari rahim yang memang mumpuni dalam hal apa pun juga tentunya dari latar belakang yang paling baik. Itulah kenapa Lukas memaksa Shama untuk tetap memberikannya seorang cucu, walau Lukas sekarang tahu kalau anaknya sudah mulai berpindah haluan. "Siapa gadis yang terus bersama Risyad? Ada hubungan apa mereka?" tanya Lukas pada salah satu ajudan yang baru dia panggil. "Sejauh ini kami hanya bisa memastikan kalau gadis itu hanya sebatas pelayan saja, Pak. Karena sejak kemarin, saya melihat kalau gadis itu di bawa ke mansion pribadi Tuan Lukas untuk dijadikan tukang bersih-bersih." "Kau yakin? Aku akan membekukan seluruh akses apa pun yang meny

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 42. Bucin

    Baru saja matahari menyambut, suara nyaring dari arah dapur sudah menyapa telinga Shama. Dia menyempatkan melirik jarum jam dan mendapati hari sudah pukul delapan pagi. Hendak kembali memejamkan mata, suara yang seperti gesekan benda berbahan stainless membuatnya tak tenang lagi untuk melanjutkan tidurnya. Shama segera bangun dan berjalan satu jurus ke arah dapur untuk melihat siapa agaknya yang sedang mengganggu tidurnya. "Kau masih bisa menunggu, kan? Aku akan selesai sebentar lagi." Suara bariton Risyad segera menghentikan langkahnya. Pria yang masih berstatus suaminya itu ternyata dalang di balik suara nyaring itu. Dia sedang sibuk memasak dan terlihat asyik bertukar dialog dengan orang yang dia ajak berbicara. Shama sedikit memiringkan kepalanya guna melihat siapa yang sedang berbicara dengan suaminya. Mendadak dengkusan kecil keluar dari bibirnya saat layar ponsel Risyad menampilkan gambar Andara yang rupanya tengah melakukan panggilan video. Tampak keduanya cukup bahagia te

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 41. Pertarungan Dimulai

    Risyad kembali aktif di perusahaan setelah sebelumnya dia terkesan acuh tak acuh. Seperti apa janji sang ayah, jika dia bisa mengambil proyek ibu kota, maka Lukas tidak boleh lagi mengurusi hidupnya. Itulah hal yang membuat Risyad bersemangat untuk melanjutkan hidupnya. Ada sebuah tekad yang muncul untuk bahagia yang diujung angan. Berbeda dengan Risyad, Shama justru sedang merasa berjalan di tepi jurang. Apa pun yang dia lihat hanyalah ancaman kematian. Seperti bom yang di atur, hanya tinggal menunggu waktu untuk meledak. Seperti itulah kira-kira keadaan Shama saat ini. Dia hanya tinggal menunggu waktu kapan Risyad akan membuangnya karena pria itu sudah mulai sadar akan keadaan.Shama melempar berkas perceraian guna meluapkan emosinya. Sedari tadi dia terus saja mondar-mandir hanya untuk menenangkan diri, berusaha menyakinkan dirinya kalau Risyad tetaplah mencintainya. Akan tetapi, satu detik keyakinan itu terus saja melayang kala mengingat lagi bagaimana kini perubahan suaminya itu

  • Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai    Bab 40. Kembalinya Risyad

    Perubahan Risyad benar-benar berpengaruh bukan hanya pada sikapnya, tapi juga pada kemampuan bisnisnya yang mulai kembali terlihat. Sikap karismatik yang kemarin sempat lenyap, kini kembali muncul. Sisi dingin dan terang-terangan menjadi 'harimau' musuh, mulai membuat jajaran petinggi Al Maktoum heran dan meneguk ludah."Saya tidak akan bersikap lembek lagi pada siapa pun. Pastikan proyek ini berpengaruh. Kalau tidak, buang saja. Membuang orang-orang yang tidak berguna lebih baik dari pada membuang waktu. Kalian mengerti?" tegas Risyad. Orang-orang yang mengikuti rapat mengangguk patuh. Sebelum menyudahi rapat tersebut, seseorang mengangkat tangan bertanya, "Bagaimana jika proyek ini gagal hanya karena latar belakang calon partner kita ini tidak terlalu baik?" "Kau di pecat! Tinggalkan Al Maktoum sekarang!" Alih-alih menjawab, Risyad justru memberhentikan pria itu. Sontak saja semua orang tercengang, kaget. Apalagi si pria berkacamata itu. Jantungnya serasa melompat dari tempat, ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status