Share

Tamu Cantik

Penulis: Nailin RA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 18:52:58

Dia melihat padaku, bangkit berdiri, tersenyum dan memberi salam dengan menundukkan kepalanya singkat. Kenapa ia bisa santai menghadapiku, sementara aku langsung panas dingin gara-gara kedatangannya. Apakah ia sedang meninjau istana yang akan jadi singgasananya? Seketika aku takut dan berharap semua yang ia lihat hanyalah keburukan, sehingga ia tak berhasrat merenggut apa pun dari kami.

Mengerahkan segenap kekuatan yang ada, kuingin tegar menghadapi apa pun sebagai konsekuensi tanggung jawabku sebagai istri, ibu, serta menantu yang membuat mertuaku bahagia di ujung menutup mata. Aku tak boleh lemah ataupun goyah, karena kebahagiaan anakku dipertaruhkan. Juga demi wasiat mertua agar aku bertahan menghadapi setiap cobaan.

“Maaf mbak, aku datang pagi-pagi sekali. Bisakah kita bicara sebentar? Ini penting,” pintanya dengan suara yang merdu mendayu.

Sekar Diandrasukma memiliki semua yang diinginkan seorang pria pada wanita. Bagaimana aku bisa mencegah Mas Danu berhenti mencintainya, jika wanita itu begitu memesona?

“Maaf kamu siapa dan mau bicara apa?” tanyaku pura-pura bodoh. Menantangnya untuk mengungkapkan jati dirinya sendiri.

“Aku Sekar mbak, teman Mas Danu. Ada hal penting yang sebaiknya aku sampaikan langsung kepada mbak, demi kebaikan mbak juga.”

Kebaikan apa? Tidak ada kebaikan jika itu ancaman! Apakah Mas Danu tahu kekasih gelapnya terang-terangan mengunjungi istri sahnya?

“Mbak bisa duduk dulu. Aku enggak enak ngomongnya kalau Mbak berdiri terpaku seperti itu.” Seolah dia tuan rumah yang berhak memerintah. Namun bodohnya, aku menurut. Perlahan-lahan mendekat dan duduk di sofa, di sampingnya. Lalu bisa kucium aroma bunga yang begitu harum dan memabukkan menguar dari tubuhnya. Aroma yang sama, yang melekat pada baju suamiku belakangan ini.

“Kenapa kamu datang kemari? Apa maksud kedatanganmu?” tanyaku dengan suara bergetar.

Tatapan prihatin ia berikan, seakan aku pengemis yang butuh sedekah darinya. Tidak! Aku tak boleh kalah sebelum berjuang. Wajah Mas Danu yang sangat kucintai membayang. Terlihat duduk di belakang wanita itu, lalu tangannya melingkar lembut di pinggang Sekar. Mereka seolah bersekutu untuk meminta restu dan menyuruhkan mundur tanpa perlawanan.

“Mbak tahu, Mas Danu berselingkuh di belakang Mbak Laras?”

Aku menggeleng. “Suamiku sangat baik pada kami, wajar banyak yang iri ingin memilikinya juga. Ia begitu perhatian dan penuh cinta. Malam-malam kami begitu indah dan sempurna. Kenapa kamu memfitnah Mas Danu-ku? Tak senangkah dirimu melihat orang lain bahagia?”

Sekar terperanjat mendengar penuturanku. Tak menyangka mendengar jawaban seperti itu. Aku ingin mematahkan keoptimisannya. Melumpuhkan rasa percaya dirinya. Meskipun aku tak bisa mengubah keputusan Mas Danu, namun aku bisa berikhtiar mengubah perasaan wanita itu terhadap suamiku.

“Tidak mungkin! Mbak berdusta!” elaknya sambil menggelengkan kepala dengan raut tak percaya.

“Kenapa tidak mungkin? Apa kamu tahu apa yang terjadi di dalam kamar pasangan suami istri? Jika memang Mas Danu tidak memiliki hubungan cinta yang baik denganku, mana mungkin buah hati kami lahir di tahun pertama pernikahan? Dan kami juga masih punya bayi yang belum genap 2 tahun. Mungkin sebentar lagi, aku akan melahirkan anak ketiganya. Karena Mas Danu ingin memiliki banyak anak dariku,” kataku berdusta untuk mencegah pencuri merampok habis harga diri ini.

Hilang harga diri istri jika seorang suami menceritakan betapa istrinya tak menarik hatinya. Bahwa istrinya tak bisa memuaskannya. Bahwa istrinya, wanita yang tak layak mendapatkan cintanya. Aku ingin mempertahankan harga diri, setidaknya di depan wanita yang tak punya malu, yang telah menjalin cinta dengan pria yang telah berkeluarga.

“Danu selalu bilang, ia tak mencintai istrinya. Selama ini Mbak hanya dimanfaatkan olehnya. Sejatinya ia telah memiliki kekasih sejak kuliah. Hingga sekarang, Danu masih berhubungan dengan orang tersebut. Mbak telah terdaya pada cinta palsunya.”

“Kenapa kamu menyebut nama suamiku seperti itu. Suaramu terdengar marah."

"Aku tak suka melihat pria mempermainkan hati wanita!"

'Siapa yang hendak kau bela? Aku? Atau kepentinganmu? Sandiwara apa yang hendak kau bangun? Padahal engkau sendiri yang tengah menginjak-injak martabat pernikahan. Kau bertamu bak malaikat, padahal telah berbuat jahat.' Umpatku dalam hati.

"Percayalah, Mas Danu telah berselingkuh. Mbak bisa mencari buktinya," ulangnya untuk mempengaruhiku.

"Kamu bisa bilang begitu pasti karena sudah punya buktinya kan? Jangan-jangan kamu punya hubungan terlarang dengan suamiku? Ah, tak mungkin seorang cantik nan anggun, serta terlihat cerdas seperti Mbak mau berzina dengan suami orang bukan?” tanyaku untuk menyudutkannya.

Aku yakin dia tak akan mengakui perbuatan hina yang setaraf dengan perbuatan pelacur. Di saat banyak pria lajang yang rela mengantre untuk melamarnya, untuk apa ia justru merendahkan diri menjadi pelacur cinta?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Berhati Baja   WBB 122

    “Usahamu ‘kan masih bisa berjalan dengan baik, Mas. Dulu, Mas tak mau bekerja di perusahaan Bapak. Memilih berdikari di atas kaki sendiri. Mengapa sekarang harus mengandalkan harta Bapak untuk sukses?”“Dulu aku punya Sekar yang membantuku memenangkan banyak tender. Dia pintar melobi orang. Sekarang aku sering tak beruntung.”Hatiku retak mendengar jawabannya. Mengapa harus mengungkit jasa wanita itu dalam hidupnya. Itu seperti menyindirku yang tak bisa melakukan apa-apa untuk membantunya, kecuali berdoa.“Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu cemburu dengan ceritaku. Aku hanya ....”“Sudahlah, Mas. Tak perlu kaujelaskan. Semua terang bagiku. Dia adalah batu berlian, sementara aku batu kerikil.”“Bukan begitu ... bukan begitu maksudku. Maafkan aku salah bicara. Seharusnya tak kusebut-sebut namanya saat bersamamu.”Senyum tipis kuberikan. Sekadar menenangkan. Sekalipun aku tak tenang, merasa tak berguna sebagai pasangannya.Dia memandangku dengan tatapan yang aneh. Tatapan yang m

  • Wanita Berhati Baja   WBB 121

    Ini cinta yang berat, juga rumit. Di sisi hati, aku benci. Di sisi lain begitu mencintai. Di satu waktu, aku ragu. Di lain waktu, begitu menggebu. Adakah aku akan tetap berdiri di sisinya sekuat baja?___Kugandeng tangan Mas Danu. Membawanya menjauh dari rubah betina itu. Namun, kaki suamiku seolah terpaku. Tak bergerak dari tempatnya berdiri. Mungkinkah, dia jatuh cinta lagi?Mas Danu melepas pegangan tanganku, berjalan mengejar wanita itu, lalu memegang tangan Sekar hingga wanita itu berbalik. Menatapnya dengan pandangan penuh kebahagiaan. Ia menang. Sekali lagi ... dia menang dan menempatkan diriku sebagai pecundang. Rasa sakit melihat itu, membunuhku. Aku tak mampu bertahan lagi dengan siksa batin ini.Sekar langsung bergerak hendak memeluk Mas Danu, hingga aku tak sanggup memandang dan memilih memejamkan mata. Terkatup bersama bulir kristal bening yang merembes, membasahi pipi.“Jangan! Hubungan kita sudah berakhir.” Suara Mas Danu terdengar jelas. Segera kubuka mata untuk melih

  • Wanita Berhati Baja   WBB 120

    Biarlah yang lalu terbawa angin, agar yang sekarang bisa hidup dengan tenang, tanpa beban, ataupun penyesalan.___“Siapa, Mas?”Masih bergeming. Mas Danu mendadak beku. Tak dihiraukannya lagi ponsel yang terjatuh ke lantai. Apalagi menjawab pertanyaanku.Kuputuskan menghampiri dan menggoyang tubuhnya. Ia pun tersentak kaget. Kedua tangannya mencengkeram tubuhku erat.“Kamu tidak akan percaya ini, Laras. Dia ....”Aku melihatnya kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi?Apakah ini tentang Caca? Mas Danu tak tahu bahwa aku sudah memegang separuh rahasia Bapak.“Pemilik rumah ini adalah ....” Mas Danu sulit sekali berkata-kata. Mengusap wajahnya berulang-ulang. Lalu memegang dadanya dengan pandangan nanar. Siapa?“Dia ... Sekar.” Lirih suaranya, tapi dahsyat akibatnya.“Sekar, Mas?” Tanganku mencengkeram sisi meja agar tidak jatuh pingsan. Dia, wanita itu kembali setelah sekian lama. Tak mungkin rumah ini menarik baginya. Pasti ada hal lain yang hendak dia rebut dariku. Mas Danu.Kugele

  • Wanita Berhati Baja   WBB 119

    Aku pernah menentang niat baik istriku yang hendak menjadikan kamu menantu. Keberadaanmu menyiksaku. Namun, kamu tahu apa yang dikatakan istriku? Dia bilang, “Justru aku harus berada di dekatnya, sebab jalan takdir kalian tak akan jadi serumit ini jika malam itu aku tidak menemuimu.”Di situ aku terenyak. Menyadari istriku sengaja datang. Dia membaca surat-suratku untuk ibumu. Ia bilang, “Aku jatuh cinta padamu, lewat kata yang kau untai untuk sahabatku.” Jadi dia sengaja datang ke tempat seharusnya aku bertemu ibumu. Dia ingin menghiburku. Tanpa tahu aku sudah memilih alkohol untuk menemaniku.Dia merasa, dirinya yang membuat hidup kita berantakan. Pernahkah kamu melihat cinta sebodoh itu? Cobalah bercermin. Karena cinta yang bodoh itu, juga pernah kamu rasakan untuk anakku. Juga pernah kurasakan pada ibumu. Juga pernah dirasakan Danu pada Sekar. Hampir dari kita semua, pernah menjadi bodoh karena cinta. Merasa cinta adalah segalanya. Padahal, itu hanya ilusi. Hanya sebuah perasaan y

  • Wanita Berhati Baja   WBB 118

    “Sebaiknya kita kembali ke rumah kita, Mas. Di sini banyak duka yang membayang.” Setelah Mas Danu pulih sempurna, aku segera mengajukan keinginan yang lama terpendam. Rasanya tak betah terus berada di rumah ini. Penuh foto Bapak yang membuatku muak.“Duka itu ada di hati, terbawa ke mana pun kita pergi.” Ia duduk di balkon favoritnya untuk membaca koran. Secangkir wedang jahe—kesukaan Bapak—tersaji. Padahal, dulu Mas Danu tak suka minum wedang jahe. Ia lebih suka minum teh atau kopi. Semakin hari, ia semakin mirip dengan Bapak mertuaku itu. Mungkinkah ini hanya bayanganku saja?“Aku sudah menghubungi pihak bank. Rumah ini masuk daftar lelang. Jadi, bukan sehari dua hari ini terjadi. Semua sudah dijalankan diam-diam sejak lama oleh Caca. Aku akan merebut kembali semua milikku.” Dingin dalam suara itu membuatku kembali teringat almarhum Bapak. Akankah suamiku berubah menjadi pria ambisius yang mencintai bisnis dibanding keluarga?“Tak bisakah Mas relakan? Kita masih punya banyak hal ber

  • Wanita Berhati Baja   WBB 117

    Kuambil tisu dan menyeka beberapa keringat di wajahnya. Padahal AC mobil menyala, tapi bisa-bisanya ia berkeringat.“Jangan pikirkan hal-hal berat dulu, Mas. Kamu baru keluar dari rumah sakit. Sebaiknya kita pulang dan istirahat. Apa gunanya banyak harta jika tubuh sakit?”Dia diam, tak bersuara. Masih memijat kepalanya dengan wajah meringis menahan sakit. Segera kupasangkan seatbelt ke tubuhnya dan menyetir pulang.Meski dipaksa beristirahat, Mas Danu tetap gelisah dalam tidurnya. Ini memang tak mudah bagi kami. Tiba-tiba saja, kemewahan yang kami nikmati selama ini direnggut paksa. Bagai penduduk pribumi yang didepak kompeni. Kami tertipu oleh serigala berbulu domba.“Tidak, Bapak ... Bapak ... kembali. Kembalilah! Jangan pergi!” Mas Danu mengigau dalam tidurnya. Kusentuh keningnya, panas. Dia kembali demam. Kepanikan melanda diriku yang bingung harus bagaimana dalam situasi semacam ini. Suamiku yang kuharapkan bisa berdiri tegak, justru berulang kali jatuh sakit. Masalah bertubi-tu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status