"Di sini kamu rupanya, Talitha!" Pria bertubuh gemulai itu melangkah perlahan mendekati mereka, sambil melenggak-lenggokan pinggangnya. Melihat kedatangan Marimar, Naila mengulas senyum lebar. Sedangkan Shakira, raut ketakutan terukir jelas di wajahny. Berharap Marimar tak mendengarkan pertengkaran mereka tadi. Marimar salah satu orang yang sangat susah didekati dan bisa saja membuat namanya tercoreng. Terlebih lagi untuk penilaian kegiatan Marimar salah satu jurinya. "Miss Marimar, mengapa anda ada di sini?" tanya Shakira sembari melirik temannya sejenak. Marimar melirik-lirik Naila dan Shakira bergantian."Aku mau menolong Talitha, katanya ada seseorang yang menguncinya di toilet, jadi aku ke sini, apa kamu yang menguncinya?" tanya Marimar, masih dengan sorot mata dingin.Shakira menggeleng cepat. "Tidak, Miss. Untuk apa aku menguncinya, aku tadi menolong Talitha, benarkan Talitha?"Shakira menoleh ke arah Naila dan memberi kode untuk mengiyakan ucapannya.'Wanita ini benar-benar
Beberapa hari kemudian. Bergeser ke bagian Indonesia bagian Timur, tepatnya di Labuan Bajo, tempat di mana sepetak surga berdentang, membuat mata setiap orang yang memandang akan berdecak kagum sejenak. Di pulau kecil ini terdapat gunung dan hamparan bukit-bukit kecil. Sebelum pergi ke Milan, panorama indah ini akan menjadi tempat kegiatan para model untuk beberapa hari ke depan. Para model, tim instruktur, dan pihak penyelenggara acara telah tiba di resort yang diperuntukkan untuk para model menjalani masa karantina.Naila tak berhenti berdecak kagum, melihat bukit-bukit kecil luas membentang di hadapannya sekarang, melalui jendela kamar. Ia dan Anna baru saja masuk ke dalam kamar. Ruangan seluas 4 x 6 ini akan menjadi tempat mereka berlindung. Di sisi kanan dan kiri terdapat dua tempat tidur saling berhadapan. "Indahnya," ucap Naila tanpa mengalihkan pandangan mata. "Iya, baguskan. Oh ya ampun baru saja sampai kita akan pemotretan sebentar lagi!"Sementara Anna tengah berbaring
"Ali." Dengan sekuat tenaga Naila mendorong dada bidang Ali. Gurat kepanikan tergambar jelas di wajahnya kala Jackson memanggil namanya berulang kali sekarang. Berbeda dengan Ali, tenang dan santai. Pria itu malah menaikkan retsleting Naila yang masih terbuka lebar tadi. Kini gaun itu sudah tertutup dengan sempurna. "Al, aku mohon pergilah sekarang ke sana," ucap Naila sambil matanya celingak-celinguk ke arah tenda sisi kanan. Raut wajah Ali berubah drastis, menjadi dingin. "Mengapa aku harus pergi?" "Astaga, Ali. Kalau Jackson melihatmu di sini, pasti akan menjadi tanda tanya besar. Aku mohon, Al. Pergi ya." Naila semakin gusar lantas berusaha menuntun Ali untuk keluar ke sisi kiri. Namun, Ali menahan tangan Naila. "Aku mohon Al, kegiatan baru saja dimulai, aku tak mau membuat masalah," ucap Naila lagi. "Talitha, aku masuk ya." Suara Jackson kembali terdengar di luar. Ali menyerah. Dengkusan kesal keluar dari hidung mancungnya seketika. "Sebaiknya kamu keluar, jangan sampai dia
"Ya, tidak apa-apa, Anna." Naila tersadar jika tubuhnya dan Jackson saling menempel saat ini. Dengan tergesa-gesa ia memundurkan langkah kaki kemudian melempar senyum kaku pada Jackson. "Baguslah, aku benar-benar minta maaf." Anna tampak salah tingkah sebab Jackson masih menatap tajam ke arahnya sekarang. Naila mengangguk pelan.Jackson mendengkus kesal. Kedatangan Anna membuat suasana hatinya buruk seketika. Suasana mendadak hening, Naila dan Anna saling memandang satu sama lain sekarang. Keduanya tampak salah tingkah karena Jackson malah melirik-lirik ke arah mereka, dengan raut wajah masam. Anna semakin salah tingkah kala melihat mimik muka Jackson seakan tak menyukai kehadirannya. Dia melempar tatapan penuh tanda tanya pada Naila, penasaran, apa yang membuat Jackson marah padanya. Namun, Naila tak memberi jawaban. Dia malah tersenyum lebar hingga menampilkan gigi putihnya."Oh ya, aku hampir saja lupa, sekarang giliran kamu untuk pemotretan, Talitha." Anna baru saja teringat t
Tak ada sahutan, ekspresi Jackson tak dapat terbaca sama sekali saat ini. Ali semakin mencengkeram kerah kemeja Jackson."Apa kamu mendengarkan aku hah?!" teriak Ali hingga Roni memusatkan perhatian ke arah Ali dan Jackson. Sedari tadi Roni disuruh Ali, memeriksa kesiapan acara fashion show untuk nanti malam di i-pad. "Haha!" Suara tawa Jackson tiba-tiba berkumandang di sekitar. Sebuah tawa yang membuat rahang Ali semakin mengeras. Apalagi kini Jackson telah berhasil menyentak kasar tangannya. Kali ini giliran Jackson yang mencengkram kerah kemeja Ali. Atmosfer semakin terasa panas dan mencekam. Kedua pria yang mempunyai watak sama, saling menatap tajam satu sama lain. "Sepertinya kamu suka sekali membuat cerita, Ali. Jelas-jelas nama istrimu Naila Taleetha, kamu pikir aku tidak mencari informasi tentang desas-desus kamu yang sudah memiliki istri! Dasar laki-laki bajingan! Berani sekali kamu mempermainkan perasaan Talitha!" seru Jackson dengan mata melotot keluar.Ali tersenyum s
Musik berhenti tiba-tiba, berganti dengan suara riuh terdengar di sekitar. Para penonton, juri dan para model melebarkan mata, melihat Naila yang hampir saja terjatuh ditolong oleh Ali barusan. Beberapa detik sebelumnya, Ali merasa ada yang janggal pada Naila. Karena saat keluar dari tirai Naila dalam keadaan baik-baik saja. Namun, sepertinya pakaian yang digunakan Naila membuatnya kesulitan berjalan. Lantas tanpa pikir panjang Ali mengerakkan kaki mendekati panggung dan menangkap tubuh Naila."Nai, kamu tak apa-apa, 'kan?" tanya Ali.Naila membuka mata kala mendengar suara Ali di sekitar. Dia pikir akan terjatuh tadi. Namun, Ali menolongnya dengan menggendongnya seperti bridal style. Perhatian Naila tiba-tiba teralihkan saat mendengar suara bisik-bisik orang di sekitar, yang menggunjingnya dan Ali. Sementara itu di lain sisi, seorang wanita berambut pendek mengepalkan kedua tangannya. Shakira dan beberapa model lainnya pun tampak syok. Mereka mulai bergosip yang tidak-tidak tentan
Jedar!Hujan semakin mengalir deras dari atas sana dan kilatan menyambar-nyambar satu sama lain, menciptakan sebuah percikan aliran yang mampu membuat para manusia memekik ketakutan. Begitulah keadaan di dalam tenda di sebelah kanan lapangan pacuan kuda. Para model berteriak histeris sambil menutup telinga masing-masing. Seorang pria bertubuh lumayan kekar berlarian keluar dari tenda tiba-tiba. Ketika melihat tuannya tengah bersiap-siap menunggangi kuda di depan sana. "Tuan Jackson anda mau kemana?" tanya sekretaris Jackson, bernama Marco. Dalam keadaan gusar, Jackson menoleh ke bawah. "Aku harus pergi mencari wanitaku.""Tidak! Anda tidak boleh pergi! Besok saja mencari model itu, apa anda tidak melihat sekarang hujan deras!" Marco langsung berdiri di hadapan kuda dan membentangkan kedua tangannya.Jackson mulai tersulut emosi. Rahangnya mulai mengeras. "Diam! Apa hakmu hah! Minggir, aku mau pergi!" pekiknya, menggelegar. "Aku memiliki hak penuh atas apa yang akan anda lakukan sel
Dengan tangan terkepal erat, Jackson menatap dingin Ali. Meski dia tahu Naila adalah istri Ali. Namun, dia tak peduli. Pria itu berniat merebut Naila dari Ali."Tuan, hentikanlah, biarkan Tuan Ali lewat, kasihan Talitha, sepertinya dia membutuhkan pertolongan." Marco menarik kuat tangan Jackson hingga Jackson mundur beberapa langkah. Jackson terdiam sesaat. Ali berdecak kesal kemudian. "Ck!" Saat melihat ada celah dia pun melewati Jackson begitu saja hendak membawa Naila ke rumah sakit. Roni bergegas mengekori tuannya dari belakang sambil sesekali melirik-lirik Marco. Rahang Jackson mengendur perlahan saat melihat wajah pucat Naila barusan. Tanpa pikir panjang ia mengikuti langkah kaki Ali ingin mengetahui keadaan Naila. Sedangkan para model melemparkan pandangan satu sama lain dan mulai berkomentar. "Astaga, apa kalian dengar tadi, Tuan Ali mengatakan Talitha miliknya?" tanya salah satu model berkulit sawo matang sambil mengedarkan pandangan ke arah teman-temannya. "Iya, Tuan Al