Compartilhar

BAB 7

last update Última atualização: 2025-06-19 16:02:15

Aroma gosong masakan menyadarkan Aryana dari pikiriannya. Bergegas Aryana pergi ke dapur dan mematikan kompor. Ikan yang dimasaknya sudah setengah gosong.

“Ya Tuhan, tolong kuatkan aku menghadapi sikap Mas Albert,” monolog Aryana lirih.

Karena ikan yang dimasaknya tidak layak dimakan, Aryana pun memasak ikan baru.

Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Aryana pergi ke kamar Albert, memanggil pria itu untuk makan malam.

Dari balik pintu, Aryana dapat mendengar samar-samar suara tawa Narana, sesekali terdengar suara tawa Albert. Hati Aryana semakin hancur. Sejak menikah, Albert tidak pernah tertawa saat bersamanya. Jangankan tertawa, tersenyum pun tidak. Kalaupun Albert bersikap hangat kepadanya, itu hanya di hadapan publik dan Alvonso. Saat mereka hanya berdua, Albert bersikap dingin kepadanya.

Tidak ingin mendengar tawa Narana yang semakin menyakiti hatinya, Aryana memberanikan diri mengetuk pintu kamar Albert.

“Mas, makan malam sudah siap,” ucap Aryana dengan sedikit keras, takut Albert tidak mendengar suaranya.

Beberapa lama menunggu, tidak ada sahutan dari Albert. Aryana pun kembali mengetuk pintu, tapi sebelum dia mengetuk, pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Albert yang kini wajahnya berseri, tidak marah seperti sebelumnya.

Albert menatap Aryana sekilas sebelum meninggalkan kamar dengan menggandeng tangan Narana menuju meja makan.

“Aryana, ayo kita makan!” seru Narana kala melihat Aryana masih berdiam diri di depan kamar Albert.

Aryana mengikuti dengan hati hancur.

Saat di meja makan, Aryana hanya bisa terdiam saat Narana lebih dulu melayani Albert.

Narana dan Albert bersenda gurau di sela-sela makan mereka, mengabaikan Aryana. Aryana beberapa kali berdeham untuk menarik perhatian kedua orang itu, tapi mereka tetap bertindak seolah-olah dirinya tidak ada di sana.

“Sayang, malam ini aku menginap di sini, ya? Boleh, kan?” tanya Narana dengan nada manja.

“Ya tentu saja boleh dong, Sayang,” jawab Albert dengan santainya, bahkan senyum lebar menghiasi wajah pria itu.

Narana menoleh ke arah Aryana yang sejak tadi hanya diam saja karena tidak dihiraukan oleh mereka berdua.

“Aryana, kamu tidak keberatan, kan, kalau aku menginap di sini?”

Aryana ingin menolak, tapi saat melihat Albert yang menatapnya tajam, membuat Aryana hanya bisa mengiakan permintaan Narana. “Ya, aku tidak keberatan.”

“Terima kasih, Aryana,” ucap Narana dengan senyum lebar.

Mereka kembali melanjutkan makan dan mengabaikan Aryana.

Aryana hanya bisa menahan sakit hatinya melihat betapa lembutnya Albert saat berbicara dengan Narana. Tatapan mata Albert pun terlihat begitu penuh kasih dan sayang, berbeda saat menatap dirinya, di mana pria itu selalu memasang wajah datar dan tatapan tajam.

Usai makan malam, Albert langsung membawa Narana meninggalkan meja makan menuju ke kamarnya.

“Mas, kamu kenapa membawanya masuk ke kamarmu?” tanya Aryana yang sudah tidak sanggup melihat sikap suaminya di luar batas. “Kalau Narana ingin menginap, dia bisa tidur bersamaku. Walaupun dia pacarmu, tapi tidak pantas kalau dia tidur bersamamu, Mas.”

Albert dan Narana menatap Aryana dengan sorot mata yang berbeda. Narana menatap Aryana dengan alis terangkat tinggi, sementara Albert menatap tajam Aryana karena menganggap Aryana terlalu ikut campur urusan pribadinya.

“Sayang, apa perlu kita memberi tahu dia mengenai hubungan kita yang sebenarnya?” tanya Narana. “Aku takut dia akan semakin salah paham dengan kita. Aku tidak mau dituduh merebutmu darinya. Apalagi sampai ada rumor itu menyebar ke publik.”

Aryana tertegun mendengar ucapan Narana. Kenapa Narana berkata seperti itu? Bukankah sudah jelas jika mereka berdua berpacaran dan Narana merupakan orang ketiga dalam rumah tangganya bersama Albert? Meskipun Albert dan Narana sudah berpacaran, tetapi statusnya sebagai istri Albert lebih tinggi dibandingkan Narana yang hanya sekadar pacar Albert.

“Tidak sekarang, Sayang. Aku takut dia akan mengadu pada Kakek, dan aku takut itu bisa merusak rencana kita. Aku harap kamu bersabar, ya?” Albert menggenggam tangan Narana untuk menenangkan wanita itu, lalu Albert menatap tajam Aryana.

“Dan kamu!” Albert menunjuk Aryana tepat di wajah. Matanya mendelik marah. “Sudah kukatakan untuk tidak pernah ikut campur urusan pribadiku. Kalau kamu masih berani ikut campur urusan pribadiku lagi, aku benar-benar tidak akan segan memberimu pelajaran. Ingat itu baik-baik.”

Setelah mengatakan itu, Albert membawa Narana menuju kamar.

Aryana hanya bisa memegangi dadanya yang tiba-tiba sesak. Air mata menetes tanpa bisa dibendung. Aryana tidak tahu kenapa Albert bersikap kejam kepadanya. Apakah pernikahan mereka ini tidak ada artinya di mata Albert?

Dan apa tadi? Rencana?

Sebenarnya apa yang Albert dan Narana rencanakan?

Mungkinkah Albert menikahinya hanya untuk mendapatkan harta warisan Alvonso? Apakah dirinya adalah syarat dari Alvonso supaya Albert bisa mendapatkan harta warisan itu dengan cara menikahinya?

Memikirkan hal itu, mendadak dada Aryana semakin sakit. Bahkan dirinya kesulitan bernapas.

‘Ya Tuhan, tolong beri aku kekuatan menghadapi ini semua,’ doa Aryana dalam hati.

Dengan langkah pelan Aryana kembali ke kamarnya. Sepanjang malam dirinya menangis tanpa suara di atas tempat tidur. Membayangkan penderitaan apa lagi yang akan Albert berikan kepadanya.

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 7

    Aroma gosong masakan menyadarkan Aryana dari pikiriannya. Bergegas Aryana pergi ke dapur dan mematikan kompor. Ikan yang dimasaknya sudah setengah gosong.“Ya Tuhan, tolong kuatkan aku menghadapi sikap Mas Albert,” monolog Aryana lirih.Karena ikan yang dimasaknya tidak layak dimakan, Aryana pun memasak ikan baru.Setelah semua hidangan tersaji di meja makan, Aryana pergi ke kamar Albert, memanggil pria itu untuk makan malam.Dari balik pintu, Aryana dapat mendengar samar-samar suara tawa Narana, sesekali terdengar suara tawa Albert. Hati Aryana semakin hancur. Sejak menikah, Albert tidak pernah tertawa saat bersamanya. Jangankan tertawa, tersenyum pun tidak. Kalaupun Albert bersikap hangat kepadanya, itu hanya di hadapan publik dan Alvonso. Saat mereka hanya berdua, Albert bersikap dingin kepadanya.Tidak ingin mendengar tawa Narana yang semakin menyakiti hatinya, Aryana memberanikan diri mengetuk pintu kamar Albert.“Mas, makan malam sudah siap,” ucap Aryana dengan sedikit keras, ta

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 6

    Seharian Albert menghabiskan waktu bersama Narana, melepas rasa rindu. Seminggu tinggal di kediaman Handaryana membuat Albert tidak bisa bebas menemui Narana. Dia hanya bisa melepas rindu dengan kekasihnya melalui panggilan video.Namun, saat pulang, Albert tidak sengaja melihat Aryana dan Argandara memasuki restoran di dekat apartemennya. Dia geram, bukan karena dia cemburu, tapi karena Aryana berani mengabaikan perintahnya untuk tidak menemui Argandara.Albert sengaja menunggu kepulangan mereka. Cukup lama dia menunggu, tapi Aryana tidak kunjung pulang. Bahkan matahari pun sudah digantikan malam. Akhirnya Albert memutuskan untuk menyusul dan menyeret Aryana pulang. Namun, saat membuka pintu, dia dikejutkan dengan keduanya yang sudah berdiri di depan pintu.“Akhirnya kalian pulang juga,” ucap Albert, suaranya dingin. “Kamu, berani-beraninya keluar dengan laki-laki lain tanpa seizinku?”“Maaf, Mas.” Aryana berkata pelan, kepalanya menunduk. “Tadi aku lapar, tapi tidak ada persediaam m

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 5

    Narana menatap Albert. Dengan nada manja dia berkata lebih dulu sebelum Albert menjawab pertanyaan Aryana, “Tidak apa-apa, kan, kalau aku memberi tahu dia tentang hubungan kita, Sayang?”Albert menatap Narana dengan senyum lebar. Tatapan mata Albert penuh cinta. “Tidak apa-apa, Sayang. Justru bagus kalau dia tahu hubungan kita.”Hati Aryana sakit melihat sikap Albert yang sangat berbeda kepada Narana. Ditambah kata-kata pria itu, semakin membuat hati Aryana hancur berkeping-keping.Air mata menggenang di mata Aryana. Tanpa kata, dia meninggalkan tempat itu, menuju kamarnya. Dalam kamar, Aryana kembali menumpahkan air matanya. Dipukulinya dadanya yang terasa sesak, seolah-olah ada batu besar yang menghimpit dadanya, membuat Aryana sulit bernapas.Narana menatap kepergian Aryana dengan senyum miring.“Sepertinya istrimu marah pada kita,” ucap Narana, tangannya dia kalungkan ke leher Albert. Dengan sedikit mendongak dia menatap wajah tampan Albert. “Apa kamu lihat air mata yang menggenan

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 4

    Albert sangat bahagia saat Aryana memberi tahu bahwa Alvonso mengizinkan mereka tinggal di rumah sendiri. Pria itu langsung membawa Aryana meninggalkan kediaman Handaryana keesokan harinya.Albert membawa Aryana ke apartemennya. Tidak sampai dua puluh menit, mereka tiba di apartemen.“Karena kita tidak di kediaman Handaryana, kita akan tidur terpisah,” ucap Albert begitu mereka memasuki apartemen.Albert berhenti di depan kamarnya, lalu dia menunjuk ke pintu kamar yang berdampingan dengan kamarnya. “Kamu tidur di kamar itu.”Aryana menelan kembali kata-kata yang hendak dikeluarkan saat Albert memasuki kamarnya sendiri, lalu menutup pintu kamar dengan kasar. Untuk beberapa saat Aryana menatap kamar Albert dengan tatapan sayu sebelum masuk ke kamar yang akan ditempatinya.Di dalam kamar, Aryana menangis tersedu-sedu. Melampiaskan rasa sesak yang menghimpit dadanya. Kebahagiaan yang Aryana harapkan usai pernikahan hanyalah sebuah angan.Albert mengetuk pintu kamar Aryana. “Aryana, kita p

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 3

    Selama tinggal di kediaman utama Handaryana, Albert memperlakukan Aryana begitu hangat. Setiap kata yang dia lontarkan begitu lembut. Tentu saja semua itu hanya Albert lakukan saat di hadapan Alvonso atau di depan publik. Namun, saat hanya ada mereka berdua, Albert kembali bersikap dingin kepada Aryana.Aryana tidak memiliki siapa-siapa lagi selain kakek neneknya dan keluarga pamannya, sehingga dia hanya memendam semua yang dialaminya seorang diri. Setiap malam, Aryana hanya bisa mengadu kepada Tuhan dengan linangan air mata.“Kakek, aku ingin mengajak Aryana pindah,” ucap Albert tiba-tiba kepada sang kakek.Alvonso menghentikan gerakan tangannya yang hendak menyuap makanan ke mulut. Begitu juga dengan Aryana yang terkejut, sebab Albert tidak mengatakan apa-apa kepadanya.Alvonso menatap tajam Albert. “Kenapa?” tanyanya dengan suara berat, ketidaksukaan terdengar jelas pada nada bicaranya.“Aku ingin hidup mandiri bersama Aryana, Kek.”“Benarkah? Kamu ingin mengajak Aryana pindah dari

  • Wanita Kesayangan Sang Pewaris Pengganti   BAB 2

    Aryana buru-buru mendekati Albert. Sebelum Aryana bisa menyentuhnya, Albert melangkah mundur, menghindari Aryana.“Mas, kamu salah paham. Aku tidak ada maksud apa-apa.” Aryana dengan cepat menjelaskan kepada Albert, agar suaminya itu tidak salah paham kepadanya. “Aku juga tidak bermaksud mempermalukan ataupun membuat masalah. Malam tadi aku lapar dan makan di luar, kebetulan aku bertemu Arga di rumah makan.”“Alasan!” Albert tidak percaya.Saat Albert terlelap di kamar kekasihnya, dia menerima pesan dari salah satu temannya yang masih menginap di hotel tempat Albert mengadakan pesta pernikahan, dan kebetulan malam tadi temannya keluar untuk mencari angin segar sekaligus makan malam, dan temannya itu tidak sengaja melihat Aryana dan Argandara makan bersama. Mereka terlihat bahagia saat makan bersama. Karena itulah Albert tidak mempercayai ucapan Aryana. Albert lebih memilih percaya dengan apa yang dikatakan oleh temannya. Albert yakin temannya tidak akan berbohong.“Aku mengatakan yang

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status