Wanita Lain di Ranjang Suamiku (16)"Kok, kamu diam, Anjani? Kenapa, sih kamu harus kek, gitu? Nggak kasihan sama Chika?""Ngomong apa, sih kamu? Dengar, ya Mega, aku nggak selingkuh dan gak ada bawa kabur uang hasil penjualan rumahku sama laki-laki lain. Yang selingkuh itu Mas Rendy. Dia selingkuh sama janda sebelah rumahku. Kamu tau? Mereka kump*l ke*o, Ga. Makanya aku jual rumah itu karena nggak mau kena sialnya.""Ya, Allah, ah, masa, sih? Kok, aku gak pernah dengar beritanya?""Ya, iyalah, aku nggak ada bilang siapa-siapa. Aku milih diam dan pergi setelah rumahku laku. Tapi malah difitnah yang enggak-enggak." Aku berujar dengan kesal. Kesabaran ini benar-benar diuji. Semoga setelah ini, aku naik kelas.Emosi yang aku rasakan membuat kepalaku pening. Setelah Chika pulang sekolah, aku harus meluruskan berita tak benar tentangku. Enak saja aku yang dihakimi, sementara pelaku sebenarnya bebas tertawa haha hihi.Mega seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Keningnya berkerut dan matan
Wanita Lain di Ranjang Suamiku (15)Aku sedikit kepayahan menyejajarkan diri dengan Mas Harris yang berjalan sangat cepat. Kesalahpahaman ini harus diluruskan. Aku tiada maksud untuk membuatnya kecewa. Sungguh."Mas Harris!" Lagi, aku berteriak memanggil Mas Harris yang sudah sampai di dekat mobilnya."Kamu mau apa Anjani? Saya harus pergi sekarang.""Dengarkan saya dulu, saya belum selesai bicara.""Percakapan kita terlalu panjang, Anjani. Toh, ujung-ujungnya kamu tetap memilih hidup dengan suami kamu itu. Itu, nggak salah, sih. Karena semua keputusan ada pada dirimu sendiri.""Mas, kamu salah paham. Saya belum selesai bicara. Tolonglah dengarkan dulu.""Untuk apa saya dengar jika nantinya malah menyakiti diri saya? Kamu nggak perlu cari segudang alasan untuk menolak saya, Anjani.""Mas, maksudnya bukan seperti itu. Saya—""Anjani!" Belum usai aku menyelesaikan masalah dengan Mas Harris, biang masalah terbesar dalam hidupku malah muncul.Entah dari mana orang itu. Aneh, karena dia se
Wanita Lain di Ranjang Suamiku (14)Pak Harris sigap mengambilkan air putih yang tersedia di meja kami. Kemudian dia memintaku untuk segera meminumnya. Wajahnya terlihat sekali cemas."Kamu nggak apa-apa?" tanyanya setelah aku menenggak air di gelas hingga tandas.Aku mengangguk. "Saya, nggak apa-apa, kok. Makasi udah bantuin saya."Kini Pak Harris yang tersenyum. Entah apa yang dia pikirkan. Aku kuat-kuatkan hati ini menatapnya meski sebenarnya malu."Yuk, makan. Ini enak banget, lho. Makan ini mengingatkan saya sama almarhumah mama saya. Dulu beliau paling sering bikin soto."Aku menangkap kesedihan di wajah Pak Harris. Sepertinya dia sedang merindukan sosok ibu. Sama seperti diri ini. Memang, merindukan orang yang telah berpulang rasanya teramat menyakitkan."Oh, iya, tadi kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"Bisa-bisanya Pak Harris menanyakan hal itu. Mau aku jawab apa?"Ah ... nggak penting. Nggak perlu dibahas.""Masa, sih? Apa jangan-jangan kamu beneran sedang jatuh cinta?""Eng
Wanita Lain di Ranjang Suamiku (13)"Anjani, saya mau kamu—""Tolong jangan berpikir saya akan menuruti kemauan Anda, Bapak Harris Atmaja Hadiwinata! Anda pikir saya akan manut gitu aja setelah Bapak menolong saya? Dengar, ya! Saya bukan perempuan murahan seperti yang Anda pikirkan! Secepatnya saya akan kembalikan uang Anda. Beri saya waktu satu bulan." Aku memotong cepat ucapan Pak Harris. Entah kenapa aku sangat yakin pria itu menginginkan tubuh ini. Bren*sek!Pak Harris terlihat bengong. Keningnya tampak berkerut. Hmm ... wajahnya saja seperti orang bod*h, tapi otaknya kotor. Ternyata dia sama seperti Mas Rendy dan orang-orang jahat tadi. Apa semua pria isi kepalanya hanya seputar selang**ngan? Menjijikkan!"Kamu ini ngomong apa, sih? Kok, kamu jadi marah-marah?""Jadi, saya harus ketawa dan pasrah gitu aja? No, Bapak Harris! Anda memang berjasa dalam hidup saya, tapi bukan berarti Anda bisa seenaknya sekarang." Aku berharap dengan berkata tegas seperti ini, Pak Harris tidak memand
Wanita Lain di Ranjang Suamiku (12)Aku dijadikan taruhan main ju*i? Innalilahi! Tega sekali Mas Rendy? Sudah tidak menafkahi, aku diselingkuhi, dan sekarang, dijadikan taruhan. Ya Allah ... pria itu benar-benar sudah hilang naluri manusiawi."Bawa dia!" perintah orang berlogat Batak pada kedua anak buahnya.Jantungku berdetak kencang mendengar kata-kata orang itu. Bagaimana jika Pak Harris tidak bisa melindungi aku dan Chika? Aku tak mau sampai dibawa orang-orang jahat itu."Berani nyentuh Anjani, saya patahkan tangan kalian!" Pak Harris menggertak dua orang berbadan besar yang hendak maju mendekati aku."Bunda ... Chika takut." Chika yang sejak tadi menggenggam tanganku semakin meremas jemari ini."Kamu tenang, ya, Sayang. Om pasti akan jagain kalian." Pak Harris berbicara tanpa menoleh ke arah Chika. Matanya fokus pada lawan di hadapan."Dia milikku! Minggir!" bentak pria berlogat Batak. Suaranya menggelegar meski tubuhnya tak sebesar kedua anak buahnya.Lantaran sangat ketakutan,
Wanita Lain di Ranjang Suamiku (11)Dijadikan Taruhan Tamu-tamu tak diundang itu masih terus menggedor-gedor pintu rumahku. Membuat degup jantung ini tidak beraturan. Sungguh aku takut menghadapi mereka. Terlebih sekarang sudah jam sebelas malam."Keluar kau Anjani! Kami tau kau di dalam!" Kali ini orang yang berbeda memanggilku. Dari logatnya seperti orang Batak. Sebenarnya siapa orang-orang itu? Kenapa mendatangi aku malam-malam begini? Apa maunya?"Bunda ... itu siapa? Kok, mereka panggil-panggil Bunda?" Chika menghampiri aku yang saat ini sedang berada di ruang tamu. Sepertinya dia terbangun karena suara berisik orang-orang itu.Aku buru-buru meminta Chika diam. Aku tak mau tamu-tamu itu mendengar suara kami. Karena aku yakin kalau mereka pasti punya niat buruk."Sayang ... kita ke kamar lagi, ya," bisikku pada Chika. Aku kemudian menggandeng tangan bocah itu menuju kamar. Dalam hati berharap orang-orang itu segera pergi karena tidak mungkin, kan mereka berani mendobrak pintu rum