Share

Wanita Panggilan & CEO Duda
Wanita Panggilan & CEO Duda
Penulis: Deschya.77

Anak Kecil

#Terhalang Status

"Mami, hari ini jadwal aku libur ya?" Tanyaku kepada seorang wanita yang sedang duduk di sofa sambil melihat handphonenya.

"Mami janji kan kasih aku libur sehari?" Tanyaku lagi dengan nada membujuk.

"Baiklah, terserah kamu. Tapi kamu tahu kan kedua bodyguard Mami akan mengawasi kamu?" Wanita itu bertanya untuk memastikan dan dengan nada sedikit mengancam.

"Gak masalah, yang penting Mami ijinin aku libur nanti malam juga." aku berusaha membujuknya dengan tatapan yang merayu.

"Tapi walaupun libur kamu harus tetap datang oke? Mami udah banyak menolak tawaran, kamu tahu?" Mami menjawabnya dengan nada enggan yang sangat terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Siap Mam, makasih Mami." kataku sambil memeluknya yang berusaha bersikap manis lalu pergi meninggalkan wanita itu.

Wanita tadi bukanlah ibu kandungku meskipun aku memanggilnya Mami, ya walau ibu kandungku tidak terlalu jauh berbeda dengannya. Tapi setidaknya dia membiarkan aku tinggal dan bisa menjalani hidupku disini, meski aku harus bekerja sebagai gantinya.

Aku bekerja di sebuah rumah bordil atau bisa dikatakan aku seorang wanita panggilan, dan wanita yang aku panggil Mami itu adalah pemilik tempat bordir tempat aku bekerja Ini. Walaupun aku bersikap manis kepadanya, namun itu hanya pengalihan agar dia percaya padaku. Aku sedang mengumpulkan upaya untuk menghancurkannya. Dendamku kepadanya dan orang-orang yang telah membuangku, tidak akan pernah aku lupakan.

Dari sekian lama aku bekerja, sangat sulit untukku mendapatkan hari libur. Mami akan terus memaksaku melayani pelanggannya, kecuali ketika aku sedang sakit atau ketika penyakitku kambuh. Dan hari inilah aku akhirnya mendapat ijin untuk memanjakan diri dan bersenang-senang walaupun harus diikuti oleh bodyguard suruhan Mami.

Mami memberiku bodyguard bukan karena ingin melindungiku, akan tetapi karena dulu aku pernah mencoba untuk kabur. Usahaku dulu hampir berhasil sebelum seseorang menggagalkannya yang membuatku sangat membencinya dan tidak ingin mengingatnya lagi.

Aku berencana untuk pergi ke salon yang ada di Mall terbesar di kota itu untuk memanjakan badanku yang sudah sangat penat. Sahabatku Lina merekomendasikan tempat itu untukku, karena dia sudah sering diberikan libur oleh Mami dan tahu tempat-tempat terbaik disekitar sana. Kini aku telah memakai dress dengan panjang selutut berwarna peach, dan merias wajahku dengan tipis. Persiapanku telah selesai, aku memastikan kembali penampilanku yang terpantul dari cermin.

Aku pun pergi menggunakan mobil Mami, sambil di sopiri oleh bodyguard yang akan memantauku untuk hari ini. Sesampainya di Mall, aku segera mencari salon yang aku tuju dan memulai semua treatment yang mereka sediakan. Sangat menyenangkan hidup bebas seperti ini, aku akan lebih berusaha untuk menghancurkan rumah bordil itu agar aku bisa bebas terus seperti ini.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati semua proses treatment itu, perutku yang kosong terus berdemo meminta makan. Aku pun mencari sebuah restoran yang akan membuatku tergoda untuk mencicipinya. Namun ketika berjalan aku melihat seorang anak laki-laki yang menangis kebingungan mencari papanya, namun dia terlihat enggan didekati oleh orang-orang yang ingin membantunya.

Aku mendekatinya perlahan dan mengeluarkan permen yang biasa aku simpan di tas. Anak itu sedikit takut ketika aku dekati, namun aku mencoba tersenyum kepadanya dan itu sedikit membuatnya tenang.

"Adik kecil kenapa menangis?" Tanyaku lembut.

"Huhuhuhu.. p-p-pa-pa-ku h-h-hilang t-tante." jawab anak kecil itu sesenggukan.

"Sudah, anak laki-laki tidak boleh menangis dong." rayuku.

"Ini Tante punya permen." tawarku sambil menyodorkan permen tadi.

"T-tapi p-p-papa-ku m-melarang-ku untuk m-menerima se-suatu dari o-orang yang be-lum di-kenal." jawab anak itu polos dan masih sesenggukan.

"Nama Tante Daisy, nama kamu siapa?" tanyaku sambil tersenyum menenangkan.

"Je-sen Tante." jawabnya sudah mulai sedikit tenang.

"Sekarang kita sudah kenal kan? Berarti sudah gak masalah dong kamu terima permen ini. Tenang ini permen aman, Tante gak akan nyakitin kamu. Kalau kamu tidak mau biar buat Tante aja ya." godaku sambil membuka bungkus permen itu.

Anak itu langsung merebut permen yang pura-pura akan aku makan. Sungguh lucu anak ini, sangat menggemaskan. Selama ini belum pernah aku berinteraksi dengan anak kecil. Ternyata semenyenangkan ini bisa merayu anak kecil, yang terlihat sangat jujur dan polos. Setelah itu aku membantunya berkeliling untuk mencari papanya, kami mengobrol disepanjang perjalanan. Perutku kembali berdemo, kulihat Jesen juga sudah kelelahan karena kita mencari sudah setengah jam lebih.

Akupun mengajak Jesen ke bagian informasi untuk melaporkan anak hilang. Dan mengatakan kalau kami akan menunggu Papanya, kami pun menunggunya di restoran seberang meja informasi itu berada.

Kami berdua memesan makanan yang lumayan banyak karena lapar dan lelah. Kita makan dan mengobrol dengan asyik, karena kepolosan Jesen yang membuatku menjadi sering tertawa. Jesen sering menceritakan papanya yang galak menurutnya, tapi tidak menceritakan tentang mamanya sekalipun. Aku sedikit penasaran dan menanyakan kepada Jesen secara perlahan agar dia terpancing untuk menceritakannya.

"Jesen dari tadi kamu cerita tentang papa, bagaimana dengan mama kamu?"

"Emmmm..." Dia terlihat ragu untuk menjawab. "Jesen tidak punya Mama Tante." jawabnya sedih dengan kepala yang tertunduk.

"Maafin Tante ya, Tante gak bermaksud membuat Jesen sedih." jawabku sedikit tidak enak melihatnya menjadi murung.

"Gak apa-apa kok Tante. Kata Papa, mamanya Jesen ninggalin Jesen dari kecil. Tandanya mama tidak sayang Jesen, jadi Jesen tidak boleh sedih karena masih punya papa yang sayang sama Jesen." jawab Jesen panjang lebar.

Jawabannya itu membuatku merasa sangat bersalah, karena sudah menanyakannya.

"Bener kok kata Papa Jesen. Masih banyak yang sayang sama Jesen, jadi Jesen harus jadi anak yang kuat dan bahagia. Mamanya Jesen pasti nyesel sudah ninggalin anak yang hebat seperti Jesen." kataku menenangkannya.

Jesen menjawab dengan anggukan, dia terlihat sangat tegar dibandingkan diriku. Aku pun mencari topik lain agar Jesen lupa dengan Mamanya, dan kami pun kembali bercanda dan tertawa bersama membahas berbagai hal. Sangat disayangkan Mamanya meninggalkan anak yang lucu dan menggemaskan seperti Jesen, aku jadi teringat orang tuaku sendiri yang sudah menjualku. Jesen kembali bercerita tentang Papa nya yang terkadang galak kepadanya, jadi Jesen jarang berbicara berdua dengan Papanya. Selama ini dia juga tidak terlalu dekat dengan Papanya, karena kesibukan Papanya bekerja sampai malam.

"Waktu itu sempat Jesen makan Snack malem-malem, papa langsung melotot kayak gini Tante sambil marah-marah." kata Jesen polos sambil memperagakan matanya yang melotot.

Aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar celotehan anak kecil di depanku ini.

Akupun seketika merasa sangat bahagia dan merasa bebas walaupun dua bodyguard itu masih selalu mengikuti. Ini jauh lebih baik dari pada aku pergi entah kemana, lebih baik aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan celotehan polos anak kecil ini yang membuat dadaku lega karena tertawa.

Tak terasa makanan yang kami berdua pesan tadi sudah kandas tidak bersisa. kami terlalu banyak bercerita hingga tidak sadar makanan yang sangat banyak tadi habis hanya dalam waktu sepuluh menit.

Kami berdua berlomba memamerkan perut kami yang membuncit karena kekenyangan, melihat timbunan makanan di dalam perut kami membuat kami tertawa terbahak-bahak. Aku merasakan kecocokan diantara kami, padahal baru sebentar kami kenal satu sama lain.

Jesen anak yang sangat dewasa dibanding usianya, mendengar ceritanya Aku menjadi malu dengan diriku sendiri dalam menyikapi segala hal. Jesen mengelus tanganku seperti mengerti apa yang sedang aku pikirkan, dia menghiburku bak orang dewasa yang membuatku sangat nyaman ketika bersamanya.

Semua kesenangan itu berhenti ketika aku melihat Jesen yang kaget ketika melihat ke arah belakang dari arah tempatku duduk, kemudian ekspresi senang kembali terpancar dari raut wajahnya.

"Papaaaa....!" teriak Jesen sambil berlari ke arah orang itu.

bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Deschya.77
boleh kak sama kayak nama pena ya
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status