Share

Wanita Panggilan & CEO Duda
Wanita Panggilan & CEO Duda
Penulis: Deschya.77

Anak Kecil

Penulis: Deschya.77
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 09:13:33

#Terhalang Status

"Mami, hari ini jadwal aku libur ya?" Tanyaku kepada seorang wanita yang sedang duduk di sofa sambil melihat handphonenya.

"Mami janji kan kasih aku libur sehari?" Tanyaku lagi dengan nada membujuk.

"Baiklah, terserah kamu. Tapi kamu tahu kan kedua bodyguard Mami akan mengawasi kamu?" Wanita itu bertanya untuk memastikan dan dengan nada sedikit mengancam.

"Gak masalah, yang penting Mami ijinin aku libur nanti malam juga." aku berusaha membujuknya dengan tatapan yang merayu.

"Tapi walaupun libur kamu harus tetap datang oke? Mami udah banyak menolak tawaran, kamu tahu?" Mami menjawabnya dengan nada enggan yang sangat terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Siap Mam, makasih Mami." kataku sambil memeluknya yang berusaha bersikap manis lalu pergi meninggalkan wanita itu.

Wanita tadi bukanlah ibu kandungku meskipun aku memanggilnya Mami, ya walau ibu kandungku tidak terlalu jauh berbeda dengannya. Tapi setidaknya dia membiarkan aku tinggal dan bisa menjalani hidupku disini, meski aku harus bekerja sebagai gantinya.

Aku bekerja di sebuah rumah bordil atau bisa dikatakan aku seorang wanita panggilan, dan wanita yang aku panggil Mami itu adalah pemilik tempat bordir tempat aku bekerja Ini. Walaupun aku bersikap manis kepadanya, namun itu hanya pengalihan agar dia percaya padaku. Aku sedang mengumpulkan upaya untuk menghancurkannya. Dendamku kepadanya dan orang-orang yang telah membuangku, tidak akan pernah aku lupakan.

Dari sekian lama aku bekerja, sangat sulit untukku mendapatkan hari libur. Mami akan terus memaksaku melayani pelanggannya, kecuali ketika aku sedang sakit atau ketika penyakitku kambuh. Dan hari inilah aku akhirnya mendapat ijin untuk memanjakan diri dan bersenang-senang walaupun harus diikuti oleh bodyguard suruhan Mami.

Mami memberiku bodyguard bukan karena ingin melindungiku, akan tetapi karena dulu aku pernah mencoba untuk kabur. Usahaku dulu hampir berhasil sebelum seseorang menggagalkannya yang membuatku sangat membencinya dan tidak ingin mengingatnya lagi.

Aku berencana untuk pergi ke salon yang ada di Mall terbesar di kota itu untuk memanjakan badanku yang sudah sangat penat. Sahabatku Lina merekomendasikan tempat itu untukku, karena dia sudah sering diberikan libur oleh Mami dan tahu tempat-tempat terbaik disekitar sana. Kini aku telah memakai dress dengan panjang selutut berwarna peach, dan merias wajahku dengan tipis. Persiapanku telah selesai, aku memastikan kembali penampilanku yang terpantul dari cermin.

Aku pun pergi menggunakan mobil Mami, sambil di sopiri oleh bodyguard yang akan memantauku untuk hari ini. Sesampainya di Mall, aku segera mencari salon yang aku tuju dan memulai semua treatment yang mereka sediakan. Sangat menyenangkan hidup bebas seperti ini, aku akan lebih berusaha untuk menghancurkan rumah bordil itu agar aku bisa bebas terus seperti ini.

Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menikmati semua proses treatment itu, perutku yang kosong terus berdemo meminta makan. Aku pun mencari sebuah restoran yang akan membuatku tergoda untuk mencicipinya. Namun ketika berjalan aku melihat seorang anak laki-laki yang menangis kebingungan mencari papanya, namun dia terlihat enggan didekati oleh orang-orang yang ingin membantunya.

Aku mendekatinya perlahan dan mengeluarkan permen yang biasa aku simpan di tas. Anak itu sedikit takut ketika aku dekati, namun aku mencoba tersenyum kepadanya dan itu sedikit membuatnya tenang.

"Adik kecil kenapa menangis?" Tanyaku lembut.

"Huhuhuhu.. p-p-pa-pa-ku h-h-hilang t-tante." jawab anak kecil itu sesenggukan.

"Sudah, anak laki-laki tidak boleh menangis dong." rayuku.

"Ini Tante punya permen." tawarku sambil menyodorkan permen tadi.

"T-tapi p-p-papa-ku m-melarang-ku untuk m-menerima se-suatu dari o-orang yang be-lum di-kenal." jawab anak itu polos dan masih sesenggukan.

"Nama Tante Daisy, nama kamu siapa?" tanyaku sambil tersenyum menenangkan.

"Je-sen Tante." jawabnya sudah mulai sedikit tenang.

"Sekarang kita sudah kenal kan? Berarti sudah gak masalah dong kamu terima permen ini. Tenang ini permen aman, Tante gak akan nyakitin kamu. Kalau kamu tidak mau biar buat Tante aja ya." godaku sambil membuka bungkus permen itu.

Anak itu langsung merebut permen yang pura-pura akan aku makan. Sungguh lucu anak ini, sangat menggemaskan. Selama ini belum pernah aku berinteraksi dengan anak kecil. Ternyata semenyenangkan ini bisa merayu anak kecil, yang terlihat sangat jujur dan polos. Setelah itu aku membantunya berkeliling untuk mencari papanya, kami mengobrol disepanjang perjalanan. Perutku kembali berdemo, kulihat Jesen juga sudah kelelahan karena kita mencari sudah setengah jam lebih.

Akupun mengajak Jesen ke bagian informasi untuk melaporkan anak hilang. Dan mengatakan kalau kami akan menunggu Papanya, kami pun menunggunya di restoran seberang meja informasi itu berada.

Kami berdua memesan makanan yang lumayan banyak karena lapar dan lelah. Kita makan dan mengobrol dengan asyik, karena kepolosan Jesen yang membuatku menjadi sering tertawa. Jesen sering menceritakan papanya yang galak menurutnya, tapi tidak menceritakan tentang mamanya sekalipun. Aku sedikit penasaran dan menanyakan kepada Jesen secara perlahan agar dia terpancing untuk menceritakannya.

"Jesen dari tadi kamu cerita tentang papa, bagaimana dengan mama kamu?"

"Emmmm..." Dia terlihat ragu untuk menjawab. "Jesen tidak punya Mama Tante." jawabnya sedih dengan kepala yang tertunduk.

"Maafin Tante ya, Tante gak bermaksud membuat Jesen sedih." jawabku sedikit tidak enak melihatnya menjadi murung.

"Gak apa-apa kok Tante. Kata Papa, mamanya Jesen ninggalin Jesen dari kecil. Tandanya mama tidak sayang Jesen, jadi Jesen tidak boleh sedih karena masih punya papa yang sayang sama Jesen." jawab Jesen panjang lebar.

Jawabannya itu membuatku merasa sangat bersalah, karena sudah menanyakannya.

"Bener kok kata Papa Jesen. Masih banyak yang sayang sama Jesen, jadi Jesen harus jadi anak yang kuat dan bahagia. Mamanya Jesen pasti nyesel sudah ninggalin anak yang hebat seperti Jesen." kataku menenangkannya.

Jesen menjawab dengan anggukan, dia terlihat sangat tegar dibandingkan diriku. Aku pun mencari topik lain agar Jesen lupa dengan Mamanya, dan kami pun kembali bercanda dan tertawa bersama membahas berbagai hal. Sangat disayangkan Mamanya meninggalkan anak yang lucu dan menggemaskan seperti Jesen, aku jadi teringat orang tuaku sendiri yang sudah menjualku. Jesen kembali bercerita tentang Papa nya yang terkadang galak kepadanya, jadi Jesen jarang berbicara berdua dengan Papanya. Selama ini dia juga tidak terlalu dekat dengan Papanya, karena kesibukan Papanya bekerja sampai malam.

"Waktu itu sempat Jesen makan Snack malem-malem, papa langsung melotot kayak gini Tante sambil marah-marah." kata Jesen polos sambil memperagakan matanya yang melotot.

Aku tertawa terpingkal-pingkal mendengar celotehan anak kecil di depanku ini.

Akupun seketika merasa sangat bahagia dan merasa bebas walaupun dua bodyguard itu masih selalu mengikuti. Ini jauh lebih baik dari pada aku pergi entah kemana, lebih baik aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan celotehan polos anak kecil ini yang membuat dadaku lega karena tertawa.

Tak terasa makanan yang kami berdua pesan tadi sudah kandas tidak bersisa. kami terlalu banyak bercerita hingga tidak sadar makanan yang sangat banyak tadi habis hanya dalam waktu sepuluh menit.

Kami berdua berlomba memamerkan perut kami yang membuncit karena kekenyangan, melihat timbunan makanan di dalam perut kami membuat kami tertawa terbahak-bahak. Aku merasakan kecocokan diantara kami, padahal baru sebentar kami kenal satu sama lain.

Jesen anak yang sangat dewasa dibanding usianya, mendengar ceritanya Aku menjadi malu dengan diriku sendiri dalam menyikapi segala hal. Jesen mengelus tanganku seperti mengerti apa yang sedang aku pikirkan, dia menghiburku bak orang dewasa yang membuatku sangat nyaman ketika bersamanya.

Semua kesenangan itu berhenti ketika aku melihat Jesen yang kaget ketika melihat ke arah belakang dari arah tempatku duduk, kemudian ekspresi senang kembali terpancar dari raut wajahnya.

"Papaaaa....!" teriak Jesen sambil berlari ke arah orang itu.

bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Kejutan Membahagiakan (The End)

    Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Rumah Baru

    Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Setelah Pernikahan

    Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Jesen Anak Baik

    Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pernikahan Kami

    Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja

  • Wanita Panggilan & CEO Duda   Pesta Piyama

    Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status