Share

Bab 90

"Terus sekarang kita gimana, Mas?" Tanyaku ketika kami sudah berada di mobil.

"Pulang, Mey. Memang mau kemana lagi? Nyari perempuan itu?" Sinis Mas Rahman.

"Ya mungkin kamu kasihan sama Reza, terus mau bantu nyari emaknya," sahutku nylekit.

Mas Rahman dari dulu nggak pernah mau diajak membahas mantan ibu tirinya itu, padahal dulu sempat mendukung pernikahannya dengan Abah.

"Ngapain, bukan urusanku," ketusnya.

"Ya udah, kita pulang aja," pungkasku akhirnya.

Kalau Mas Rahman dalam mode ketus gini, nggak usah diajak ngomong apalagi debat. Sumpah hanya bikin sakit hati, apalagi kalau topiknya adalah Bu Naya. Wes, mending diem, diem, diem. Titik.

Suasana di mobil jadi hening, hanya suara dari radio meramaikan suasana. Mas Rahman fokus nyetir, sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Keheningan masih terus mengisi perjalanan kami, hingga ponsel mendadak berisik.

Sebelum mengangkat telfon, aku menoleh ke arah Mas Rahman. Laki-laki itu fokus menatap ke depan, sama sekali tak terpe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status