Share

Tarik ulur keinginan

Rombongan pelayan yang sejak awal sudah menerima perintah dari Marisa saling berpandangan. Mereka seolah ragu karena semua orang tahu selama ini Marisa yang berkuasa di rumah besar tersebut

"Aku tidak menyuruh kalian menolak perintah ibuku tetapi, sekarang kalian harus ingat bahwa di rumah ini sudah ada perempuan lain yang bisa memiliki kekuasaan tersebut,” ujar Alex tegas.

“Sekarang pergilah dan lakukan yang aku perintahkan. Tidak ada alasan lagi kecuali kalian memang sudah tidak berminat kerja disini,” kata Alex.

“Mereka pasti patuh pada perintahmu tetapi tidak pada perempuan manja yang kau jadikan sebagai istrimu.”

Suara perempuan terdengar dari belakang Alex dan Helena menyela perintah Alex.

Tidak perlu berbalik untuk melihat siapa yang baru saja bicara karena Alex sangat mengenal suara ibunya.

“Memang sudah selayaknya. Bagaimanapun penilaian Mama, Helena adalah istriku dan aku tidak mau keberadaannya di rumah ini diabaikan,” cetus Alex.

Tidak ada tawaran kompromi karena Alex bukan pria yang terbiasa menimbang setiap keputusannya membuat Marisa semakin tidak suka dengan perempuan yang berdiri menempel pada putranya.

Alex mengerutkan alisnya karena tidak ada seorangpun pelayan yang membantah ucapan Marisa saat ibunya menyuruh mereka bubar tanpa mengikuti perintah Alex.

“Sayang sekali Mama sudah menunjukkan bagaimana pesuruh melawan perintah majikannya,” sindir Alex.

Tanpa permisi, Alex berbalik membawa Helena dalam gandengannya menuju pintu keluar.

“Mau kemana!” tegur Marisa.

“Pergi. Aku akan menginap di hotel dan akan mengurus pembagian rumah ini. Mama pasti tahu bahwa rumah ini adalah milikku dan bebas bagiku untuk menjualnya,” sahut Alex mengejutkan.

Bukan saja Marisa yang terkejut tetapi juga Helena yang tidak mengira bisa mendengar rencana seperti itu dari mulut suaminya, pria yang merupakan seniornya.

“Alex, bukankah tindakanmu sangat keterlaluan?” bisik Helena.

“Tidak akan keterlaluan kalau Mama bisa menempatkan diri,” sahut Alex menolak bujukan.

“Mama sudah mendengar ucapanku dan aku memberikan kebebasan pada Mama mau tinggal dimana setelah aku menjual rumah ini,” kata Alex memberikan peringatan.

“Kau tidak bisa mengusir mama begiti saja, Alex. Mama adalah perempuan yang sudah melahirkanmu!” bantah Marisa dengan mata melotot.

“Memag tetapi bukan berarti Mama bebas memperlakukan istriku seperti keinginan Mama,” balas Alex.

Ibu dan anak saling memberikan tantangan membuat Helena tidak nyaman.

“Bagaimana kalau kita tinggal di dalam kamarmu saja. Kau masih punya kamar di rumah ini, kan?” tanya Helena berusaha membujuk.

“Tentu saja tetapi, bukan kamarku yang akan kita tempat sebagai suami istri,” sahut Alex.

“Apa salahnya? Bukankah di dalam kamar tersebut suasananya lebih terbangun? Apakah kau tidak menyukai suasana tersebut?” tanya Helena dengan matanya yang mengirim isyarat penuh janji.

Alex tahu tetapi belum puas rasanya apabila Marisa menang dengan mudah apalagi dengan menghasut pelayan agar tidak mematuhi perintahnya.

“Ayo, aku sudah lelah dan juga tidak mau keluar dari rumah ini. Apa kau tega membiarkanku lelah?” bujuk Helena.

Alex menatap Helena dan ia tersenyum begitu melihat kedipan mata Helena yang penuh arti.

“Aku tidak pernah berniat mengusir Mama tetapi aku juga tidak suka dengan sikap Mama yang seperti itu,” kata Devan pada Marisa.

“Aku sengaja membawa Helena ke rumah ini karena berharap Mama bisa mengajarkan Helena menjadi istri yang pantas,” beritahu Alex saat ia tidak mendapat tanggapoan dari Marisa.

“Tetapi, kalau memang Mama tidak bisa melakukannya, aku akan membayar guru kepribadian agar Helena bisa bertindak sesuai dengan keinginan Mama,” ucap Alex sebelum ia memutuskan pergi.

Alex memutuskan menginap di hotel sementara pelayan pribadinya merapikan kamar yang selama ini ia tempati. Tidak ada alasan lain karena ia tidak akan membiarkan Helena dikucilkan apalagi dengan alasan karena Marisa tidak menyukainya.

Langkah kaki mereka baru saja melewati pintu ketika Marisa memanggil nama Alex dan mencegahnya pergi.

“Mama akan menerima kehadiran Helena di rumah ini asalkan ia bersedia patuh pada semua perintah Mama,” seru Marisa.

“Bagiku patuh bukan pilihan yang tepat apalagi harus bersedia pada semuanya. Helena istriku, bukan budak Mama,” jawab Alex tanpa berbalik.

“Kau tidak masuk akal, Alex. Bukankah kau tadi menyuruh Mama mengajarkannya menjadi istri yang pantas,” balas Marisa keras kepala.

“Mengajarkan dengan bersedia ikut perintah mempunyai arti yang berbeda,” dengus Alex.

“Alex … apakah selama ini kau selalu membantah perintah mamamu?” sela Helena.

Alex menggeleng membuat Helena tersenyum. “Dengan kata lain, yang kau lakukan sekarang ini adalah pengaruh buruk yang aku timbulkan.”

“Beda, Helena. Aku melakukannya karena prasangka buruk mama padamu,” jelas Alex.

“Bagiku sama. Aku harap kau mengijinkan mama memberikan ilmunya padaku. Kau tidak ingin semua orang memberikan julukan padaku sebagai perempuan manja tanpa aturan, kan?” bujuk Helena.

“Aku tidak bermasalah dengan semua itu. Aku sudah mengenalmu dan aku tidak pernah bosan menjadi pelindungmu,” sahut Alex.

“Kalian sama-sama keras kepala dan aku tidak mengerti bagaimana bisa aku menjadi istrimu yang penurut,” keluh Helena tersenyum.

Alex tersenyum walaupun hatinya masih jengkel. Sudah berapa lama ia kenal Helena? Sudah sangat lama tepatnya saat Helena masih berumur 7 tahun dan usianya sendiri sudah 13 tahun.

Helena yang dikenal Alex adalah bocah manja dan selalu mencari gara-gara dan ia adalah pembela sekaligus pelindungnya saat bocah perempuan itu menghadapi hukuman yang diberikan oleh ayahnya.

Helena, bocah perempuan yang selalu mencari perhatian karena ayahnya begitu sibuk dengan lahan perkebunannya sementara ibunya sudah tiada. Helena kecil lebih banyak tinggal bersama neneknya di rumah yang letaknya berdekatan dengan rumah Alex.

“Heh, apa yang kau pikirkan?” tanya Helena menyenggol lengan Alex.

“Kau. Aku bersyukur karena kau bersedia menerima lamaranku. Aku tidak mengira setelah dewasa kau berubah menjadi perempuan yang cukup bijak,” papar Alex tertawa.

“Bukan bijak tetapi, aku lebih memilih tidak ada perdebatan apalagi dilakukan oleh ibu dan anak. Kau pasti lupa dengan keinginanku saat menerima lamaranmu,” ucap Helena pelan.

“Keinginan? Memangnya kau mengajukan syarat pada saat aku melamarmu?” cetus Alex penasaran.

“Bukan syarat melainkan keinginan bisa memiliki seorang ibu yang bisa mengajarkan aku menjadi perempuan terhormat dan bisa bertutur kata layaknya perempuan terhorma,” jawab Helena malu.

“Aku mengerti tetapi aku tidak mau mama tahu keinginanmu tersebut,” pesan Alex.

“Kenapa?”

“Karena mama akan menjadikannya senjata untuk menekanmu. Tidak ada yang boleh menekan apalagi memaksamu di rumah suamimu sendiri,” jawab Devan.

“Aku yakin tidak ada yang berani melakukannya. Mereka semua tahu siapa dirimu, Alex,” ucap Helena yakin.

Keyakinan Helena dan keinginannya diaku oleh ibu mertuanya membuat ia lupa bahwa ia seharusnya mengingat pesan yang selalu diucapkan Alex setiap kali ia pergi keluar negeri untuk urusan bisnis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status