Iris mata Evelyn tampak bergetar menatap Zach. Kepalanya menggeleng, “Kau bercanda, ‘kan?” Ia harap ... jawabannya adalah, ‘Iya.’Satu tangan Zach meraup pipi Evelyn, lalu sebuah kecupan mendarat di bibirnya. Hal itu sudah cukup menjawab pertanyaan Evelyn.Evelyn berusaha menolak, menggelengkan kepala berulang kali, mencoba mundur. Namun, Zach mencengkeram pinggang Evelyn, menekan pipinya kuat-kuat, sehingga tidak ada lagi ruang bagi Evelyn untuk melawan.Zach melepas tautan bibir mereka, membawa tubuh ramping Evelyn ke sisi kasur. Berada di atas tubuh Evelyn, mengurung pergerakannya dengan kedua lengan kekar dan berotot.Satu detik, dua detik, tiga detik .... Bola mata mereka saling bertemu, bertegur sapa, hingga terkesan menyiratkan kekaguman, seperti dua orang asing yang telah terjebak dalam kisah cinta pada pandangan pertama.Karena tidak tahan menatap mata Zach lama-lama, Evelyn melengos ke samping, memutus kontak mata di antara keduanya. “Jangan buang-buang waktu dengan ini. Kau
Hari ini Zach benar-benar sibuk. Menghadiri konferensi pers yang telah digelar pukul sepuluh pagi, makan siang bersama orang-orang penting dalam tim sambil mendiskusikan langkah apa yang harus mereka jejaki untuk mendapatkan lebih banyak dukungan suara masyarakat.Dan sekarang, Zach bersama para pengawal pribadinya baru tiba di mansion pukul tujuh malam. Setelah turun dari mobil, satu-satunya ruang yang tebersit di kepala Zach hanyalah kamar. Rasa lelah membuatnya merasa ingin beristirahat lebih cepat malam ini.[Sepertinya aku akan pulang telat hari ini. Ada acara makan malam antarkolega. Jaga dirimu baik-baik, ya. Jangan telat makan, Sayang!]Zach meletakkan ponsel di atas meja kamar usai membaca pesan yang dikirim oleh Stella—yang berhasil membuatnya mendengkus gusar. Sudah lelah, ditambah memiliki istri super sibuk dengan urusan pekerjaan.Selalu sibuk .... Selalu memprioritaskan karir, sedangkan Zach menjadi prioritas kesekian yang entah diletakkan di nomor berapa oleh wanita itu.
Emosi Zach meradang setelah Veronica membocorkan alasan kenapa Evelyn mendekati dirinya. Jujur, Zach sangat marah apabila yang Veronica katakan memang benar. Namun, ia tak ingin terlalu cepat percaya pada ucapan orang lain, sehingga ia langsung memanggil Evelyn dan menginterogasi kedua wanita itu di dalam ruangan pribadinya.Duduk di atas kursi kebanggaannya, Zach melempar tatapan kepada Evelyn dan Veronica yang tengah berdiri bersisian di depan matanya. Ada gejolak amarah yang membuat Zach sangat ingin melayangkan pukulan sekeras-kerasnya. Hanya saja, ia masih berusaha sabar, berharap semua ini hanyalah kesalahpahaman.“Apa benar yang Veronica katakan tentangmu?” Zach membetulkan kerah kemeja yang masih melekat di tubuhnya. Menatap intens Evelyn. “Cepat katakan yang sejujurnya!” Ia menarik napas, lalu mengembuskannya dengan kasar.“Tuan, aku mengatakan yang sejujurnya!” ucap Veronica menegaskan. Matanya memendarkan kejujuran yang mengharapkan satu kepercayaan dari tuan arogannya ters
“Sekarang sudah malam, dan kau harus istirahat secepatnya.” Evelyn menanggapi ucapan Zach yang menyinggung soal ‘mandi bersama’.Jika Evelyn mengiyakan ajakan Zach, pasti ujung-ujungnya mereka bukan hanya mandi, melainkan akan ada adegan tujuh belas tahun ke atas—yang mana Evelyn sedang berusaha menghindari hal itu.Mereka lalu meninggalkan ruangan, berjalan menuju kamar pribadi Zach. Pada saat pria itu membuka pintu kamar, ia melihat sosok Stella telah duduk di tepi kasur dengan sorotan mata memendarkan amarah.Kehadiran Stella membuat langkah kedua manusia berlawanan jenis itu berhenti di daun pintu. Evelyn hendak melepaskan tautan tangan dengan Zach, tetapi Zach malah menahan dan menggenggamnya semakin erat.Stella bangkit dari kasur, bersedekap tangan, lalu melangkah menghampiri Zach dan Evelyn. Ketukan dari sepasang high heels memecah keheningan malam—terdengar seperti genderang perang yang telah ditabuh.“Lagi-lagi Evelyn.” Stella berhenti tepat di hadapan suami dan wanita yang .
Belum lama Evelyn memasuki harem untuk menemui Claudia. Namun, tiba-tiba Veronica melintas di hadapannya dan menumpahkan es jeruk dengan sengaja hingga mengenai gaun yang ia kenakan.“Ups! Maaf, aku tidak sengaja,” ujar Veronica sambil menutup mulut dengan ekspresi yang sama sekali tidak merasa bersalah. Justru ia menyunggingkan senyuman sinis setelahnya.Evelyn terbelalak. Mulutnya sedikit menganga merasakan sensasi dingin dari minuman tersebut. Begitu pun dengan Claudia yang tak kalah kesal, memandang sengit wajah Veronica.“Rupanya kau masih berani mengganggu Evelyn.” Claudia sudah bangkit dari posisi duduk. “Lihat saja! Aku akan melaporkan perbuatanmu pada Tuan Zach!” ancamnya.Claudia hendak melangkah mencari laki-laki penguasa mansion tersebut. Akan tetapi, Evelyn dengan cepat mencekal lengannya. “Jangan!” larangnya.“Kenapa? Dia harus diberi hukuman agar mendapat efek jera,” ucap Claudia, tidak terima Evelyn diperlakukan tidak sopan oleh Veronica.Wanita itu menggeleng. “Aku mal
Zach menaikkan volume suara, memutar ulang audio yang dikirim oleh Stella. Bersama Evelyn, ia ingin menyaksikan sendiri bagaimana reaksi perempuan itu kala mengetahui percakapannya dengan Veronica telah direkam dan dibeberkan kepada Zach.“Apa maksud dari semua ini?” Tangan Zach bergetar. Ia memegang erat ponsel agar tidak terlepas dari genggamannya.Evelyn tergugu, menggeragap, mencoba menemukan alasan di kepalanya untuk tidak membuat Zach lebih murka lagi. Tapi ... apa?Dalam kebingungan, Evelyn bersusah payah menyusun kata-kata agar bisa bicara dengan runtut dan jelas. Agar bisa meredam emosi di dada Zach yang tengah berkobar dahsyat.“Tuan, aku—”“Berhenti memanggilku Tuan!” sela Zach secepat kilat. Terpendar kemarahan yang begitu besar di balik tatapan tajam bola matanya. “Kau hanya berpura-pura menghormatiku,” ujarnya.Bentakan itu membuat Evelyn menundukkan kepala. Dapat ia rasakan sudut matanya yang terasa panas dan basah. Sepertinya ini akan menjadi akhir dari sandiwara yang
Zach melihat bagaimana Aldrick bergerak dengan sigap demi menyelamatkan Evelyn. Membawa wanita itu naik ke daratan tanpa banyak basa-basi. Bola mata Zach fokus memandang kedua tangan Aldrick yang menyentuh tubuh Evelyn. Benar-benar tak berjarak. Zach tidak suka menyaksikannya.Setelah berhasil menolong Evelyn yang tidak bisa berenang, Aldrick membaringkan tubuh perempuan itu di tepi kolam. Ia sangat panik melihat Evelyn yang sudah tak sadarkan diri.“Hey! Sadarlah,” ucap Aldrick seraya memeriksa denyut nadi Evelyn. Membuatnya merasa lega karena ternyata wanita itu masih hidup.“Menjauhlah dari Evelyn, brengsek!”Saat Aldrick hendak memberikan napas buatan, tiba-tiba sebuah pukulan melejit ke wajahnya, sehingga pria itu terpelanting ke belakang. Membuat orang-orang mundur beberapa langkah. Aldrick lalu mendongak seraya memegang pipinya yang terasa panas, mendapati pelakunya adalah Zach.Dengan rasa panik yang menjalar di dalam diri, Zach menempelkan bibirnya pada bibir Evelyn. Memberika
Suara itu mengagetkan Evelyn dan Claudia. Keduanya menoleh ke ambang pintu, melihat sosok Aldrick melangkah memasuki kamar sambil membawa sepiring sandwich.“Siapa yang sedang hamil?” tanya pria itu dengan ekspresi penuh tanda tanya. Tak sabar ingin mendengar pengakuan dari kedua wanita itu.Jelas, pertanyaan Aldrick membuat Evelyn dan Claudia terdiam, menggeragap, bingung bagaimana harus mencari alasan.“Ti–tidak ada yang hamil di sini, Tuan. Anda salah dengar,” ucap Claudia. Berharap Aldrick amnesia saja hari ini.“Aku mendengarnya dengan sangat jelas.” Aldrick memastikan keyakinannya. “Kalian membicarakan tentang ‘hamil muda’ dan ‘kehamilan’. Katakan, apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?”Jantung Evelyn seperti ingin melompat dari sarangnya. Terkutuklah Claudia jika akhirnya Aldrick mengetahui kehamilan yang selama ini disembunyikan olehnya!“Maksudku, seandainya Evelyn sedang hamil muda, kejadian tadi pasti bisa berakibat fatal pada kehamilannya. Tapi itu hanya bayangan saja, Tu