Share

Wanita Simpanan Tuan Presdir
Wanita Simpanan Tuan Presdir
Author: Dewa Ndaru

Ani-ani Magang

"Serly, aku ingin keluar saja."

Ara, gadis polos dengan paras cantik dan tubuh mungil itu, merasa ragu dengan keputusannya. Ia benar-benar merasa asing berada di tempat itu, sebuah club malam.

"Kamu pikir setelah kamu masuk sini. Kamu bisa keluar seenak sendiri?" ucap Serly menyudutkannya. Membuat Ara semakin ketakutan.

"Denger baik-baik ya Ara. Buat modalin kamu masuk sini itu gak murah. Biaya permak kamu di salon sampai biaya baju itu gak ditanggung BPJS."

"Belum lagi aku mesti keluarin duit buat biaya preman. Buat keamanan kamu sendiri biar gak dicurangin tamu nakal. Dipikir gampang apa masuk ke club ini?" kata Serly mengebu-gebu.

High Six Club and karaoke, malam ini bak ketiban rejeki nomplok. Hampir semua table dan ruangan sudah diboking. Pun dengan para gadis-gadis malam yang hampir habis ikut diboking untuk menemani para tamu.

Ini kali perdana Ara memulai sepak terjangnya menjadi LC, lady companion. Ara terpaksa karena himpitan ekonomi dan ialah yang menjadi tulang punggung keluarga.

"Aku gak mau denger alasan kamu lagi. Sekarang kamu ikut aku. Di dalam sana banyak pengusaha tajir. Yang perlu kamu lakukan adalah pikat mereka dengan senyum terbaik. Bayangin aja uanganya, gak usah mikir yang lain. Ayo!" tegas Serly.

Tanpa menunggu persetujuan Ara. Serly menarik paksa tangan Ara untuk ikut dengannya. 

- Ruang Privat Club -

"A-A-Ara." 

Suara Ara terbata-bata saat memperkenalkan diri di hadapan Kaisar, seorang pengusaha kaya raya. Telihat juga tangannya tremor saat bersalaman.

Pria dihadapnnya ini sungguh memesona, mata indah yang menatap tajam, hidung mancung, dan bibirnya yang seksi. Tapi ketampanannya itu tidak membuat Ara tertarik, ia masih ragu dengan keputusan yang ia ambil.

Perkenalan singkat mereka. Terjadi begitu saja. Kaisar sendiri kembali sibuk dengan minumannya. Sedang Ara, ia acuhkan begitu saja.

Di ruang yang luas itu hanya ada 4 orang, Ara, Serly, Kaisar, dan Dion, pelanggan langganan Serly. Ara dan Kaisar hanya diam dan sesekali menjawab saat Serly atau Dion bertanya pada mereka.

"Ara terlihat cantik sekali, berapa umurmu?" Dion menatap Ara dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan lapar.

"19 tahun," jawab Ara begitu lirih. 

"Wah masih belia rupanya," seru Dion tertawa nyaring. 

"Umur memang masih belia tapi soal pengalaman. Jangan ditanya lagi," celetuk Serly ikut menambahkan. 

Dion semakin tertawa terbahak-bahak mendengar itu semua. Termasuk Serly yang ikut menemaninya tertawa. 

Kaisar sama sekali tidak tertarik dengan topik pembahasan tersebut. Semenjak tadi pria ini, asyik dengan dunianya sendiri. Menenggak isi botolnya. 

Sama hal dengan Ara yang saat ini tengah jadi obyek pembicaraan. Gadis ini tidak bereaksi apapun. Ia belum berani mengangkat wajah. Menunduk seraya memilin ujung roknya. 

Dion mendekat pada Ara. Sengaja mengusap bibir bawahnya dengan ujung jari. Berniat untuk menggoda Ara. 

Ara yang polos semakin terlihat ketakutan. Gadis ini sampai membuang wajahnya. Tidak berani menatap balik Dion. 

Diam-diam Kaisar memperhatiakan itu. Ia mulai terpancing. Geram dengan ulah Dion. Tapi ia masih bisa menahan emosinya.

"Ayo di minum!" kata Dion memulai. 

Serly segera menyambutnya. Ara yang masih belum terbiasa meminum-minuman ini dengan sangat terpaksa menurutinya. Ikut mengangkat gelas ke udara. 

"Cheers!" seru Dion dan Serly bersamaan. Di ikuti suara dentingan gelas. 

Kompak Serly dan Dion menenggak habis minuman mereka. Tersisa Ara dan juga Kaisar. 

Terbesit keraguan dalam benak Ara untuk meminumnya. Ia sama sekali belum pernah mencicipi minuman ini. Namun, demi sebuah totilatas terpaksa ia beranikan diri. Mencicipinya sedikit. 

Wajahnya langsung berubah aneh saat pertama kali meminumnya. Kaisar bisa melihat itu. Diam-diam ia memperhatikan gestur tubuh Ara. 

Kaisar hanya tersenyum menggelang lalu menyusul menenggak minumannya. Baginya Ara wanita polos yang baru pertama kali ia jumpai. 

Waktu terus bergulir. Tanpa terasa malam sudah semakin larut. Kaisar berpamitan lebih dulu. Ia sudah sangat lelah ingin segera pulang dan beristirahat. 

"Ara! Udah sana ikutin Tuan Kaisar pulang," bisik Serly memaksa sembari menyerahkan tasnya. 

"Kemana?" tanya Ara lugu. 

"Ya ke hotel kek, atau ke apartemen pribadi dia. Yang jelas malam ini kamu harus kasih pelayanan yang terbaik buat dia," tekannya. 

"Tapi Ser?" 

"Udah sana pergi!" paksa Serly mendorong tubuh Ara untuk lekas pergi. 

Ara terlihat begitu bingung. Batinnya masih bergejolak. Antara iya dan tidak. Di satu pihak, Serly terus memantaunya. Memaksa untuk bermalam dengan Kaisar. 

Tapi di sisi lainnya. Kaisar justru terlihat begitu acuh. Melenggang pergi tanpa memperdulikan dirinya. 

"DP udah aku transfer. Sisanya nanti, kalau kamu udah selsaiin pekerjaan kamu," pancing Serly. 

Ara merogoh ponselnya di dalam tas. Mengecek besaran DP yang di berikan padanya. 

Nominal 5 juta sudah berhasil masuk ke rekeningnya. Imannya sedikit goyah setelah  melihat besaran uang tadi. 

Baginya nominal itu cukup besar. Melebihi gaji bulanannya. Selain itu Ara teringat dengan tunggakan uang kontrakan. 

Mencari uang segitu tidaklah mudah baginya. Uang sebesar ini baru DP. Belum upah sepenuhnya. Ara sudah berpikir pasti upah yang dijanjikan jauh lebih besar. 

Ara membuang jauh rasa malunya. Ia sendiri yang bertekad kemari. Maka ia sudah harus siap dengan semua konsekuensinya. 

Pelan tapi pasti Ara langkahkan kaki juga. Berjalan mengikuti Kaisar. 

Kaisar yang berada jauh di depan. Rupannya tersadar juga setelah mendengar suara langkah kaki seseorang. 

Pria ini melambatkan jalannya lalu menoleh ke belakang. 

"Kamu? Sedang apa kamu di sini?" cecarnya. 

Di tempatnya saat ini begitu sunyi. Tidak ada orang selain mereka. Yang ada hanya mobil-mobil mewah yang sedang terparkir rapi.

"Sa-saya?" gagap Ara. Ia kesulitan untuk menjawabnya. Tidak seluwes layaknya ani-ani senior. 

"Malam ini Ara akan menemani kamu," ucap Dion yang datang dari seberang. 

"Menemani? Apa maksudmu?" balas Kaisar tidak paham dengan kalimat yang Dion sampaikan. 

Dion mendekat, menepuk kencang bahu Kaisar. 

"Malam ini dia bakal jadi milikmu," bisik Dion tersenyum licik. 

Spontan Kaisar berjingkat. Dirinya sendiri tidak mempunyai niatan untuk mencari kepuasaan sesaat. Hanya saja Dion seakan tidak iklhas melihatnya merana. Secara khusus ia hadiahkan Ara, malam ini pada bosnya. 

"Kamu!" tunjuk Kaisar marah. "Jadi kamu mau nyogok aku gara-gara proyek yang kamu jalankan kemarin rugi?" tuduh Kaisar. 

"Wait! Santai bos. Jangan berpikiran negatif begitu. Aku cuma pengen kamu bahagia aja. Lagian ini gak buruk-buruk amat."

"Udah lah, malam ini kamu bisa santai. Nikmatin malam indah ini bersama Ara. Aku yakin besok saat kamu membuka mata, pikiran kamu bakal lebih fresh," bujuk Dion yang sudah sedikit muak melihat Kaisar yang sering uring-uringan tidak jelas di kantor. 

Pikir Dion mungkin dengan ini bisa sedikit membantu menghilangkan stres bosnya. 

Setelah itu Ara tidak bisa mendengar apa yang mereka obrolkan. Dion sepertinya membisikan sesuatu sampai membuat Kaisar sesekali melirik padanya.

"F*ck!" umpat Kaisar beringsut pergi begitu saja. 

"Oke, kalau kamu gak mau. Berhubung udah aku boking, jadi malam ini Ara bakal nemenin aku," tantang Dion dengan nada sedikit meninggi. 

Kaisar mulai berpikir ulang soal satu ini. Ia tidak rela jika Ara si gadis polos tersebut jatuh di tangan Dion yang dicap sebagai pria casanova. 

Ia tidak bisa membiarkan ini. Tanpa paksaan Kaisar berbalik lantas menarik tangan Ara untuk masuk ke dalam mobilnya. 

Ara tidak bisa menghindar. Ia menurut saja saat digelandang masuk. 

"Semoga mimpi indah brother!" teriak Dion bersorak. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status