Share

Malam Yang Panas

Deru nafas Kaisar terdengar sangat kasar. Suhu tubuhnya sudah panas. Pendingin udara yang berada di dalam sana sepertinya tidak berfungsi lagi baginya. Sedang keringatnya sudah menetes. Membanjiri seluruh tubuh. 

Kaisar terlihat rakus. Setiap inci tubuh Ara tidak ada yang luput darinya. Hampir seluruh bagian tubuh yang sintal ini ia jajaki. Tanda cap merah bahkan sudah merata di sekujur tubuh Ara. 

Ara membiarkan saja saat Kaisar memberikan kecupan-kecupan kecil di tubuhnya. Ia sendiri serasa di terbangkan ke awan saat bibir Kaisar menyentuh bagian sensitifnya. 

Dada Ara ikut mendongak saat bibir Kaisar menyentuh dua gundukan besar miliknya. Pria itu terlihat sangat menikmatinya. Berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang disebelahnya. Begitu terus sampai ia benar-benar merasa puas. 

Tapi kelihatnya Kaisar belum juga ada puasnya. Pria itu masih belum rela melepas itu. Berdiri merendah, bersimpuh di depan Ara sambil terus menikmatinya. 

Ara semakin ia buat terbuai dengan perlakuannya itu. 

Tidak berhenti bibir wanita ini berdesis seraya mendongakan wajah. Bahkan tangan Ara mulai berani menyentuh kepala Kaisar. Mengacak-acak rambutnya. 

"Ssstttt, ahh...Tuan," rancaunya.

Kaisar yang sudah bernafsu. Ia tidak lagi mengingat apa itu logika. Yang hanya ia inginkan saat ini adalah sebuah kepuasan. 

Melihat wanitanya yang sudah lemah. Membuat Kaisar semakin bergairah. Gegas pria ini menggapai tubuh Ara. Menggendongnya menuju ranjang. 

Seketika Ara langsung tersadar. Ia mulai panik saat sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

"Tuan, apa yang anda ingin lakukan?" tanyanya heboh saat tubuh yang polos berhasil di baringkan di atas ranjang. 

"Menurutmu? Apa yang akan dilakukan pria dan wanita jika hanya berdua?" sahut Kaisar justru memberinya sebuah clue baru. 

Kaisar semakin menginginkannya. Pria ini melucuti sendiri pakaiannya yang tidak rampung dibuka Ara. 

Ara mendadak begitu gelisah. Jujur ia takut untuk melakukanya lagi. 

"Tidak perlu takut. Bukannya kamu juga sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" 

Mata Ara membola setelah mendengarnya. Seingatnya ia hanya bercerita masa lalunya pada Serly. Tidak salah lagi pasti Serly yang sudah memberitahu masalah ini pada Kaisar. 

Kesalahan terbesar dalam hidup Ara yang membuatnya menyesal sampai saat ini.

Ara memang pernah melakukan itu pertama kali dengan pacarnya saat keduanya masih duduk di bangku sekolah. Sialnya setelah mendapatkan apa yang di inginkan, pria itu justru pergi meninggalkan Ara tanpa sebuah kejelasan. 

Beruntungnya saat itu Ara tidak sampai hamil. Namun, kejadian itu masih membuat ia sedikit trauma. 

"Tenang saja. Tidak perlu merasa tidak enak hati. Aku justru berterimakasih dengan pria itu. Dengan begini akan lebih memudahkanku," sindir Kaisar tersenyum penuh arti. 

Harga diri Ara semakin terinjak-injak. Apa memang begini resiko yang harus ia terima sebagai wanita penjaja kenikmatan. Di anggap murahan dan kadang di lecehkan. 

Kaisar sendiri sudah melepas seluruh bajunya. Segera ia beranjak naik ke atas ranjang. Pusaka miliknya juga sudah terbangun. Berdiri dengan gagahnya.

Ara tertegun melihat itu. Belum pernah ia melihat yang sebesar ini. 

"Kenapa? Apa kamu sudah tidak sabar ingin merasakannya?" goda Kaisar tanpa sengaja melihat kemana arah Ara menatap. 

Buru-buru Ara palingkan wajahnya. Meski kenyataan ia memang mengagumi itu. 

"Tenang saja sayang. Akan aku pastikan kamu menikmatinya," tutur Kaisar tersenyum penuh arti. 

Kaisar segera beralih. Berjongkok di depan Ara seraya melebarkan kedua kaki Ara. Memposisikan inti milik Ara berhadapan dengan miliknya. 

Tanpa kesempatan, Kaisar lekas membenamkan miliknya ke dalam pusat inti Ara. 

Ara berjingkat kaget saat seluruh bagian itu dipaksa masuk ke dalam miliknya. Rasanya masih sakit tapi lama kelamaan ia mulai menikmatinya juga. 

Tanpa henti Kaisar memompa tubuh wanita di bawahnya. Mencari kenikmatan atas dirinya sendiri dan juga Ara. 

"Ssttt...Tuan! Ah...ahh...ahhhh...ah..." rancau Ara makin tidak karuan. 

"Yes baby! Terus begitu sayang. Aku menyukainya," timpal Kaisar yang rasa penasaranya sudah sampai ubun-ubun. 

Ia tampak bersemangat dalam melakukannya. Jujur baru kali ini ia melakukannya lagi setelah perpisahan dengan istrinya. 

Tapi kali ini dengan Ara ia rasa sangat berbeda. Kaisar merasakan kenyamanan. Tubuh Ara sangat memanjakannya.

Meski ini terlihat ada yang salah. Harusnya Ara yang bertugas memberikan kepuasan pada tamunya yang ada kebalikan. Kaisar sendiri yang memegang tongkat kendali. Bertugas memuaskan Ara.

"Kaisar, aah...ah...ahh..." rancau Ara tanpa henti sembari menarik-narik rambut pria yang mengungkung tubuhnya. 

"Ya sayang? Apa kamu menyukainya?" ucapnya bernada sensual.

"Iya, aku sangat menyukainya Kai," sahut Ara merem melek. Tanpa sadar memanggil nama Kaisar secara langsung. 

Kaisar tersenyum kecil. Ia makin dibuat gemas. Kembali menggigit bibir bawah Ara yang sudah benjol karena ulahnya. 

Malam ini sepertinya akan jadi malam panjang bagi keduanya. Usai bergelut lama, Kaisar baru mengakhiri permainannya setelah berjuang mencapai finish. 

Tubuh pria ini langsung imbruk di samping tubuh Ara. Kaisar tampak begitu lelah dan langsung tertidur pulas. Begitu juga dengan Ara yang tampak kelelahan. Ikut tertidur di bahu Kaisar. 

***

Waktu terus berputar. Tanpa terasa pagi sudah menjelang. Perlahan Ara membuka matanya yang silau terpapar pantulan sinar mentari. 

Ingin bangun tapi rasanya masih begitu lemas. Semalam energinya terkuras. Demi meladeni Kaisar. 

"Jam berapa ini?" gumamnya malas sambil tangannya meraba-raba sisi sebelah. Mencari sosok pria dewasa yang semalam menggila bersamanya. 

Anehnya, ia tidak menemukan apapun. Bagian itu sudah kosong. Tidak ada sosok Kaisar di sana. 

"Apa kamu mencariku?" tegur sebuah suara bernada baritone. Yang bersumber dari arah sofa. 

Ara begerak cepat. Menoleh ke sana. Ia terkejut saat melihat seseorang yang telah menegurnya. 

Kaisar yang sudah kembali rapi dengan jas hitamnya. Bahkan wangi parfumnya tercium kuat memenuhi satu ruangan. 

Pria itu tampak tenang. Duduk memperhatikan Ara. Seolah sudah lupa dengan apa yang sudah mereka lakukan semalam.

"Tuan," ucap Ara terduduk sembari menutupi rapat tubuhnya dengan selimut. Ia heran sejak kapan Kaisar berada di sana. Bahkan penampilannya sudah begitu rapi. 

Tidak seperti dirinya yang masih belum mengenakan apa-apa. Masih juga dengan muka bantalnya. 

"Tidak perlu merasa tidak enak. Aku paham pasti kamu kelelahan semalam. Maka dari itu, aku sudah siapkan sarapan untukmu di meja. Baju gantimu juga sudah aku siapkan."

"Terimakasih Tuan," balas Ara tersanjung akan kebaikan Kaisar. 

"Satu lagi. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengantarmu pulang tapi kamu tidak perlu khawatir karena aku sudah menyiapkan ongkos pulang," imbuh Kaisar. 

"Terimakasih banyak Tuan," lirih Ara mengangguk. 

Kaisar lekas berdiri dari sana. Berjalan menuju pintu tapi sebelum itu ia berbalik. Sekedar memastikan kondisi Ara. 

"Terimakasih juga untuk semalam. Hati-hati di jalan," pamitnya membuat Ara tertegun. 

Pria ini akhirnya membuka pintu juga kemudian pergi dari sana. Meski sebenarnya sedikit ada rasa tidak tega membiarkan wanita itu sendirian. 

Ara sendiri baru berani mengangkat wajahnya setelah Kaisar benar-benar sudah pergi. 

"Baik juga," gumam Ara. 

Ara lekas beranjak turun juga dari ranjang. Mengecek hal yang sudah dipersiapkan Kaisar kepadanya. 

Ia cukup terpukau melihat banyaknya hidangan yang sudah tersaji di meja. Bukan itu saja, Ara turut dibuat tersanjung saat melihat gaun baru yang dipersiapkan Kaisar baginya. 

"Bukannya ini mahal," gumam Ara memantaskan gaun tersebut ke tubuhnya. 

Ara juga cukup terkejut saat mengetahui di dalam gaun ini Kaisar menyelipkan sebuah amplop. 

Buru-buru Ara membukanya. Pecahan uang merah tersusun rapi di dalam sana. 

"Dua juta! Apa gak salah itu orang ngasih ongkos pulang sebanyak ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status