Share

Tawaran Menggiurkan

Semalam Ara hampir tidak bisa tidur. Serly terus menghubunginya. Memaksa untuk bertemu dengan Kaisar.

Namun, Ara tetap kekeh tidak ingin masuk kedalam dunia malam. Cukuplah, malam itu saja ia khilaf.

Pagi ini sebelum sampai di tempat kerja. Dirinya dikejutkan dengan kehadiran Serly dan Leon. Kedua orang ini mendatanginya saat dirinya tengah menunggu di halte bus dekat rumah.

"Serly, Tuan Dion," ucap Ara terkejut bukan main.

"Sory Ra, bikin kamu kaget. Kedatangan kita kesini kerena kita mau ajak kamu bertemu Tuan Kaisar," tutur Serly. Ucapannya masih sama dengan semalam.

Secara khusus mereka datang untuk membujuk Ara agar mau menemui Kaisar.

"Bukannya udah aku bilang. Kalau aku gak pengen nemuin dia," kekeh Ara. Masih berpegang teguh pada pendirian.

"Tolong. Satu kali ini saja," pinta Serly sampai memohon.

"Begini Ara. Tuan Kaisar, sangat jarang miminta untuk bertemu dengan seseorang. Bisa dibilang, kamu orang pertama yang diminta untuk bertemu dengannya. Jadi, aku mohon, tolong pikirkan baik-baik," rayu Dion.

Rasanya Dion perlu untuk angkat bicara. Kehadirannya sangat penting. Sebab ia orang yang sudah mempertemukan keduanya.

"Tapi untuk apa Tuan? Bukannya kita sudah pernah bertemu."

"Anggap saja ini sebagai pertemuan formal kalian sekaligus jamuan makan siang."

Ara memikirkan lagi bujukan Dion. Sikap keras kepalanya sedikit agak melunak. Setelah menimang-nimang lagi ucapan Dion. Ara putuskan untuk menyetujuinya.

"Tapi bagaimana dengan pekerjaanku?" kata Ara mendadak ragu.

"Soal itu kamu tenang saja. Orang-orangku yang akan mengurusnya."

Dion menjanjikanya sebuah kemudahan. Pada akhirnya Ara terpikat. Mengikuti kemauan orang-orang ini.

Namun, Ara tidak serta merta bertemu dengan Kaisar dengan penampilan seperti ini. Sebelum bertemu, Serly membawanya untuk berganti baju dengan sebuah gaun yang sesuai.

Mobil yang membawanya sudah sampai di sebuah restoran. Tempatnya akan bertemu. Dalam sekejap penampilannya sudah berubah. Dari seorang upik abu menjadi seorang gadis cantik.

Di balut dres selutut dengan sepatu hak tinggi. Ara berjalan menghampiri meja Kaisar.

"Selamat siang Tuan," sapa Ara merdu.

Kaisar menurunkan secarik kertas yang sedang ia baca. Netranya langsung menatap ke sosok wanita cantik yang sudah berdiri di depannya. Tidak berkedip melihat Ara dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Bagaimana kabar anda?" Ara mengulurkan tangan lebih dulu. Disambut jabat tangan Kaisar.

"Baik. Bagimana keadaanmu?" tanyanya balik.

"Baik," jawab Ara singkat.

"Silahkan duduk." Ara menarik sendiri kursinya. Menjatuhkan pantatnya di sana.

"Kamu ingin pesan apa?" tawarnya kemudian.

"Tidak perlu Tuan. Kebetulan saya tidak lapar. Kita langsung ke intinya saja. Ada urusan apa, Tuan memanggil saya kemari," tegas Ara tanpa basa-basi. Kali ini ia memang ingin menunjukan ketegasannya.

Kaisar sedikit terkejut juga dengan sikap berani Ara yang sangat berbeda dengan awal mereka bertemu.

"Begitu rupanya. Aku juga lebih suka to the point saja. Tanpa harus banyak basa-basi." sahutnya setuju dengan cara berpikir Ara.

"Aku punya penawaran buat kamu?"

"Penawaran?" kata Ara menekankan.

"Iya. Aku inginkan kamu jadi simpananku."

Telinga Ara berdenging sewaktu Kaisar mengatakan hal tadi. Tawaran yang tidak pernah ia sangka. Tidak pernah juga terbesit dalam benaknya.

"Maksud Tuan Kaisar?" tanyanya lebih memastikan.

"Ya seperti yang kamu lihat. Aku cukup puas dengan pelayananmu semalam. Dan aku menginginkan itu tidak hanya sekali saja."

"Tidak perlu khawatir berlebih kerena hubungan kita hanya akan sebatas hubungan fisik. Kamu hanya cukup mengenal aku sebagai Kaisar dan aku juga cukup mengenal kamu sebagai Ara."

"Jadi wanita simpananku maka semua yang kamu inginkan akan aku penuhi!"

Kepala Ara pusing. Ia tertegun dengan tawaran gila Kaisar. Termasuk menjadi seorang wanita simpanan seorang pria, yang ia dakwa berusia lebih matang darinya.

Seorang wanita simpanan yang bisa ia konotasikan sebagai wanita pemuas nafsu.

Ara belum menjawabnya. Ia masih merenungi tawaran itu.

"Aku tidak main-main Ara dengan tawaranku. Selain uang yang akan kamu dapatkan. Kamu juga akan mendapatkan penthouse untuk kamu tinggali. Lengkap dengan mobil serta sopir yang senantiasa mengantarmu," rayu Kaisar.

"Tapi Tuan..."

"Aku belum selesai bicara." Ucapan Ara tidak rampung. Tertahan dengan omongan Kaisar.

"Kamu tidak perlu bersusah payah untuk bekerja lagi. Semua kebutuhan kamu akan aku jamin."

"Tapi semua itu ada syaratnya. Kamu harus selalu ada setiap aku membutuhkanmu. Termasuk menemaniku saat kunjungan pekerjaan di luar."

Suara Ara tercekit. Ia benar-benar dilema untuk memutuskannya. Di satu sisi memang dirinya membutuhkan uang. Tapi di sisi lain ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak terjun ke dunia itu lagi.

Namun, menimbang tawaran Kaisar yang sangat menggiurkan. Membuat imannya sedikit goyah.

Ara mengulang lagi perkataan Kaisar di awal.

Hanya sebatas hubungan fisik. Tidak lebih dari itu termasuk menjeremus ke kehidupan pribadi.

Ara masih bungkam mempertimbangakan lagi tawaran tersebut.

"Ini kartu namaku. Hubungi aku jika kamu sudah berubah pikiran." Ara menerima juga kartu yang disodorkan padanya.

Dalam diamnya. Pikiran Ara masih berkecamuk. Tawaran yang sangat menggiurkan dan mungkin jarang orang bisa mendapatkan kesempatan itu.

Pikirannya terus berkecamuk. Toh, tidak buruk-buruk juga ia menerima tawaran sebagai seorang wanita simpanan.

Melihat sikap Ara yang masih diam. Memaksa Kaisar pergi lebih dulu. Dalam hatinya sudah berkeyakinan penuh jika Ara akan menghubunginya lebih dulu.

Keyakinan Kaisar terjawab juga. Tepat setelah dua hari mereke bertemu, Ara menghubunginya.

"Saya menerima tawaran anda Tuan."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status