Share

Aku Inginkan Tubuhmu

Mobil yang dikemudikan Kaisar melaju juga. Keluar dari area parkir dalam club. 

Sepanjang jalan. Kedunya masih diam. Tidak ada obrolan sama sekali. Sedang Kaisar hanya fokus pada jalanan di depannya. 

Mobil sedan hitam tersebut terus melaju, lantas berbelok ke sebuah hotel berbintang lima yang letaknya tidak jauh dari sana.

"Turun!" ucap Kaisar setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan lobby. 

Ara mengikut saja. Ia ikut turun menyusul Kaisar yang sudah lebih dulu. 

Sampai di hotel Kaisar tidak juga menungguinya. Pria ini memilih berjalan lebih dulu menuju meja resepsionis. 

Ara sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Justru ia sedikit lega, Kaisar bersikap dingin padanya. Selian itu ia masih teramat malu jika tanpa sengaja ada orang yang mengenalnya saat berada di sana. 

Belum lagi tampilannya kini yang menggunakan gaun seksi. Tidak menampik jika banyak kaum adam yang melirik saat melihat komolekan tubuhnya. 

"Ayo jalan!" ajak Kaisar yang sudah selesai dengan urusan kamarnya. 

Ara kembali mengekori. Berjalan di belakang Kaisar. Sampai di dalam lift keduanya belum juga bertegur sapa. Kaisar berdiri di depan. Sedang Ara berdiri di belakang. 

Hingga pintu lift terbuka. Kaisar memimpin di depan. Menuju ke sebuah kamar tipe presidential suite. 

"Masuk!" perintahnya sesudah membuka pintu kamar. 

Ara melangkahkan kaki pelan memasuki kamar hotel yang baru pertama kali ia lihat. Tidak menampik jika ia kagum melihat itu semua. 

"Kamu mandi saja dulu. Kamar mandi di sebelah kiri," ujar Kaisar menutup kembali pintu kamar lalu melonggarkan ikatan dasinya.

Ara sama sekali tidak menaruh curiga. Sampai detik ini Kaisar masih saja bersikap dingin padanya. Gegas ia masuk ke dalam kamar mandi yang Kaisar tunjukan. 

Menyegarkan tubuhnya disana. Mungkin dengan ini bisa sedikit melipur kegundahannya. 

"Astaga! Aku kan gak bawa baju ganti." Ara baru saja menyadarinya. Yang tersedia saat itu hanya sepasang bathrobe putih. 

Ara memakai itu sementara untuk keluar dari sana. Seraya memantau keadaan luar. 

Saat membuka pintu pertama kali. Ia dikejutkan dengan kehadiran Kaisar yang sudah berdiri menungguinya di depan pintu. 

"Tuan," ucap Ara tersentak kaget. 

Kaisar tidak juga bersuara. Memperhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tubuh Ara yang hanya tertutupi handuk tebal dengan rambut basahnya. Terlihat sanggat menggoda. 

Ara mulai sedikit was-was. Ia berpikir jika Kaisar tidak mungkin tertarik padanya. Namun, yang terjadi sekarang. Pria itu justru tidak berkedip menatapinya dengan tatapan nakal. 

"Kita mulai sekarang!" ucap Kaisar begitu jelas. 

Ara sampai membelakkan kedua matanya. Keyakinannya terbantahkan saat itu juga. Tidak mengira, Kaisar yang ia pikir acuh di awal berbalik menginginkannya. 

Kaisar lantas beranjak. Duduk di sebuah sofa. Sambil menyilangkan kakinya. 

"Ayo tunggu apa lagi? Bukannya kamu sudah dibayar lebih untuk melakukan ini. Akan sangat tidak adil jika kamu hanya mengambil upahnya saja tanpa melakukan apa-apa," kata Kaisar menyindir. 

Dada Ara terasa begitu sesak. Air matanya juga ingin tumpah tapi masih bisa ia tahan. Secara tidak langsung ucapan Kaisar tadi menyinggung perasaannya. 

Namun, apa pun itu yang Kaisar katakan tetap benar. Mungkin itu sudah konsekuensi. Melakoni pekerjaan ini. 

Ara mencoba membuang jauh-jauh rasa malunya. Mengingat ulang perkataan Serly sekaligus desakan ekonomi.

Ia besarkan hatinya. Melawan keraguan. Menjalani pekerjaan secara profesional. 

"Buka bajumu! Aku tidak ingin melihat sehelai benang pun. Karena aku hanya ingin tubuhmu!" ucap Kaisar jelas. 

Dada Ara semakin bergemuruh. Pikirannya beradu antara melakukan itu dan tidak. Dia sadar tidak mungkin bisa menolak permintaan tersebut. 

Toh, sekarang atau nanti juga sama saja. Kaisar juga pasti akan melihat keseluruhan tubuhnya. 

Ara mengalah, membuka sendiri talinya bathrobenya dengan tangan gemetaran. 

Di sebelah sana. Kaisar tampak tidak sabar menunggu. Pria ini semakin gelisah. Sebentar-bentar ia benarkan posisi duduknya. 

Bathrobe putih yang membalut tubuh Ara, akhirnya luruh juga. Ia memang tidak memakai apapun di dalamnya. Tubuhnya yang polos terlihat secara keseluruhan tanpa sehelai benang yang menutupi. 

Tenggorokan Kaisar serasa dahaga saat melihatnya langsung. Kemolekan tubuh Ara yang begitu polos sudah tersaji di hadapannya. 

"Apa hanya itu saja?" tantang Kaisar masih bisa sedikit menahan diri. Meski batinnya sudah meronta-ronta. 

Bagiamanapun Kaisar juga pria normal. Tidak munafik ia yang awalnya acuh mendadak tergoda dengan itu semua. 

Apalagi tubuh Ara begitu sempurna. Kulit mulus dengan dua gundukan besar yang menggantung di dada dan terlihat begitu menggoda. 

Selain itu bagian inti wanita ini terlihat mengintip. Seakan merayunya untuk lekas berkunjung. 

Ara masih saja terlihat canggung. Begini saja urat malunya terasa sudah putus. Ia benar-benar tidak berani untuk memulai lebih dulu. 

Melihat Ara yang masih diam saja. Membuat Kaisar bertindak. Pria ini segera bangkit dari kursinya. 

"Bukakan bajuku!" paksa Kaisar. 

Kondisinya sudah semakin terdesak. Ara tidak punya banyak waktu untuk menimbang permintaan tadi. 

Nafsu Kaisar yang sudah ada di ujung. Selain itu melihat tatapan Kaisar yang tidak berpaling darinya. Serasa ingin menerkamnya saat itu juga. 

Ara mantapkan hati mendekat. Meraih kancing kemeja Kaisar. 

Yang terjadi justru lain. Pria itu menarik tubuh Ara yang polos ke dalam pelukannya. Tanpa basa-basi, Kaisar menjatuhkan bibirnya di bibir Ara. 

"Tu..." 

Ara tidak selesai mengucapkan itu. Kaisar sama sekali tidak memberinya kesempatan. Bibirnya sendiri sudah di kunci oleh bibir Kaisar.

Detik selanjutnya, Kaisar belum mampu melepas bibir itu yang ia rasa sangat lah manis. 

Ara yang tadinya menolak juga mulai menginginkan itu semua. Terdiam menikmati setiap sentuhan yang Kaisar berikan. 

Kedua tangannya ikut melingkar di leher Kaisar. Memberikan ruang pada Kaisar untuk lebih bebas mengexplore bibir dan tubuhnya. 

Kaisar semakin mengganas. Ia tertantang untuk berbuat lebih. Bibir Ara yang ranum tidak luput dari sasarannya. 

Kaisar begitu candu saat menggigit kecil bibir itu sampai membuat Ara berdesis. Tidak hanya itu, bahkan lidahnya ikut merangsak masuk. Bermain-main di dalam sana. 

Kedua tangan Kaisar tidak juga bisa diam. Kompak tangan ini berpindah-pindah. Menggerayangi seluruh bagian tubuh Ara. Dan berakhir pada dua bulatan belakang Ara yang Kaisar rasa sangat mo*tox. 

Kaisar semakin tercandu memainkan itu. Sengaja ia ciptakan cubitan-cubitan kecil yang membuat Ara kian berdesis. 

"Sstt, ah...!" 

Detik berikutnya. Ara sudah sangat pasrah. Membiarkan Kaisar menikmati tubuhnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status