Share

Tiga

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2022-06-28 10:32:58

 

PoV Citra

Kupandang foto lelaki bernama Elang Purnama yang akan datang besok untuk melamarku. Lumayan tampan alias tidak jelek-jelek amat. Serasi lah jika bersanding denganku yang cantik ini. Kata bapak, zsdia ini anak orang kaya sehingga tanpa ragu kuterima saja lamarannya. 

Bukannya aku nggak laku sehingga mau dijodohkan dengan laki-laki anak sahabat bapak itu meski zaman sekarang perjodohan sudah jarang terjadi. Namun, aku sudah capek melanglang buana mencari pasangan yang pada akhirnya berakhir jadi mantan. Iya, aku pernah punya hubungan dengan banyak cowok, apalagi aku termasuk gadis cantik dan populer saat di kampus, tetapi sejauh ini tidak ada yang sreg, hanya untuk main-main saja. Parahnya, aku baru saja diselingkuhi oleh pacarku sendiri. Nyesek banget rasanya, gadis cantik seperti diriku diselingkuhi. 

"Betapa cantiknya diriku ini." Aku berbicara sendiri saat melihat bayangan di cermin. 

Aku ingin menunjukkan pada lelaki yang sudah membuatku menangis itu kalau aku bisa mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya dan Elang lah orangnya. 

Aku berdiri di depan cermin besar usai dandan secantik mungkin. Aku tersenyum, Elang pasti suka dengan penampilanku ini. Ia pasti akan bilang kalau belum pernah melihat gadis cantik selain diriku. 

"Aduh, cantiknya anak Ibu?" Ibu ikut melihat cermin di depanku. 

Aku tersenyum. "Iya, dong, Bu. Anaknya siapa dulu?" 

"Kecantikan kamu memang menurun dari Ibu, Cit." Ibu tersenyum dan membelai pipiku. 

"Tetapi, Bu. Lelaki bernama Elang ini memang benar-benar kaya, kan, Bu? Aku nggak mau ketipu, meski tampan kalau miskin juga apa gunanya?" Aku mengambil foto di atas meja rias yang tadi terus kupandangi. 

Ibu mengambil foto itu dan berkata, "tampan, kalau Ibu belum punya suami, Ibu juga mau." 

"Ish, Ibu. Nggak usah genit napa? Dia hanya milikku, Bu, asalkan dia benar-bebar punya banyak uang sehingga aku tidak harus bekerja keras." Aku mengambil kembali foto lelaki yang belum pernah sekali pun kutemui itu. 

"Kamu nggak usah khawatir, dia asli kaya. Kalau tidak, mana mungkin bisa bantu keluarga kita yang pernah bangkrut sehingga tidak punya apa-apa?" Ibu mengusap pundakku. 

Aku mengangguk. Memang, keluarga kami pernah terpuruk dan ada salah seorang teman bapak yang membantu hingga sekarang bisa bangkit lagi dan ternyata orang yang sudah membantu kami itu akan menjadi suamiku. Wah, kekayaan orang itu tidak diragukan lagi pastinya. 

Aku sudah membayangkan, jika aku menikah dengan Elang, pasti akan menjadi ratu yang pekerjaannya hanya ongkang-ongkang kaki saja. 

Aku dan ibu keluar kamar dan melihat Vira yang sedang menyapu di ruang tamu. Ibu pergi ke dapur dan aku mendekati si upik abu. 

"Nem, jangan lupa bersihkan ruang tamu sampai-sampai benar-benar bersih dan kinclong. Jangan sampai ada sebutir debu pun yang menempel di sana," ucapku lantang. 

Gadis yang tidak pernah melakukan perawatan itu diam sehingga membuatku geram. 

"Nem, kalau ada orang bicara itu dengar dan jawab! Jangan hanya diam saja!" 

Lagi, gadis itu tidak menjawab seruanku. 

Tanganku mengepal, lalu maju dan siap menjambak rambutnya, tetapi belum juga tangan ini mendarat di kepalanya, gadis itu sudah menahannya. Si*l.

"Mau apa, Cit?" tanyanya sambil memegang tanganku cukup erat.

"Lepaskan tanganku!" Aku berontak karena ternyata pegangannya cukup kuat juga. 

"Kenapa kamu ingin memukulku? Apa salahku?" tanyanya dengan nada tinggi. Aku kaget, kenapa ia jadi berani seperti ini?

"Kenapa ini kalian ribut-ribut?" tanya ibu yang tiba-tiba muncul di antara kami. 

"Ini, Bi. Citra tiba-tiba mau mukul aku," jawab Vira. 

"Habis, aku kesel, dia nggak mau mendengar panggilanku." Bibirku mengerucut dan tangan bersedekap. 

"Aku merasa nggak dipanggil, kok." 

"Selain kumal kamu juga tuli. Dipanggil berkali-kali nggak nyaut. Inem." Aku kesal. 

"Namaku bukan Inem, tapi Vira!" 

Aku kaget, kenapa tiba-tiba ia berani membantah? Biasanya selalu nurut. 

"Ya udahlah. Yang bersih kalau nyapu karena aku nggak mau ruang tamu ini kotor saat tamuku datang nanti." Gegas aku menggandeng tangan ibu dan berlalu pergi. 

***

Aku tersenyum saat melihat rumah sudah bersih dan rapi. Tentu saja Vira yang sudah menghandle semuanya. Bukan hanya itu, makanan juga sudah siap di atas meja dan itu juga Vira yang masak. Aku? Hanya bertugas sebagi pengawas dan komentator saja. 

Saat aku sedang asyik dengan ponsel di tangan, tiba-tiba dikejutkan dengan suara motor yang berhenti di halaman. 

Aku berseru pada Vira untuk memintanya agar melihat siapa yang datang. 

"Ada tiga orang naik ojek, sepertinya pasangan suami istri dan yang satunya lagi masih muda dan lumayan tampan," jawab Vira setelah melihat dari balik jendela. 

Aku penasaran lalu bangkit dari duduk dan segera melihat siapa yang datang. 

Elang? Bukankah itu lelaki yang ada di foto dan akan melamarku hari ini? Tetapi kenapa naik ojek? Apakah mereka tidak punya mobil? Dan kakinya? Duh, kotor sekali, bahkan terlihat cipratan lumpur mengenai celana panjangnya. 

Apa itu artinya aku sudah ditipu mentah-mentah oleh mereka? Katanya kaya, tetapi kenapa nggak naik mobil?

Aku memilih mundur dari perjodohan ini. Mana mungkin aku menikah dengan lelaki miskin yang masa depannya tidak jelas seperti Elang. Apalagi dia terang-terangan bilang kalau keluarga mereka baru saja bangkrut dan sekarang tidak punya apa-apa lagi. 

Kalau aku mundur, maka Vira yang yang harus berkorban untuk menikah dengan Elang. Iya, itu adalah ide yang sangat bagus. 

Enggak level aku nikah dengan pria miskin seperti Elang dan Vira lah yang cocok dengannya. 

Si Miskin berjodoh dengan upik abu. Hahaha. Mantap. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
tertipu citra cewe matre....
goodnovel comment avatar
Yuli Nanang
belum tau yang sebenarnya tapi sudah menghakimi duluan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh enam ( ending)

    Wanita yang menolak lamaran ku 56Buru-buru aku mengambil ponsel untuk menghubungi Citra, sementara Mas Elang keluar menyusul ibunya Malik untuk memberitahukan berita gembira ini.Aku lega, jika Malik sadar, itu artinya Citra bisa keluar dari rumahku. Iya, selama Citra ada di rumah, aku memang sedikit was-was akan terjadi sesuatu yang buruk, apalagi Mas Elang begitu perhatian pada Citra dan anaknya itu. Saat aku menghubungi Citra, terdengar bayinya sedang menangis. "Halo, Cit. Kamu harus ke rumah sakit sekarang juga. Malik__Telepon terputus sebelum aku selesai berbicara dan saat aku hendak menghubunginya lagi, sudah tidak diangkat. Ya sudahlah, yang penting dia akan segera ke sini untuk menjemput MalikBu Retno bersama Mas Elang berjalan tergesa menuju ruangan, namun dokter segera datang memeriksa keadaan Malik dan memberi isyarat agar kami tidak mendekat dulu karena dia sedang diperiksa. Setelah beberapa lama akhirnya dokter mempersilahkan kami untuk mendekat usai memastikan bahwa

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh lima

    Wanita yang menolak lamaran ku 55PoV Vira"Kamu pasti akan meminta Citra untuk pulang ke rumahnya setelah Malik sembuh, kan, Mas?" tanyaku saat kami berdua berada di dalam kamar.Entah kenapa perasaanku tidak enak semenjak Citra serta kedua orang tuanya ikut tinggal di sini meski mereka bilang hanya sementara, sampai Malik sadar. Ketakutanku ini bukan tanpa alasan. Tadi aku ingin memanggil Citra untuk ikut makan bersama, tetapi sudah keduluan Mas Elang. Akhirnya aku hanya berhenti di depan pintu. "Sini bayinya biar sama aku dulu kalau kamu mau makan," kata Mas Elang. Bayi mungil itu sedang dalam pangkuan Citra sementara paman dan bibi juga tidak ada di kamar. Mereka berdua sedang berjalan-jalan berkeliling rumah ini. "Enggak usah, Lang. Dia bisa di tidurkan saat aku makan." Citra tersenyum lalu meletakkan bayi itu di kasur lalu memberinya selimut kecil berwarna biru bergambar kartun. Bayi yang awalnya diam dan tertidur nyenyak itu menangis saat diletakkan dan tangisannya cukup k

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh empat

    Wanita yang menolak lamaran ku 54"Ada rencana apa, ya, kok sepertinya serius?" tanya Vira sambil menurunkan minuman yang dibawanya. Aku dan ibu saling berpandangan, lalu ibu nyengir dan menggaruk tengkuk. "Itu rencana Citra untuk punya anak laki-laki. Jadi gini, Vir, saat hamil, Citra itu selalu makan makanan yang mengandung protein agar anaknya laki-laki dan sekarang anaknya beneran laki-laki, kan? Itu artinya apa yang terjadi sesuai dengan yang ia rencanakan. Iya, kan, Cit?"Vira manggut-manggut. "Oh, iya, tetapi setiap aku datang ke rumah Citra, ia pasti sedang makan sayur-sayuran hijau," Tepuk jidat. Entah kenapa setiap kali Vira datang ke rumahku pasti sedang makan dan seperti biasa aku sedang makan dengan sayuran karena hanya itu yang ada. Makan telur rebus hanya dua kali sehari dan bukan pada saat Vira datang. "Ya udah. Sekarang minum dulu, ya. Kalau ada apa-apa nanti bilang saja sama Bik Nur." Vira tersenyum manis. Kubalas senyumannya dan mengangguk. Dia memang beruntung

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh tiga

    Wanita yang Menolak Lamaranku 53"Aku nggak mau pulang, Bu. Aku ingin tetap di sini. Belahan jiwaku ada disini, tidak mungkin aku pergi meninggalkannya begitu saja." Aku menunduk. "Aku merasa seperti pengecut jika pulang meninggalkan suamiku di sini dalam keadaan koma. Aku ingin dia melihat aku yang pertama kali saat ia sadar nanti." "Citra, kamu harus pulang. Kasihan anak kamu. Kamu juga perlu istirahat. Percayalah, Malik pasti akan baik-baik saja. Kalau dia sadar, Ibu pasti akan segera hubungi kamu," kata ibu mertua mengusap pundakku dengan lembut. Wanita yang beberapa saat yang lalu sempat pingsan setelah mendengar berita mengenai musibah yang menimpa anaknya tersenyum dan mengangguk padaku untuk memberi isyarat agar aku mau menerima tawaran Vira. "Semua ini salahku, Bu. Seandainya aku tidak memaksa Mas Malik untuk mengantarku beli es buah, pasti tidak akan seperti ini keadaannya." Ibu mertua mengulurkan tangan lalu mendekatkan telunjuk di bibirku. "Ssst, jangan bilang sepert

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh dua

    Wanita yang Menolak Lamaranku 52Es buah di tanganku terlepas melihat Mas Malik tertabrak mobil karena menyelamatkan Vira dan Elang yang akan ditabrak mobil dengan cara mendorong mereka ke tepi jalan. Ia terpental hingga membentur aspal. Sedangkan mobil yang menabraknya langsung tancap gas, tidak peduli dengan orang yang sudah ditabraknya. Aku tidak peduli, yang ada di pikiranku saat ini hanya satu yaitu keselamatan Mas Malik. Mengenai si penabrak bisa diurus nanti. Semua terjadi begitu cepat. Aku berlari dan menjerit histeris memanggil namanya yang sudah tergeletak di jalan. Entah apa yang ada di pikirannya sehingga ia memutuskan membahayakan diri sendiri seperti ini demi orang lain. Apakah ia tidak tahu kalau aku begitu membutuhkannya. Suasana jalan yang tadinya rame lancar mendadak macet karena adanya kecelakaan ini.Aku berlari tanpa mempedulikan perutku yang besar ini. Kakiku terasa ringan seolah tidak membawa ada apa-apa di perutku ini. Vira dan Elang masih terjerembab di pin

  • Wanita yang Menolak Lamaranku   Lima puluh satu

    Wanita yang Menolak Lamaranku 51Ibu terlihat lebih segar daripada dulu saat aku berkunjung ke rumah. Tubuhnya juga sedikit lebih berisi, wajahnya cerah, tidak pucat lagi. Pun dengan bapak, lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu terlihat gagah di usianya yang sudah tidak lagi muda. Saat bapak dan ibu datang, aku sedang makan dan kali ini aku makan dengan lauk telur rebus plus oseng labu. Lidah ini memang sudah terbiasa mengecap makanan sederhana tapi jangan ditanya nikmatnya luar biasa.Awalnya mau berangkat ke rumah ibu, tetapi ibu mertua meminta kami untuk makan dulu. Iya, sejak aku hamil, wanita yang sudah melahirkan suamiku itu paling cerewet mengenai urusan makan dan nggak boleh makan sembarangan. "Kamu makan menggunakan alas cobek seperti ini, sedangkan yang lain menggunakan piring?" tanya ibu.Tepuk jidat. Kalau diperhatikan sekilas, aku memang seperti dibedakan di rumah ini. Yang lain makan memakai piring dan aku cukup dengan cobek saja. Kesannya aku adalah menantu yang t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status