Share

Bab 8

Author: Jayden Carter
"Pesta hari ini sudah selesai. Semua sudah boleh pulang," ucap Victor dengan suara dalam, menatap ruangan yang berantakan.

Selesai berbicara, dia langsung menarik Arlo bersama istri dan anak perempuannya keluar. Yang lain pun buru-buru pamit dan pergi dengan tergesa-gesa. Yang tersisa hanya ruangan penuh kekacauan dan keluarga Yulia yang masih terisak-isak.

....

Dalam perjalanan pulang, Renata melotot ke arah Arlo. "Barusan kamu tahu itu orang-orang apa? Kok berani main tangan segala?"

"Arlo cuma mau lindungi aku!" Victor berdeham, mencoba menengahi.

"Graha saja ketakutan setengah mati, memangnya Arlo bisa apa? Isyana kerja di rumah sakit. Kalau sampai dimusuhi preman kayak begitu, dia bisa kena masalah!"

Semakin berbicara, Renata semakin kesal. Setelah kesombongan sirna, yang tersisa hanya rasa takut. Semua kesalahan pun ditimpakan pada Arlo yang dianggap gegabah.

Arlo tetap tenang. "Mereka nggak bakal berani macam-macam. Isyana itu istriku, aku pasti jagain dia."

Renata kesal sampai menepuk sandaran kursi. "Kamu ini baru sembuh. Bukannya belajar yang baik, malah belajar membual!"

"Sudah, sudah, jangan dibesar-besarkan! Suruh saja sepupumu yang jadi kepala kepolisian itu bantu ngomong sama Faris!" Victor mencoba menengahi lagi.

Wajah Renata langsung memerah. "Kamu pikir gampang? Dia orang yang selalu ambil untung. Kalau minta dia bantu ngomong, entah harus habis berapa! Semua gara-gara kamu. Isyana secantik itu, nikah sama siapa saja bisa, tapi dulu kamu maksa dia nikah sama Arlo. Sekarang Arlo baru sembuh, tapi bukannya mikir ke depan, malah cari masalah!"

"Bukan salah dia sepenuhnya!" Tiba-tiba, Isyana bersuara.

Melihat putrinya membela Arlo, keduanya pun terdiam. Arlo sendiri tidak berbicara banyak. Dengan warisan Kitab Surgawi Pengobatan Medis, dia yakin ke depannya, baik uang, kekuasaan, ataupun status, semua bukan masalah baginya.

Apalagi hanya seorang preman penguasa bisnis urukan tanah. Orang seperti itu sama sekali tidak pantas dia pedulikan. Hanya saja, hal-hal itu tidak bisa dia jelaskan sekarang.

Suasana di mobil pun menjadi canggung, janggal, dan sunyi. Tak ada lagi yang berbicara sampai mobil melaju kencang menuju rumah keluarga Victor.

Keluarga mereka tinggal di sebuah kompleks kelas menengah atas di Kota Naldern bagian selatan. Bukan vila mewah, tetapi rumah dengan empat kamar dan dua ruang tamu yang sudah cukup luas dan nyaman.

Begitu masuk, Renata dan Isyana langsung menuju kamar masing-masing. Di ruang tamu tersisa Arlo dan Victor berdua.

Victor menggenggam tangan menantunya. "Sekarang kamu sudah sembuh, akhirnya aku bisa kasih jawaban ke almarhumah ibumu."

Dia menunduk sedikit, wajahnya penuh rasa bersalah. "Waktu itu ayah dan ibumu pergi mendadak, aku cuma kepikiran bawa kamu tinggal sama kami. Bagaimanapun, saat itu aku orang luar. Jadi rumah peninggalan orang tuamu dan urusan perusahaan, semua diambil alih paman keduamu."

Arlo mengangguk. "Aku ngerti kok. Harta juga nggak seberapa. Paling cuma ada barang peninggalan yang menjadi kenangan. Nanti aku ambil dari pamanku saja."

Victor ingin berbicara lebih banyak, tetapi akhirnya menahan diri. Sesuatu yang sudah masuk mulut harimau mana bisa keluar lagi. Dengan kondisi Arlo yang baru pulih, dia tidak tega membahas lebih jauh.

"Ya, yang penting kamu bisa ikhlas. Ke depannya, jalani hidup baik-baik sama Isyana. Isyana orangnya cuek, kamu harus lebih sabar. Kalau bisa, cepat kasih aku cucu!"

Wajah Arlo langsung merah padam, tetapi dalam hatinya muncul rasa haru. Renata bersikap dingin padanya, tetapi Victor tulus menganggapnya anak sendiri.

"Ya sudah, malam udah larut. Kamu istirahat saja!" kata Victor, lalu mendorong Arlo ke kamar Isyana.

"Eh ...." Arlo masih ingat selama ini dia dan Isyana tidur terpisah. Apa maksud mertuanya ini?

"Apa lagi? Kamu sudah sehat, cepat kasih aku cucu!" ujar Victor sambil langsung mendorongnya masuk ke kamar.

Isyana yang hendak melepaskan pakaian untuk mandi pun terkejut mendengar pintu kamar terbuka. Belum sempat mengenakan kembali pakaiannya, Arlo sudah didorong masuk.

Di depan matanya langsung tampak kulit putih mulus yang sebagian besar terbuka. Hanya tersisa pakaian dalam tipis menempel di tubuh ramping itu.

"Cepat balik badan!" Wajah cantik Isyana langsung memerah.

"Oh!" Arlo buru-buru membalikkan badan. Namun, suara gesekan kain di belakang punggungnya membuat tenggorokannya mendadak terasa kering ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 100

    "Kamu juga kesurupan?" Conan meraba dahi Sahrul."Serius, Kak!""Lebih hebat daripada instruktur yang dulu pernah kita temui di Pasukan Khusus!"Rasa kagum dan hormat yang terpancar dari mata Sahrul akhirnya membuat Conan percaya. Dia pun mengangkat peluru yang masih hangat itu dan terdiam lama sebelum berkata, "Laporkan ke Pasukan Khusus, orang ini kalau nggak melakukan dosa besar, jangan sekali-kali disentuh. Jangan dimusuhi, sebaiknya dijadikan sekutu!""Habis sudah Pardus kali ini!"Mengingat kejadian hari ini, Conan menggelengkan kepala. Seketika dia teringat pada Santoso, hatinya muncul rasa iri. Dasar si tua bangka itu, benar-benar beruntung bisa berkenalan dengan sosok luar biasa seperti Arlo!Ilmu pengobatan? Ilmu gaib? Seni bela diri? Dengan bakat sehebat itu, asalkan Arlo tidak membuat dosa besar, kelak pasti akan menjadi orang yang sukses besar.Sekarang, Arlo masih belum terlalu terkenal sehingga mereka masih sempat menjalin hubungan. Namun saat kelak Arlo sudah benar-bena

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 99

    Conan berkata canggung, "Ini juga semacam penyakit profesi, pekerjaanku menuntut banyak kerahasiaan! Arlo, tolong maklumi!""Itu bukan urusanku dan aku juga nggak ingin mencampuri. Asal benda-benda ini diurus, masalahmu pun selesai," ujar Arlo sambil menunjuk bungkusan kertas minyak itu.Sahrul tetap sulit percaya. Selama bertugas dia sudah menembak mati lebih dari 20 penjahat yang melawan penangkapan. Kalau memang ada hal-hal gaib, bukankah dia seharusnya sudah lama diganggu arwah mereka?Apa itu minyak mayat, apa itu jimat ... bukankah cuma ulah orang yang sengaja membuat keributan? Siapa tahu malah Arlo sendiri yang membuat semua ini, lalu berpura-pura menyingkapnya? Metode "maling teriak maling" seperti itu sangat sering digunakan oleh para dukun gadungan."Lalu, apa yang harus dilakukan?" tanya Sahrul."Pertama, bakar kertas minyak dan uang arwah ini bersama-sama," jawab Arlo.Begitu dia selesai bicara, Sahrul langsung menyalakan korek api dan mendekatkannya ke kertas minyak. Dia

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 98

    Setelah kejadian itu, Conan dan istrinya menonton rekaman CCTV ruang tamu. Potongan-potongan gambar itu membuat mereka merinding ketakutan.Sahrul menatap pasangan suami-istri itu dengan ekspresi aneh. Dalam hati dia merasa, apakah keduanya terlalu tertekan sampai jadi berhalusinasi? Menurut pikirannya, kemungkinan besar si gadis kecil hanya ingin bermain dengan pedang kayu, tapi Conan tidak mengizinkan.Anak itu pun mengambek, menangis, lalu meniru adegan di televisi dengan berpura-pura mengancam akan lompat dari balkon. Hal itu menakuti Jenifer, hingga membuatnya kehilangan kendali sejenak. Bagi Sahrul, ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Dalam keadaan panik dan ketakutan hebat, wajar saja orang bisa mengalami kekacauan mental."Aku nggak berani lagi tinggal di rumah. Begitu pagi tiba, aku langsung membawa keluargaku, rencananya mau ke tempat Santoso, biar dia yang mengantarku mencarimu!""Di tengah jalan, lalu lintas sangat sepi dan hanya ada sedikit kendaraan. Tiba-tiba ada sebua

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 97

    "Dari semalam sampai sekarang, nyaris separuh nyawaku hilang! Kalau bukan karena khawatir terjadi sesuatu di jalan, aku sudah ingin langsung ke perkebunan mencarimu." Wajah Conan tampak ketakutan, seperti orang yang baru saja lolos dari maut.Sambil bicara, dia menunjuk pada seorang pria dan seorang wanita yang dibawanya, lalu memperkenalkan, "Arlo, ini istriku, Jenifer. Yang satu lagi sahabat lamaku, Sahrul!""Mereka bukan orang luar, jangan khawatir. Kamu harus tolong aku menyelesaikan masalah ini!"Sejak hari pertama masuk ke biro keamanan, Sahrul selalu mengikuti Conan. Selama lebih dari sepuluh tahun bersama, mereka bukan hanya sebatas atasan dan bawahan, tapi juga saudara seperjuangan."Ketua, kenapa aku sama sekali nggak paham sama semua yang kamu katakan hari ini?" tanya Sahrul sambil mengusap dagunya dengan kebingungan.Conan pun segera menceritakan apa yang terjadi selama dua hari ini. Setelah berpisah dengan Arlo dan Santoso kemarin, dia langsung kembali ke biro keamanan.Di

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 96

    Pria berjanggut hanya mengeluarkan beberapa dengusan. Keringat dingin mengalir deras di dahinya, tetapi dia tetap tidak menjerit kesakitan.Arlo masih menginjak tubuh pria itu, lalu menoleh sekilas pada sopir truk. "Kecelakaan ini salahku. Kita selesaikan secara pribadi saja. Aku transfer uang padamu, lalu kamu boleh pergi!""Nggak ... nggak usah!" Wajah sopir itu pucat pasi, dia buru-buru berbalik dan hendak lari."Tunggu!" Suara Arlo terdengar lagi.Sopir itu semakin panik. Di matanya, pemuda ini adalah orang yang bahkan tidak takut menghadapi senjata api! Adegan yang baru dia saksikan itu lebih gila daripada film. Dia pun teringat pada adegan klise di layar lebar. Setelah ini, biasanya saksi akan "dibungkam"."Kasih aku rekeningmu! Aku akan transfer sekarang!" kata Arlo tenang.Dengan tubuh kaku, sopir itu memberikan nomor rekening. Arlo pun segera mentransfer 20 juta. Begitu mendengar bunyi notifikasi uang masuk, sopir itu menatap tak percaya. Namun, dia tidak berani bertanya apa-a

  • Warisan Ilmu Pengobatan Terpendam   Bab 95

    Wajah Arlo sedikit menggelap. Jika tabrakan jip yang pertama tadi masih bisa dianggap satu persen kemungkinan sebagai kecelakaan, maka kali ini sudah jelas benar-benar ditujukan untuk mereka."Ayah, pegang yang kuat!" ucap Arlo dengan suara berat, lalu mengentak pedal gas. Mobil langsung melesat ke depan.Setelah menstabilkan arah, kedua mobil sempat sejajar. Dari kaca jendela, Arlo bisa melihat jelas sopir jip itu adalah seorang pria berjanggut lebat yang berusia lebih dari 40 tahun.Di wajah pria berjanggut itu ada sebuah bekas luka yang panjang dan dalam, membentang dari bawah mata kiri hingga ke sudut mulut kanan, membuat wajahnya tampak garang dan menakutkan.Mata mereka saling bertemu dan memancarkan aura membunuh yang tajam.Victor mencengkeram erat pegangan tangan hingga jemarinya bergetar. Kecepatan mobil begitu tinggi. Di jalan sempit berliku seperti ini, situasinya benar-benar berbahaya.Saat melewati sebuah tikungan tajam lagi, Arlo melihat ada sebuah truk besar melaju dari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status