Home / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 27: Toyo Ingin Pergi

Share

Bab 27: Toyo Ingin Pergi

Author: D.Arluna
last update Last Updated: 2025-07-03 12:35:13

Malam WarKoDuBa tenang, tapi tidak benar-benar damai. Sejak penyeduhan Resep Terakhir, suasana terasa sedikit... kosong. Seperti ada kursi yang tak terlihat, namun selalu mengundang tatapan ke arahnya.

Toyo duduk di meja pojok, tempat biasa Karina menyendiri. Tangannya menggambar di atas tatakan gelas—sebuah rumah kecil, dengan dua pintu. Satu terbuka, satu tertutup.

“Mas Dimas,” katanya perlahan. “Boleh tanya sesuatu?”

Dimas yang tengah menyeka teko hanya mengangguk.

“Kalau seseorang... punya tempat lain yang memanggil, tapi hatinya masih tertinggal di sini... dia harus ke mana dulu?”

---

Dimas menghentikan lapnya.

“Kamu mau pergi, Yo?”

Toyo tidak langsung menjawab. Ia menunduk, lalu menyodorkan selembar surat yang terlipat rapi. Di atasnya tertulis dengan tinta biru:

> “Dari Ayah - Dunia Sebelah”

---

Isi surat itu ringkas tapi padat emosi:

> “Toyo, anakku. Dunia kita tak lagi seperti dulu. Kami butuhmu di sini. Suaramu... bisa menyelamatkan rasa yang mulai hilang. Tapi aku tahu kamu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 57: Tamu dari Masa Lalu

    Pagi itu warung kopi Dunia Bawah terasa lebih tenang dari biasanya. Tidak ada ledakan dari dapur, tidak ada pelanggan yang mendadak berubah jadi kodok, dan tidak ada Karina yang menjerit karena putus lagi sama pacar hantu barunya. Semua tampak… normal.Toyo sedang menyapu lantai dengan penuh semangat sambil bersenandung lagu dangdut remix. Randi sibuk mengedit video klip pelanggan semalam yang berasal dari planet berbentuk semangka, sementara Dimas duduk di balik meja kasir, menyeruput kopi sambil membaca surat kabar dunia manusia yang isinya penuh keanehan menurut standar Dunia Bawah."Dimas! Ada paket buat lo!" teriak Pak Kurir Setengah Dewasa, makhluk bertubuh separuh anak-anak dan separuh orang tua yang selalu mengantarkan paket dengan gaya dramatis seperti pengantar naskah film.Dimas menatap bingung ke arah kotak besar yang diturunkan dengan pelan oleh kurir tersebut. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan miring-miring yang berbunyi:> "Untuk: Dimas Dari: Yang Pernah Kau

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 56 - Jejak Malam dan Perangkap Sunyi

    Pukul dua dini hari. Langit kota masih mendung dan angin malam menyapu lorong-lorong sempit yang menghubungkan rumah-rumah tua di kawasan timur. Dimas berdiri di depan gang buntu yang kini tampak lebih seperti jalan menuju neraka. Toyo berdiri di sampingnya, menggigil bukan karena dingin, tapi karena firasat buruk yang membekap jiwanya sejak mereka keluar dari Warung Kopi Dunia Bawah tadi malam."Mas... yakin ini tempatnya?" bisik Toyo pelan."Yakin nggak yakin, kita udah dipandu sama jejak energi dari Karina. Aura dia terakhir tertinggal di sini..." jawab Dimas sambil menyalakan lampu senter kecil di ponselnya.Randi, yang baru tiba dengan napas tersengal setelah lari dari arah seberang, bergabung sambil mengatur napasnya. "Lo tau nggak, jalanan tadi itu kayak dilipat. Tiba-tiba gue balik lagi ke tempat awal. Ini beneran kawasan gang mistis, Mas."Dimas mengangguk. "Ya. Sialnya, kita udah masuk terlalu dalam. Karina nggak muncul, dan energi jiwanya kayak... terganggu.""Terganggu gim

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 55 - Malam yang Mengubah Segalanya

    Hujan masih mengguyur Jakarta malam itu. Lampu jalan yang basah memantulkan cahaya kuning suram di atas aspal, menciptakan suasana yang muram dan penuh ketegangan. Dimas duduk di balik meja bar Warung Kopi Dunia Bawah, menatap jendela yang dipenuhi embun, sesekali menyesap kopi pahit tanpa gula."Tumben kamu nggak ngomel hari ini, Mas Dimas," ujar Toyo sambil meletakkan tumpukan piring kotor di meja belakang.Dimas hanya mengangguk pelan. Matanya masih kosong. Sejak pertemuan dengan arwah Pak Rohadi dua malam lalu, pikirannya terus digelayuti pertanyaan—siapa sebenarnya dalang di balik semua kekacauan yang akhir-akhir ini terjadi?Randi datang sambil membawa laptopnya. "Bro, aku udah upload teaser video tentang pelanggan kita yang dari dunia paralel. Lumayan banyak yang nonton, tapi ada yang aneh.""Aneh gimana?" tanya Dimas, akhirnya membuka suara."Ada akun yang komentar berulang kali, pakai nama 'Laresya17'. Komentarnya cuma satu kalimat: 'Hentikan sebelum semuanya hancur.' Dan itu

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 54: Purnama Hitam di Langit Warung

    Malam itu, bulan menggantung sempurna di atas warung kopi yang mulai ramai dengan tamu-tamu dari dunia yang tak biasa. Cahaya perak dari langit menyinari bangunan kayu sederhana itu, memberikan aura magis yang menyelimuti semuanya. Dimas berdiri di balik meja barista, menyeduh kopi hitam untuk seorang pelanggan berjubah kabut yang hanya bicara dalam gumaman."Ini untuk Tuan?" tanya Dimas sambil menyodorkan cangkir.Sosok berjubah itu mengangguk, lalu duduk di pojok warung tanpa suara. Toyo, seperti biasa, sibuk menyusun loyang kue mistis yang katanya bisa membuat orang tertidur tiga hari tiga malam. Di meja dekat jendela, Karina tampak termenung menatap langit. Bulan purnama selalu mengingatkannya pada kehidupan lamanya, sebelum menjadi hantu yang galau."Ada yang aneh malam ini," gumam Karina."Kamu ngomong sendiri atau ngomong ke aku, Rin?" sahut Randi yang sedang mengetik skrip konten horor baru sambil menyeruput kopi susu.Karina menoleh dengan pandangan serius. "Kau nggak merasa

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 53 – Aroma Rahasia dari Ruang Ketiga

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali sunyi. Malam itu, Dimas duduk sendirian di bangku bar panjang sambil memandangi toples-toples biji kopi dari berbagai penjuru dimensi. Toyo sudah tertidur pulas di kursi malasnya, dengan suara dengkuran pelan seperti seekor wombat lapar. Karina melayang malas di dekat langit-langit, memainkan rambutnya sendiri, sedangkan Randi... entah ke mana sejak sore tadi.Namun suasana tenang itu tak berlangsung lama. Suara detak pintu belakang terdengar lirih—bukan pintu masuk biasa, melainkan pintu ketiga. Pintu yang seharusnya terkunci rapat dan hanya bisa dibuka oleh makhluk yang membawa wewangian tertentu.Dimas langsung berdiri.“Karina. Kau dengar itu?”Karina mengangguk pelan. “Itu... bukan suara pintu biasa.”Pintu ketiga adalah ruang penyimpanan rahasia. Di sanalah Dimas menyimpan biji kopi paling misterius yang belum pernah dipakai. Sebagian darinya bahkan belum diketahui asal muasalnya, dikirim oleh entitas-entitas tak dikenal lewat jalur dimensi yang t

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 52 – Kesaksian dari Dimensi yang Terlupakan

    Warung Kopi Dunia Bawah pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Kabut tipis menyelimuti kaca jendela, membuat suasana seperti negeri dongeng yang berkabut kelabu. Dimas membersihkan meja dengan gerakan pelan, sementara Toyo duduk memandangi mesin kopi seolah sedang mempertanyakan makna hidupnya.“Gak biasanya sepi gini, Mas,” ucap Toyo sambil menyeruput kopi tanpa semangat.“Emang kamu pernah ngerasain rame?” sahut Dimas, menyeka meja terakhir sebelum duduk di hadapan Toyo. “Kita warung kopi dunia bawah, Yo. Ramainya kalau ada yang mau kabur dari neraka atau nostalgia di antara dimensi.”Tiba-tiba, pintu terbuka perlahan. Sosok perempuan berambut panjang dengan gaun berenda putih melangkah masuk. Wajahnya pucat, matanya merah, tapi tak menyeramkan—malah seolah menanggung luka batin dalam.“Selamat datang... di tempat yang tidak pernah kau cari, tapi selalu menunggumu,” ujar Dimas formal seperti biasa.Perempuan itu menatap keduanya dengan sorot penuh keraguan. “Aku... tidak tahu ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status