Bicara tentang bulan madu, honeymoon atau apa pun itu yang patut dikerjakan sebagai ritual pasangan pengantin baru, menyimpan sebuah trauma yang besar untuk Salsabila. Jika orang yang baru kembali dari bulan madu, pasangan itu akan semakin berbunga-bunga, cinta di antara mereka semakin besar, dan tak terpisahkan.
Tetapi berbeda bagi Salsabila dan Alan. Justru sekembalinya dari yang katanya honeymoon itu, malah semakin membuat hubungan keduanya dingin dan semakin kaku. Sejak saat itu, Salsabila merasa setiap ada orang yang membahas tentang honeymoon, membuat pikirannya akan melanglang buana ke kejadian tiga tahun yang lalu, tepat setelah dua bulan pernikahan keduanya.Sama seperti pasangan pengantin baru yang lainnya, ibu Rena tentu saja terus memaksa keduanya untuk melangsungkan bulan madu. Meskipun pada saat itu Alan dan Salsabila menolaknya secara terang-terangan, hanya saja tetap tidak bisa jika itu sudah menyangkut perintah dari orang tuanya.Seketika bayangan masa lalu itu kembali terulang, teringat dan bayang-bayang di dalam kepala Salsabila. Kejadian tiga tahun yang lalu itu, tepat di bulan kedua pernikahan mereka dilangsungkan.“Makan yang banyak, Salsa.” Ibu Rena—ibunda Alan—begitu bersemangat mengambilkan nasi serta lauk untuk menantunya, ia berdiri di dekat Salsabila yang sudah tampak merasa tak enak.Selalu seperti ini, setiap mereka berkunjung ke rumah orang tua Alan di Surabaya, sudah pasti dia akan diperlakukan seperti ini. Bak seperti anak kandung sendiri, dan hal itu yang terkadang membuat Salsabila merasa bersalah pada ibu Rena dan Ayah Dirgantara karena telah membohongi keduanya perihal pernikahan mereka.“Makasih banyak, Ma.” Perempuan keibuan itu tersenyum hangat, di balik meja makan hanya ada empat orang manusia. Adik Alan yaitu Alexa masih merintis kariernya di Jepang dan jarang pulang. Sebenarnya Dirgantara dan Rena selalu mendesak Alan agar ia dan Salsabila untuk sementara ini tinggal di rumah mereka, selagi Alan tengah mencari-cari rumah daripada tinggal di apartemen.Hanya saja Alan tetap keukeuh agar ia dan Salsabila tinggal di apartemen saja di Jakarta untuk sementara waktu. Lagi pula jika Alan mengikuti keinginan orang tuanya, bukankah lambat laung hubungan tak harmonis antara ia dan Salsabila bisa cepat terbongkar? Dan Alan akan sulit menemui Meira lagi.“Salsa, Alan perlakukan kamu dengan baik, bukan?” Kali ini Dirgantara yang berbicara, sang istri kini beralih mengisi piring milik Alan sebelum melangkah hampir kursi sendiri—tepat di sebelah suaminya.“Iya, kok, Pa.” Salsabila melirik ke arah Alan yang sibuk memakan masakan ibunya, ia terlihat tak acuh.“Kalau Alan bikin masalah, langsung saja bilang ke Papa, ya. Dia memang lumayan susah buat diatur,” tutur Dirgantara lagi dengan nada penuh ketegasan.“Coba saja Salsa mau di sini, pasti kita bisa pergi bersama-sama, sepi banget cuma tinggal berdua, yang lainnya hanya pengurus rumah,” keluh ibu Rena, ia tatap Salsabila dan putranya bergantian.“Maaf, Ma. Saat ini perusahaan lagi sibuk-sibuknya, Alan juga tengah ada kerja sama yang membuatnya benar-benar sibuk. Jadi, maaf kalau kami jarang datang ke sini dan membuat Mama kesepian.”Rena mengangguk-angguk. Tahu bahwa anak dan menantunya itu punya kesibukan masing-masing di Jakarta membuatnya tak bisa berkata-kata lagi. “Oh iya, bagaimana progres rumah kamu, Lan? Apakah sudah menemukan yang cocok?”Alan yang sejak tadi hanya tampak acuh tak acuh segera mengangkat kepalanya dan menatap ibunya. “Sudah, Ma. Alan sudah menemukan sebuah rumah yang tempatnya strategis buat kami berdua. Harga dan lokasinya juga sudah cocok dan Alan menyukainya.”Tampak ibu Rena mengerutkan keningnya. “Apa Salsa juga menyukainya? Ini bukan tentang kamu saja, Lan. Tetapi saat ini kau akan tinggal bersama, jadi pendapat dari Salsa juga berperan sangat penting.”Salsabila yang mendengar namanya disebut-sebut kembali menimpali, “Iya, Ma. Aku juga suka dengan pilihan rumah yang dikatakan oleh Mas Alan. Tempatnya bagus dan aku menyukainya, Ma.”Alan menatapnya dengan sengit, dan Salsabila hanya tersenyum maklum. Bagaimana tidak, ia berbohong kali ini. Alan sama sekali belum menunjukkan rumah yang katanya akan mereka tinggali setelah ini, hanya saja tidak mungkin Salsabila tidak berbohong dan membawa masalah untuk Alan. Jadi, Salsabila lebih baik berbohong saja.“Jadi kapan kalian rencana akan pindah?” tanya Dirgantara ikut penasaran tentang rumah anaknya.Raut wajah Alan yang tadinya kesal, kini kembali mengubahnya dan tersenyum ke arah ayahnya. “Kemungkinan bulan depan, Pa. Masih ada yang perlu direnovasi dan barang-barangnya belum lengkap. Aku dan Salsa akan mengisinya terlebih dahulu, dan pindah setelah benar-benar siap untuk ditinggali.”“Baguslah. Kalian harus secepatnya pindah, lagian sebentar lagi pasti akan ada keluarga baru di antara kalian. Tidak mungkin kan, kamu sebagai pemimpin rumah tangga menyediakan tempat yang sempit untuk keluargamu.” Ibu Rena kembali berkata dengan penuh arti kepada Alan.Sedangkan pria itu yang sama sekali tidak memahami perkataan ibunya, mengangkat alis dan bertanya dengan polosnya. “Keluarga baru? Maksudnya keluarga baru apa, Ma? Apa akan ada yang akan tinggal bersama kami?”Rena seketika melirik ke arah suaminya dan mendengkus kasar. “Maksud mama anak, Lan. Pasangan suami istri itu harus segera memikirkan tentang anak, tidak mungkin kalian tidak memikirkan seorang keturunan? Kalian tidak berniat menunda, bukan?”Deg!Astaga ... jadi keluarga baru yang ibu Rena bicarakan itu adalah seorang anak? Anaknya bersama Alan? Oh Tuhan! Bagaimana mungkin? Bahkan dua bulan pernikahan mereka ini Alan sama sekali belum pernah menyentuhnya dalam artian yang sebenarnya. Bahkan kamar keduanya berpisah, jadi bagaimana mungkin proses menghasilkan keluarga baru itu akan terjadi di antara mereka?“T—tidak, Ma. Kami tidak menunda, iyakan, Sa?” Alan mengedik penuh arti ke arahnya.“I—iya, Ma.”“Kalau begitu, kenapa kalian tidak berbulan madu saja? Kata teman-temanku, kebanyakan anak mereka yang kembali dari bulan madu akan langsung tokcer, akan langsung jadi.”Seketika Alan dan Salsabila tersedak secara bersamaan, mereka segera meneguk air putih yang tersedia. Pertanyaan ibu Rena benar-benar memiliki efek mengejutkan yang luar biasa. Honeymoon? Satu kata yang tak pernah terlintas di kepalanya, dan ia yakin Alan juga rasakan hal yang sama.“Kalian ini kompak banget, ya. Kalau kalian tidak berangkat honeymoon sekarang, kapan lagi? Ini sudah dua bulan kalian menikah, lo. Apa mau Mama nanti kalian tinggal di apartemen?” Dirgantara menatap anak-anaknya, andai saja ia tahu kondisi asli kehidupan pernikahan Alan dan Salsabila, mungkinkah Dirgantara akan menyarankan hal yang sama?“Iya, kalian mau ya kalau Mama tinggal di apartemen? Ini Mama serius kasih ancaman, kami mau kalian lekas pergi berbulan madu,” imbuh ibu Rena, kedua tangannya sibuk mengisi piringnya dengan makanan.“Tetapi, aku sama Salsa itu sibuk urusan kerja. Jadi, kita belum bisa kalau harus—““Papa sudah siapkan tiketnya, soal akomodasi buat perjalanan kalian berdua juga sudah clear semua. Kalian tinggal berangkat saja. Masalah pekerjaan, itu hal yang gampang. Jadi, kalian Cuma tinggal berkemas dan berangkat ke Barcelona,” sela Dirgantara membuat Alan dan Salsabila mendelik tak percaya.“Apa? Barcelona?” sahut Salsabila dan Alan secara bersamaan.Dengan piciknya, Salsabila berpikir kalau mungkin saja honeymoon yang telah dirancang oleh kedua orang tua Alan mungkin saja akan menjadi jalan yang baik untuk hubungan pernikahannya dengan suaminya itu.Meskipun berat rasanya pergi hanya berdua dengan Alan, akan tetapi ada secercah harapan untuk masa depan pernikahannya, mungkin saja ada sesuatu yang membahagiakan untuk hubungannya dengan Alan.Hari ini adalah keberangkatan mereka ke Barcelona, keduanya sama-sama keluar dari dalam kamar seraya menarik koper masing-masing, mereka beradu pandang dalam jangka beberapa detik sebelum Alan melenggang lebih dulu menarik kopernya hampiri ruang tamu, ia sandarkan benda itu pada meja, kemudian menyusul duduk di sofa dan mengeluarkan ponselnya, tampak terlihat acuh tak acuh dengan keberadaan dirinya. Sebentar lagi Rena dan Dirgantara akan datang, beliau sampai jauh-jauh dari Surabaya ke Jakarta untuk mengantar langsung pasangan yang masih dikatakan baru itu ke bandara.
‘Aku mencintai wanita lain.’‘Kau tidak perlu berharap karena aku mencintai wanita lain.’Kalimat itu terus memenuhi kepala Salsabila, ucapan-ucapan menyakitkan yang sebelumnya dilontarkan oleh Alan terus terngiang-ngiang di dalam pikirannya. Sungguh, ia memang tahu bahwa ia menikah bukan karena cinta, tetapi bisakah Alan sedikit saja menjaga perasaannya. Haruskah dia sefrontal itu mengatakan bahwa ia mencintai wanita lain, wanita yang bukan dirinya yang notabene-nya adalah istrinya?Perjalanan yang ditempuh dalam jalur udara sama sekali tidak dinikmati oleh Salsabila. Saat ini menaiki pesawat sampai pesawat yang ditumpanginya mengudara, berat rasanya Salsabila membuka suara. Terlebih lagi Alan di sampingnya sama sekali tak sedikit pun menanggapinya. Dia hanya sibuk dengan majalah di sampingnya dan sama sekali tidak memedulikan dirinya yang tengah melamunkan banyak hal.Baru beberapa jam ia berduaan dengan Alan dan ia sudah makan hati sert
‘Katanya, tempat ini adalah akhir dunia. Kalau memang benar, izinkan aku kembali ke tempat ini untuk terakhir kali bersama seseorang yang benar-benar mencintaiku, menginginkanku, Tuhan!’Salsabila tersenyum kecil menatap keadaan sekitar, angin berembus cukup kencang di dekat pelabuhan La Corun, Galacia, Spanyol. Suara debur ombak lautan biru di dekat mereka terdengar seperti sebuah nyanyian yang cukup panjang, langit dan samudera sering kali bersaing di sana—perihal tentang siapa yang biru dan memikat, nyatanya sama saja, setiap sudut bisa dikagumi oleh orang-orang yang datang mengunjungi tempat tersebut.Salsabila dan Alan berdiri bersebelahan pada selasar yang membentuk sebuah setapak bundar mengitari sebuah mercusuar peninggalan Romawi setinggi 55 meter dengan posisi menghadap ke laut Atlantik Utara dari pesisir pantai Spanyol. Mercusuar yang dibangun pada paruh kedua abad pertama menjadikan tempat itu sebagai mercusuar tertua di dunia yang masih beroperasi.
Pada malam harinya, Alan tampak sedang berbicara dengan seseorang di balik ponselnya. Entah dengan siapa Alan berbicara melalui ponselnya di luar kamar, ia hanya sebentar—sebelum akhirnya kembali seraya mengarahkan layar ponsel di depan wajah, kali ini sebuah panggilan video berlangsung, terlihat wajah Rena di sana, artinya akting harus segera dilangsungkan. “Hallo, Ma.” Alan melambaikan tangan menatap layar ponselnya, ia duduk begitu saja di sisi Salsabila. Jika tadi ada jarak sekitar dua jengkal, kali ini Alan sengaja memangkasnya, kulit lengan bersentuhan –sengaja mempertontonkan kedekatannya dengan Salsabila pada sang ibu. “Salsa dan Alan lagi apa sekarang?” Salsabila tersenyum tulus saat melihat wajah sang ibu mertua, ia tak peduli lagi pada sikap sok harmonis Alan saat ini. Wanita itu masih sibuk mengunyah makanan yang baru pertama ia coba seraya melambaikan tangan pada layar ponsel. “Kita lagi makan, Ma. Salsa baru pertama ke Barcel
Seharian ini Alan tak menampakkan dirinya, sebelumnya ia izin pada Salsabila bahkan akan mengunjungi temannya berhubung mereka ada di Barcelona. Salsabila jadi tidak semangat, bahkan ia hanya menghabiskan waktu di kamar hotel saja dengan menonton film. Sesekali mata perempuan itu melirik ke arah pintu—berharap seseorang muncul di sana.Ponsel yang tergeletak di permukaan ranjang, tak ada dering berbunyi dari nomor Alan, berkali-kali ada panggilan yang masuk pun hanya dari teman kantor Salsabila sendiri. Tetapi ia juga sendiri tak memiliki inisiatif untuk menghubungi Alan terlebih dahulu. Kali ini ia menguap untuk kesekian kalinya, matanya sudah semakin sipit dan memerah, tetapi Salsabila masih tetap bertahan, ia hanya butuh suaminya pulang dengan keadaan yang baik. Sumpah, dia benar-benar merasa kesepian di negara orang lain. Alan sendiri yang menjanjikan akan pulang malam ini, jadi ia harus mencoba percaya.Untuk menenangkan diri, Salsabila berniat untuk kelua
Bayangan masa lalu tentang pertemuan pertamanya dengan wanita bernama Meira dan rasa kebenciannya terhadap yang namanya bulan madu. Bayangan yang sangat menyakitkan untuk dikenang, seakan-akan Salsabila kembali ke masa-masa itu, masa suram versi Salsabila.Sejak saat itu, Salsabila benar-benar berubah. Ia memang tidak langsung menggugat cerai pria itu, dan Alan sepertinya juga tidak punya pemikiran ke hal itu. Tetapi Salsabila benar-benar berbeda dalam hal yang sebenarnya, ia tidak lagi berusaha mempertahankan pernikahannya dan membuatnya mengalir apa adanya.Tetapi sejak saat itu juga, Salsabila tidak pernah lagi mendengar tentang Meira dan ia tidak tahu apakah sekarang Alan masih berhubungan dengan wanita itu. Sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri pria itu bersama Meira bak keluarga bahagia.Hal itu juga yang memunculkan banyak kenangan masa lalu menyakitkan di antara mereka.****Salsabila meneguk kopi selagi terus
Alan merasa Salsabila memiliki pemikiran yang berbeda mengenai pernikahan ini. Dulu dia masih berusaha menjalankan kewajibannya sebagai istri. Salah satunya seperti yang tadi disebutkan oleh bude Yun, menyiapkan sesuatu yang tentu saja Alan sukai. Pemahaman keduanya jelaslah berbeda, tetapi Alan juga sadar diri ia tidak ingin menyakiti hati wanita itu dengan mengatakan langsung ketidak sukaannya kepada Salsabila. Jadi menghindari dia, sampai wanita itu menangkap maksud penolakan dari Alan, dan berhasil. Wanita itu sadar dan berlalu begitu saja. Alan tentu masih punya hati nurani, jadi masih ada perasaan bersalah kepada Salsabila. Tetapi meskipun begitu bukankah perasaan tidak bisa dibohongi?Sampai kemudian saat honeymoon mereka di Barcelona, Alan benar-benar kejam menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Memperlihatkan bahwa ia memiliki wanita lain, dan meminta Salsabila untuk tidak berharap darinya.Dan memang berhasil, Salsabila mengerti bahwa ia hanyalah i
Seperti permintaan ibu mertuanya pada akhirnya di sinilah Salsabila berakhir, di sebuah salon megah yang menjadi langganan keluarga Dirgantara. Alexa yang pertama kalinya membawa ke tempat ini, awalnya Salsabila tentu saja tidak terbiasa mendatangi tempat-tempat yang seperti ini.Tetapi Alexa terus memberikannya kepercayaan diri bahwa itu memang keharusan dilakukan oleh seorang perempuan, terlebih lagi Salsabila adalah seorang istri. Alexa terus menekankan kepadanya bahwa ia harus tampil cantik di depan Alan, agar pria itu semakin mencintainya dan tidak akan mengkhianatinya.Tetapi bagaimana mungkin, Alan bahkan sudah punya wanita lain jauh di saat mereka belum melangsungkan pernikahan, dan sama sekali tidak ada niatan bagi pria itu untuk mengakhiri hubungannya. Miris sekali, bukan?Salsabila menjalani perawatan hingga nyaris jam sepuluh malam. Pihak salon jelas tidak akan keberatan jika pegawainya lembur hanya untuk melayani seorang istri dari kelua