Share

4. Kematian

Penulis: Trah Rona
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-30 09:41:21

"P-putri Wilburn." salah satu wanita muda yang memakai gaun berwarna putih dengan bentuk bunga primrose menyebut nama lengkap Clarence dengan gugup.

"P-putri, salam."

Niat awal Clarence mendatangi para wanita bangsawan itu adalah untuk menemui Dissy Lein Rosewood, seorang wanita muda bangsawan yang menurut Pangeran adalah musuh bebuyutannya. Clarence ingin berbicara secara langsung dengan musuh Clarence asli, untuk mengetahui siapa yang paling jahat. Pemilik tubuh ini, atau Dissy?

Clarence juga perlu mengenal 'siapa' itu Clarence Wilburn yang asli. Karena bertanya pada Pangeran tidak memberikannya jawaban yang diinginkan, Clarence memutuskan untuk memulai langkah pertamanya dengan Dissy Lein Rosewood.

Namun sayang, ketika Clarence menghampiri mereka semua, ekspresi ketakutan——yang semula Clarence pikir hanya ditujukan pada Pangeran——kembali menghiasi ekspresi mereka. Wajah yang dibubuhi oleh bedak tebal itu makin terlihat memucat. Ini membuat Clarence penasaran. Dia tertarik mencari tahu, sehingga dia menepikan tujuan utamanya untuk sementara waktu, dan memilih untuk melontarkan pertanyaan acak.

"Ada apa dengan ekspresi kalian semua?" tanya Clarence bingung.

Tapi alih-alih menjawab, semua wanita malah semakin kehilangan darah di wajah mereka. Sangat pucat, dan terlalu melukiskan dengan jelas ketakutan yang mereka alami.

"K-kami tidak——" wanita muda yang hendak bicara tiba-tiba bersujud didepan kaki Clarence. Tindakannya yang mengejutkan itu tentu saja menarik perhatian semua orang. "M-maafkan aku, Yang Mulia Putri! Jangan hukum keluargaku dan tolong maafkan sikap kekanak-kanakan yang aku lakukan, aku mohon!" dia menangis histeris sambil menatap lantai.

Ekspresi Clarence berubah terdistorsi. Apa yang wanita ini lakukan? Bukankah Clarence hanya bertanya saja? Kenapa dia malah ketakutan dan membuat Clarence malu seperti ini?

"Apa yang sedang kau lakukan? Berdiri." kata Clarence sambil mengulurkan tangan, bermaksud membantu wanita itu untuk berdiri.

Tapi, begitu tangan Clarence menyentuh tangannya, tubuh wanita muda itu makin tremor. Tangis menyedihkannya mengeras. "S-saya minta maaf, Putri! Saya——jangan sakiti saya! Saya mohon kebaikan hati Tuan Putri!"

Bisik-bisik mulai merayap di aula yang sunyi. Namun, begitu Clarence menoleh, tatapan mereka langsung bergetar ketakutan, dan wajahnya berubah putih. Ini... menyebalkan. Hal yang dia alami sekarang membuat kepala Clarence terasa penuh, karena dia tidak mengerti segalanya. Dia tidak tahu apa-apa. Dia bingung, kenapa hidup di dunia ini sangat sulit? Terlalu banyak percobaan yang menghalangi upaya Clarence.

Clarence mendesah——tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, sekaligus juga tidak mampu menuruti perintah yang telah Pangeran ucapkan berkali-kali——untuk tetap tenang dan tak terbaca.

"Kau terlalu berlebihan, Nona. Aku hanya bertanya padamu, dan kau sudah ketakutan seperti itu? Apakah keluargamu tidak memiliki guru etiket untukmu? Jika kau menangis karena hal kecil, maka——"

Ucapan Clarence tidak dapat berlanjut karena dari kejauhan, tiba-tiba seorang wanita bangsawan yang lebih tua berlari tunggang langgang ke arahnya. Wajah wanita itu pias. Clarence terkejut, tapi lagi-lagi, sebelum ia mampu menyampaikan satu patah katapun, wanita tua tersebut telah mengambil tangannya dan berjongkok di depan Clarence.

Clarence mengerjap, sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. "Nyonya, apa yang——"

"Ini kesalahanku, Putri. Maaf karena tidak bisa mendidik putriku dengan benar. Dia terlalu kami manjakan karena terlahir kurang sehat, sehingga menjadi kurang ajar seperti ini. Maafkan aku. Jika Putri tidak puas atas permintaan maaf wanita tua ini, maka aku saja yang akan menggantikan hukuman Ania! Aku memohon padamu, Putri——berkah yang diterima Thaas Rachem ini."

"Astaga, aku tidak——"

"Aku mohon dengan sangat, Putri Clarence Wilburn. Demi pernikahanmu yang sangat mulia ini, aku mohon, izinkan aku menggantikan hukuman untuk Putriku. Apa pun yang kau inginkan, aku akan melakukannya." ujar wanita bangsawan itu sambil berlinang air mata.

Wajah Clarence sudah campur aduk saat ini. Kenapa ucapannya terus menerus disela? Dia merasa kesal, sekaligus bersalah. Pada awalnya yang ingin dia katakan adalah; "Jika kau menangis karena hal kecil, maka hidupmu tidak akan bertahan lama. Ada banyak orang jahat di dunia yang menginginkan kematianmu." tapi tidak ada yang mau mendengarkannya.

Ah. Ini akan semakin menghancurkan citra Clarence Wilburn alih-alih memperbaikinya. Rencana Clarence untuk bercerai dan hidup dengan nyaman disalah satu rumah paling besar di ibu kota terasa semakin jauh. Clarence sekarang bahkan dapat melihat kebebasannya melambaikan tangan——gesture selamat tinggal.

Ini menyebalkan.

"Tidak bisakah kau membiarkanku berbicara terlebih dahulu?" Clarence akhirnya tidak bisa menahan diri untuk berbicara dengan nada dingin. Ditatapnya mata ibu dan anak itu dengan sorot tajam, yang penuh peringatan.

Segera, tubuh mereka bergidik ketakutan.

Sebenarnya ada beberapa kata-kata dalam pikiran Clarence untuk 'membungkam' mereka. Tapi hal tersebut tak lagi menjadi fokus Clarence, sebab Dissy Lein Rosewood——Nona yang menjadi perhatiannya sejak tadi——tiba-tiba muncul. Netranya yang memiliki pupil abu-abu menatap Clarence, dengan sorot... mengejek.

Sebagai 'tamu' dalam tubuh ini, Clarence sama sekali tidak tahu hubungan permusuhan macam apa yang ada diantara Clarence asli dan Dissy. Dia bahkan tidak mengenal siapa itu Clarence, apalagi musuhnya.

Namun saat ini, melihat tatapan mencemooh yang Dissy layangkan, Clarence dapat merasakan dadanya memanas oleh amarah. Entah karena pengaruh kebencian yang dimiliki oleh tubuh asli atau sebab lain, tapi Clarence kini sangat ingin memukul Dissy menggunakan sekop pasir.

Keinginan ini terlalu kuat. Clarence harus mengepalkan tangan dan mengingat akan kematian-kematian yang ia alami di kehidupan sebelumnya, agar tidak salah langkah.

"Nona Rosewood," Clarence melafalkan nama Dissy sambil membalas tatapan wanita itu dengan sorot datar. "Bisakah kita berbicara secara pribadi?"

Dissy balas tersenyum anggun, menghilangkan sepenuhnya tatapan mencemooh yang sedari tadi ada di matanya. Berdasarkan dugaan Clarence, Dissy Lein Rosewood adalah seorang wanita yang hobi menyembunyikan kebusukannya dengan wewangian.

Bahasa lainnya... munafik.

Clarence merasa harus waspada dengan wanita ini. Dia bisa menghancurkan rencana Clarence untuk segera bercerai dengan Pangeran, dan hidup nyaman sebagai lajang paling kaya di Ibu kota.

"Apa yang ingin anda bicarakan denganku, Yang Mulia?"

"Tidak bisakah kau memahami ucapanku tadi, Nona? Bahkan hanya untuk——"

Ucapannya terpotong, karena secara tiba-tiba, senyap kembali datang. Melalui sudut mata, ia melihat kalau berbagai macam tatapan mengarah padanya——yang mayoritas merupakan keterkejutan.

Nampaknya, jawaban yang ia berikan tadi terlalu kasar. Clarence tidak bisa menahan kalimat itu keluar dari bibirnya. Kala Clarence meluruskan tatapan pun, ia juga mendapati bahwa pupil mata Dissy bergetar, dan mulai menatapnya segan.

'Ah, ini langkah yang buruk, Cla'

Dissy berdehem, dan menundukkan kepala. "Bila apa yang saya katakan tadi menyinggung Putri, maka tolong beri saya hukuman yang pantas." Katanya dengan nada lemah.

Clarence merasa kepalanya sangat pening saat ini. Ketika dia hendak menyahut, tangannya yang berada disisi tubuh tiba-tiba disenggol oleh seseorang. Clarence menoleh, dan seketika mengerutkan kening kala mendapati seorang laki-laki bangsawan tengah menatapnya dengan sorot penuh arti.

"S-siapa——" Clarence tidak jadi berbicara, sebab laki-laki itu sudah membungkuk hormat, dan berbicara mendahuluinya.

"Erun Lexion Uli, Yang Mulia Putri." Katanya. Lantas, tanpa memperhatikan ekspresi macam apa yang kini telah terlukis di wajah Clarence, dia melanjutkan dengan nada sedang——yang hanya mampu didengarkan oleh mereka berdua. "Akhirnya... aku dapat bertemu denganmu lagi, Cla."

Clarence seketika membeku.

Erun Lexion Uli. Clarence Divn Rivas. Dan...

Ekspresi Clarence berubah kosong. Dua nama itu tentu saja tidak asing baginya. Di kehidupan sebelumnya, Erun, Clarence, dan satu nama lagi adalah yang menemaninya hingga kematian menjemput. Bisa dibilang... ketiganya merupakan pengisi kebahagiaan dalam hidupnya.

Dia harap apa yang ada dipikirannya ini bukan hal yang nyata. Semoga, ini hanya kebetulan saja. Jangan sampai yang ketiga adalah——

"Aku tidak menyangka kalau kau pada akhirnya akan benar-benar menyetujui lamaran kerajaan, Cla. Kau menikah dengan Leopold, dan mengkhianatiku." Erun berujar blak-blakan, tanpa mempedulikan dimana sekarang mereka berada.

Wajah Clarence makin memucat mendengarnya.

Ya. Ini benar-benar merupakan bencana porsi lengkap. Pernikahan yang semula ia pikirkan merupakan tragedi tadi ternyata jauh lebih buruk dari itu.

Ini... adalah bencana.

Dia tidak menyangka, kalau dunia tempat ia berada ini merupakan novel tragis yang ia tamatkan sebelum kematiannya. Dan dirinya... masuk ke dalam tubuh tokoh utama wanita, Clarence.

Clarence Divn Rivas adalah antagonis terburuk yang pernah ada. Nama lainnya adalah ratu tindakan keji, atau ratu iblis. Setiap langkah yang ia ambil meninggalkan kekacauan dan tangis ketakutan. Karena itu tak ada seorang pun yang mau dekat dengan Clarence, kecuali Erun Lexion Uli——kekasihnya. Mereka sudah bersama sejak lama, dan Clarence berniat menikahi Erun untuk dijadikan pelayan pribadinya.

Namun, alih-alih bisa membuat keinginannya itu menjadi nyata, Clarence malah dinikahkan secara paksa dengan Leopold Dale Wilburn, sang pangeran dingin yang terkenal akan kekejamannya. Ratu iblis, dan raja iblis. Seharusnya itu menjadi pasangan paling legendaris, jika saja masing-masing dari keduanya tidak saling membenci satu sama lain.

Dan kini, Clarence dengan jiwa lain juga tidak berniat menjadikannya kenyataan. Karena dia tahu, bahwa takdir Clarence Divn Rivas adalah mati dengan cara paling keji di tangan suaminya sendiri, Leopold Dale Wilburn.

***

Bagi seorang bangsawan, citra dan martabat adalah hal yang terpenting. Bahkan kematian adalah jalan yang lebih baik daripada menjadi orang hina yang selalu mendapat celaan dari orang lain.

Itu adalah pelajaran yang Clarence peroleh dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Dia selalu menjaga citra, dan sebisa mungkin menjauhi masalah.

Namun sekarang... Clarence tidak peduli lagi akan hal itu. Pemikirannya telah berubah. Citra dan martabat tak lagi lebih penting daripada keberlangsungan hidupnya, dan terutama... nyawa.

Clarence tidak ingin mengalami kematian yang menyakitkan lagi.

Timeline kematiannya masih jauh. Dan untungnya, dia memasuki tubuh ini sebelum pemilik asli melakukan kejahatan penghantar kematian. Dia... masih memiliki waktu, untuk mengubah alur dan bertahan hidup.

Karena itu, kalimat pertama yang Clarence ucapkan pada pangeran setelah kembali adalah...

Sebuah permintaan.

"Yang Mulia, bisakah aku meminta sesuatu pada anda?" Clarence bertanya dengan suara bergetar, masih terlalu terkejut akan fakta yang baru dia terima tadi.

Dia... tidak ingin mati dengan menyakitkan lagi.

Pangeran, orang yang akan menghilangkan nyawanya di masa depan, tidak menjawab. Tapi diamnya dia secara tidak langsung mengizinkan Clarence untuk bicara.

Jadi, dengan kondisi tubuh tremor karena ketakutan, Clarence segera berujar, "Yang Mulia, ceraikan aku."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   17. Tantangan

    "A-apa?"Clarence tidak tahu apa yang Leopold maksud. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya bisa menadapati satu kemungkinan, dan dengan takut-takut bertanya, "Apakah ini adalah..."Cengkeraman Leopold mengendur setelah melihat sorot kebingungan wanita itu. Dia bertanya, "Kau benar-benar tidak tahu?"Mata adalah anggota tubuh yang tidak dapat berbohong. Meski banyak bangsawan disini bisa memanipulasi sorot itu, Leopold adalah orang yang telah berkecimpung di dalam dunia intrik sejak dia lahir, jadi dia sangat bisa membedakan kepalsuan dan kejujuran, tidak peduli seberapa tebal topeng orang tersebut.Dan melihat Clarence benar-benar tampak tidak mengerti apa yang ia maksud, Leopold akhirnya berhenti mengintimidasinya."Putra Mahkota ini bertanya, apa yang kau lakukan disini jika bukan mengikutiku?" tanya Leopold dengan nada dingin.Clarence terdiam sejenak, dan akhirnya mengingat tujuan awalnya. "Aku ingin mengantarkan makanan ringan untukmu, dan juga surat kontrak pernikahan kita. Tap

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   16. Flower and Fragrance

    Weids't Reine adalah kota yang buruk, amat jauh dibandingkan dengan ibukota yang megah. Jika di Querencia banyak pusat hiburan dan kebudayaan, disini hanya ada beberapa bar besar, dan tempat sauna untuk membeli pelacur.Di Thaas Rachem, kota Weids't Reine adalah yang paling terburuk. Tak hanya tertinggal oleh kecemerlangan kota lain, kota ini juga amat sombong, dan tidak menerima aturan dari pemerintah. Mereka hanya menginginkan banyak uang, untuk terus menjalankan tempat perdagangan budak dan sauna pelacurnya.Beberapa menteri dan pegawai pemerintahan yang nakal sering mengambil selir dari tempat pelacuran ini, atau hanya sekedar singgah untuk menikmati jamuan erotis dari beberapa pelacur di dalamnya.Yang paling dicari adalah seseorang dengan tubuh cantik, halus, dan tanpa bekas luka, serta masih perawan. Mereka bahkan rela membayar sepuluh koin perak untuk itu.Di Thaas Rachem, satu koin perunggu bisa menghidupi rakyat jelata selama seminggu, tapi itu tidak berguna bagi orang berku

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   15. Mendapat Masalah

    Clarence adalah seorang wanita, dan dia tidak memiliki senjata di tangannya. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa melawan?Dia merengut sembari berusaha menghindar dari tebasan pedang salah satu bandit. Pinggangnya bergerak dengan lincah, dan tidak nampak goyah ketika pada detik berikutnya, dia menendang tubuh bagian bawah orang yang berniat menyentuhnya.Orang-orang ini gila. Mereka masih sempat-sempatnya berpikiran kotor di tengah pertarungan. Padahal, saat ini, Clarence sudah ngos-ngosan. Di kehidupan sebelumnya, Clarence memang mempelajari beberapa jenis bela diri agar bisa menghentikan takdir buruk. Tapi pada akhirnya dia gagal, dan tetap mati. Jadi, di kehidupan ini, Clarence menjadi malas, dan menunda-nunda berlatih hingga sekarang.Yang pada akhirnya juga sama-sama menyesal, karena baru beberapa waktu berlalu, kulitnya sudah tergores ujung pedang hingga mengeluarkan darah, dan pinggangnya terasa pegal. Gerakan Clarence juga tidak selincah sebelumnya, membuat dia tak bisa menahan

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   14. Posisi Selir

    Itu adalah bayangan hitam yang tiba-tiba melesat entah darimana. Dan di tengah-tengah keterkejutan Clarence, dia tiba-tiba berlutut. Aura dingin dan serius menguar darinya, meski hanya samar-samar.Sesuatu yang mau tidak mau mengingatkan Clarence pada Leopold, entah kenapa."Hormat pada Tuan Putri. Saya adalah penjaga bayangan yang ditugaskan Putra Mahkota untuk menjaga Putri, dan memastikan Putri Mahkota aman di sepanjang perjalanan."Ada fluktuasi di mata Clarence. Dia memandang rumit pada penjaga bayangan itu, berpikir dalam. Clarence sama sekali tidak menyangka kalau Leopold akan sebaik ini padanya. Izin dari Leopold untuk dia menunjukkan kontrak pernikahan yang dibuat Clarence seharusnya sudah menjadi batas toleransi pria itu. Saat ini, jika Clarence tidak salah ingat, adalah permulaan cerita. Konflik utama belum terlihat, hanya meninggalkan sedikit taburan kecil sebagai persiapan. Jadi Leopold seharusnya masih membencinya sepenuh hati hingga tidak bisa menahan untuk menunjukkan

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   13. Dengan Kualifikasi Apa?

    Clarence mondar-mandir di kamar tidurnya sesaat setelah dia selesai berkutat di dapur.Sesekali, tatapannya akan tertuju pada makanan ringan di atas meja, beralih ke pintu, atau pada perjanjian kontrak yang baru dia buat tengah malam tadi.Putra Mahkota mengatakan kalau dia harus mengirimnya saja melalui pelayan, namun Clarence sama sekali tidak bisa percaya pada mereka. Di buku novel, meski ketakutan pada tingkah buruk Clarence, sampai akhir mereka masih berusaha mencela dan menjatuhkannya. Saat kematian Clarence asli lah, mereka menjadi paling bahagia.Apalagi, saat ini, pelayan belum merasa takut padanya, dan masih berani bersikap arogan. Pada Pamannya, Grand Duke August Rivas yang konon katanya memiliki kekuatan setara dengan Kerajaan Thaas Rachem pun, mereka sama sekali tidak takut. Jika begitu, bagaimana dengan dia?"Kecuali, jika aku berhasil mendapatkan kepercayaan Putra Mahkota, dan berteman dengannya." Clarence melanjutkan pemikirannya dengan gumaman penuh tekad.Setelah se

  • Yang Mulia, Ceraikan Aku!   12. Perbincangan Dengan August

    Senyuman aneh Leopold adalah yang Clarence temui ketika jarak mereka hanya tiga meter.Langkah Clarence seketika berhenti. Tubuhnya mengalami tremor kecil. Apa ini? Kenapa Leopold tiba-tiba tersenyum padanya?Dan, bukannya menimbulkan kesan meneduhkan, pria itu malah membuat Clarence berpikir bahwa mendengarkan omelan mertua yang cerewet lebih baik daripada melihat senyuman mengerikan ini."Yang Mulia, saya mendengar anda memanggil saya." Kata Clarence dengan perilaku khas bangsawan.Untungnya, tidak ada yang aneh dalam suaranya. Hanya sedikit getaran, yang Clarence yakin, tidak dapat disadari orang-orang."Datang."Meski takut, Clarence tetap mematuhi perintahnya. Dia mengambil beberapa langkah mendekat dan memangkas jarak, hanya untuk tertegun setelahnya."Ini..."Tangan Leopold tiba-tiba menelusup, dan memegang pinggang Clarence dengan posesif. Dia berujar dingin, "Ya. Paman yang kau rindukan akhirnya datang mengunjungimu, istriku."Tidak ada kehangatan dalam suara maupun gerak-geri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status