Share

4. Kematian

"P-putri Wilburn." salah satu wanita muda yang memakai gaun berwarna putih dengan bentuk bunga primrose menyebut nama lengkap Clarence dengan gugup.

"P-putri, salam."

Niat awal Clarence mendatangi para wanita bangsawan itu adalah untuk menemui Dissy Lein Rosewood, seorang wanita muda bangsawan yang menurut Pangeran adalah musuh bebuyutannya. Clarence ingin berbicara secara langsung dengan musuh Clarence asli, untuk mengetahui siapa yang paling jahat. Pemilik tubuh ini, atau Dissy?

Clarence juga perlu mengenal 'siapa' itu Clarence Wilburn yang asli. Karena bertanya pada Pangeran tidak memberikannya jawaban yang diinginkan, Clarence memutuskan untuk memulai langkah pertamanya dengan Dissy Lein Rosewood.

Namun sayang, ketika Clarence menghampiri mereka semua, ekspresi ketakutan——yang semula Clarence pikir hanya ditujukan pada Pangeran——kembali menghiasi ekspresi mereka. Wajah yang dibubuhi oleh bedak tebal itu makin terlihat memucat. Ini membuat Clarence penasaran. Dia tertarik mencari tahu, sehingga dia menepikan tujuan utamanya untuk sementara waktu, dan memilih untuk melontarkan pertanyaan acak.

"Ada apa dengan ekspresi kalian semua?" tanya Clarence bingung.

Tapi alih-alih menjawab, semua wanita malah semakin kehilangan darah di wajah mereka. Sangat pucat, dan terlalu melukiskan dengan jelas ketakutan yang mereka alami.

"K-kami tidak——" wanita muda yang hendak bicara tiba-tiba bersujud didepan kaki Clarence. Tindakannya yang mengejutkan itu tentu saja menarik perhatian semua orang. "M-maafkan aku, Yang Mulia Putri! Jangan hukum keluargaku dan tolong maafkan sikap kekanak-kanakan yang aku lakukan, aku mohon!" dia menangis histeris sambil menatap lantai.

Ekspresi Clarence berubah terdistorsi. Apa yang wanita ini lakukan? Bukankah Clarence hanya bertanya saja? Kenapa dia malah ketakutan dan membuat Clarence malu seperti ini?

"Apa yang sedang kau lakukan? Berdiri." kata Clarence sambil mengulurkan tangan, bermaksud membantu wanita itu untuk berdiri.

Tapi, begitu tangan Clarence menyentuh tangannya, tubuh wanita muda itu makin tremor. Tangis menyedihkannya mengeras. "S-saya minta maaf, Putri! Saya——jangan sakiti saya! Saya mohon kebaikan hati Tuan Putri!"

Bisik-bisik mulai merayap di aula yang sunyi. Namun, begitu Clarence menoleh, tatapan mereka langsung bergetar ketakutan, dan wajahnya berubah putih. Ini... menyebalkan. Hal yang dia alami sekarang membuat kepala Clarence terasa penuh, karena dia tidak mengerti segalanya. Dia tidak tahu apa-apa. Dia bingung, kenapa hidup di dunia ini sangat sulit? Terlalu banyak percobaan yang menghalangi upaya Clarence.

Clarence mendesah——tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, sekaligus juga tidak mampu menuruti perintah yang telah Pangeran ucapkan berkali-kali——untuk tetap tenang dan tak terbaca.

"Kau terlalu berlebihan, Nona. Aku hanya bertanya padamu, dan kau sudah ketakutan seperti itu? Apakah keluargamu tidak memiliki guru etiket untukmu? Jika kau menangis karena hal kecil, maka——"

Ucapan Clarence tidak dapat berlanjut karena dari kejauhan, tiba-tiba seorang wanita bangsawan yang lebih tua berlari tunggang langgang ke arahnya. Wajah wanita itu pias. Clarence terkejut, tapi lagi-lagi, sebelum ia mampu menyampaikan satu patah katapun, wanita tua tersebut telah mengambil tangannya dan berjongkok di depan Clarence.

Clarence mengerjap, sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. "Nyonya, apa yang——"

"Ini kesalahanku, Putri. Maaf karena tidak bisa mendidik putriku dengan benar. Dia terlalu kami manjakan karena terlahir kurang sehat, sehingga menjadi kurang ajar seperti ini. Maafkan aku. Jika Putri tidak puas atas permintaan maaf wanita tua ini, maka aku saja yang akan menggantikan hukuman Ania! Aku memohon padamu, Putri——berkah yang diterima Thaas Rachem ini."

"Astaga, aku tidak——"

"Aku mohon dengan sangat, Putri Clarence Wilburn. Demi pernikahanmu yang sangat mulia ini, aku mohon, izinkan aku menggantikan hukuman untuk Putriku. Apa pun yang kau inginkan, aku akan melakukannya." ujar wanita bangsawan itu sambil berlinang air mata.

Wajah Clarence sudah campur aduk saat ini. Kenapa ucapannya terus menerus disela? Dia merasa kesal, sekaligus bersalah. Pada awalnya yang ingin dia katakan adalah; "Jika kau menangis karena hal kecil, maka hidupmu tidak akan bertahan lama. Ada banyak orang jahat di dunia yang menginginkan kematianmu." tapi tidak ada yang mau mendengarkannya.

Ah. Ini akan semakin menghancurkan citra Clarence Wilburn alih-alih memperbaikinya. Rencana Clarence untuk bercerai dan hidup dengan nyaman disalah satu rumah paling besar di ibu kota terasa semakin jauh. Clarence sekarang bahkan dapat melihat kebebasannya melambaikan tangan——gesture selamat tinggal.

Ini menyebalkan.

"Tidak bisakah kau membiarkanku berbicara terlebih dahulu?" Clarence akhirnya tidak bisa menahan diri untuk berbicara dengan nada dingin. Ditatapnya mata ibu dan anak itu dengan sorot tajam, yang penuh peringatan.

Segera, tubuh mereka bergidik ketakutan.

Sebenarnya ada beberapa kata-kata dalam pikiran Clarence untuk 'membungkam' mereka. Tapi hal tersebut tak lagi menjadi fokus Clarence, sebab Dissy Lein Rosewood——Nona yang menjadi perhatiannya sejak tadi——tiba-tiba muncul. Netranya yang memiliki pupil abu-abu menatap Clarence, dengan sorot... mengejek.

Sebagai 'tamu' dalam tubuh ini, Clarence sama sekali tidak tahu hubungan permusuhan macam apa yang ada diantara Clarence asli dan Dissy. Dia bahkan tidak mengenal siapa itu Clarence, apalagi musuhnya.

Namun saat ini, melihat tatapan mencemooh yang Dissy layangkan, Clarence dapat merasakan dadanya memanas oleh amarah. Entah karena pengaruh kebencian yang dimiliki oleh tubuh asli atau sebab lain, tapi Clarence kini sangat ingin memukul Dissy menggunakan sekop pasir.

Keinginan ini terlalu kuat. Clarence harus mengepalkan tangan dan mengingat akan kematian-kematian yang ia alami di kehidupan sebelumnya, agar tidak salah langkah.

"Nona Rosewood," Clarence melafalkan nama Dissy sambil membalas tatapan wanita itu dengan sorot datar. "Bisakah kita berbicara secara pribadi?"

Dissy balas tersenyum anggun, menghilangkan sepenuhnya tatapan mencemooh yang sedari tadi ada di matanya. Berdasarkan dugaan Clarence, Dissy Lein Rosewood adalah seorang wanita yang hobi menyembunyikan kebusukannya dengan wewangian.

Bahasa lainnya... munafik.

Clarence merasa harus waspada dengan wanita ini. Dia bisa menghancurkan rencana Clarence untuk segera bercerai dengan Pangeran, dan hidup nyaman sebagai lajang paling kaya di Ibu kota.

"Apa yang ingin anda bicarakan denganku, Yang Mulia?"

"Tidak bisakah kau memahami ucapanku tadi, Nona? Bahkan hanya untuk——"

Ucapannya terpotong, karena secara tiba-tiba, senyap kembali datang. Melalui sudut mata, ia melihat kalau berbagai macam tatapan mengarah padanya——yang mayoritas merupakan keterkejutan.

Nampaknya, jawaban yang ia berikan tadi terlalu kasar. Clarence tidak bisa menahan kalimat itu keluar dari bibirnya. Kala Clarence meluruskan tatapan pun, ia juga mendapati bahwa pupil mata Dissy bergetar, dan mulai menatapnya segan.

'Ah, ini langkah yang buruk, Cla'

Dissy berdehem, dan menundukkan kepala. "Bila apa yang saya katakan tadi menyinggung Putri, maka tolong beri saya hukuman yang pantas." Katanya dengan nada lemah.

Clarence merasa kepalanya sangat pening saat ini. Ketika dia hendak menyahut, tangannya yang berada disisi tubuh tiba-tiba disenggol oleh seseorang. Clarence menoleh, dan seketika mengerutkan kening kala mendapati seorang laki-laki bangsawan tengah menatapnya dengan sorot penuh arti.

"S-siapa——" Clarence tidak jadi berbicara, sebab laki-laki itu sudah membungkuk hormat, dan berbicara mendahuluinya.

"Erun Lexion Uli, Yang Mulia Putri." Katanya. Lantas, tanpa memperhatikan ekspresi macam apa yang kini telah terlukis di wajah Clarence, dia melanjutkan dengan nada sedang——yang hanya mampu didengarkan oleh mereka berdua. "Akhirnya... aku dapat bertemu denganmu lagi, Cla."

Clarence seketika membeku.

Erun Lexion Uli. Clarence Divn Rivas. Dan...

Ekspresi Clarence berubah kosong. Dua nama itu tentu saja tidak asing baginya. Di kehidupan sebelumnya, Erun, Clarence, dan satu nama lagi adalah yang menemaninya hingga kematian menjemput. Bisa dibilang... ketiganya merupakan pengisi kebahagiaan dalam hidupnya.

Dia harap apa yang ada dipikirannya ini bukan hal yang nyata. Semoga, ini hanya kebetulan saja. Jangan sampai yang ketiga adalah——

"Aku tidak menyangka kalau kau pada akhirnya akan benar-benar menyetujui lamaran kerajaan, Cla. Kau menikah dengan Leopold, dan mengkhianatiku." Erun berujar blak-blakan, tanpa mempedulikan dimana sekarang mereka berada.

Wajah Clarence makin memucat mendengarnya.

Ya. Ini benar-benar merupakan bencana porsi lengkap. Pernikahan yang semula ia pikirkan merupakan tragedi tadi ternyata jauh lebih buruk dari itu.

Ini... adalah bencana.

Dia tidak menyangka, kalau dunia tempat ia berada ini merupakan novel tragis yang ia tamatkan sebelum kematiannya. Dan dirinya... masuk ke dalam tubuh tokoh utama wanita, Clarence.

Clarence Divn Rivas adalah antagonis terburuk yang pernah ada. Nama lainnya adalah ratu tindakan keji, atau ratu iblis. Setiap langkah yang ia ambil meninggalkan kekacauan dan tangis ketakutan. Karena itu tak ada seorang pun yang mau dekat dengan Clarence, kecuali Erun Lexion Uli——kekasihnya. Mereka sudah bersama sejak lama, dan Clarence berniat menikahi Erun untuk dijadikan pelayan pribadinya.

Namun, alih-alih bisa membuat keinginannya itu menjadi nyata, Clarence malah dinikahkan secara paksa dengan Leopold Dale Wilburn, sang pangeran dingin yang terkenal akan kekejamannya. Ratu iblis, dan raja iblis. Seharusnya itu menjadi pasangan paling legendaris, jika saja masing-masing dari keduanya tidak saling membenci satu sama lain.

Dan kini, Clarence dengan jiwa lain juga tidak berniat menjadikannya kenyataan. Karena dia tahu, bahwa takdir Clarence Divn Rivas adalah mati dengan cara paling keji di tangan suaminya sendiri, Leopold Dale Wilburn.

***

Bagi seorang bangsawan, citra dan martabat adalah hal yang terpenting. Bahkan kematian adalah jalan yang lebih baik daripada menjadi orang hina yang selalu mendapat celaan dari orang lain.

Itu adalah pelajaran yang Clarence peroleh dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Dia selalu menjaga citra, dan sebisa mungkin menjauhi masalah.

Namun sekarang... Clarence tidak peduli lagi akan hal itu. Pemikirannya telah berubah. Citra dan martabat tak lagi lebih penting daripada keberlangsungan hidupnya, dan terutama... nyawa.

Clarence tidak ingin mengalami kematian yang menyakitkan lagi.

Timeline kematiannya masih jauh. Dan untungnya, dia memasuki tubuh ini sebelum pemilik asli melakukan kejahatan penghantar kematian. Dia... masih memiliki waktu, untuk mengubah alur dan bertahan hidup.

Karena itu, kalimat pertama yang Clarence ucapkan pada pangeran setelah kembali adalah...

Sebuah permintaan.

"Yang Mulia, bisakah aku meminta sesuatu pada anda?" Clarence bertanya dengan suara bergetar, masih terlalu terkejut akan fakta yang baru dia terima tadi.

Dia... tidak ingin mati dengan menyakitkan lagi.

Pangeran, orang yang akan menghilangkan nyawanya di masa depan, tidak menjawab. Tapi diamnya dia secara tidak langsung mengizinkan Clarence untuk bicara.

Jadi, dengan kondisi tubuh tremor karena ketakutan, Clarence segera berujar, "Yang Mulia, ceraikan aku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status