Share

Bab 2

Penulis: Bima
Karina bersandar lemah pada dinding yang dingin. Tubuhnya perlahan meluncur turun seperti kehilangan seluruh kekuatannya. Dia terduduk di lantai yang licin dan bersih, tapi dinginnya menusuk hingga ke tulang.

Tawa samar yang terdengar dari dalam ruang VIP bagai jarum-jarum halus yang menusuk langsung ke jantungnya.

Semua kenangan manis yang pernah dia simpan berubah menjadi ejekan paling kejam, merobek-robek setiap kenangan dan perasaan yang dulu dia anggap tulus.

Ternyata, selama ini dia hidup dalam sebuah kebohongan yang dirancang dengan sangat rapi.

Dia menyerahkan pernikahannya, cintanya yang tulus, hanya untuk dijadikan alat pelindung bagi cinta sejati di hati suaminya.

Karina pulang ke rumah dengan langkah sempoyongan, seperti tubuh tanpa jiwa. Kesedihan yang begitu dalam dan rasa tak percaya hampir mengoyaknya habis-habisan.

Beberapa hari kemudian.

Bunyi notifikasi ponsel memecah keheningan.

"Ting." Bunyi dari ponsel Karina.

Karina secara refleks membuka layar.

Status terbaru dari Yuna di media sosial, diposting lima belas menit lalu.

Tanpa keterangan, hanya sebuah gambar bergerak dengan komposisi yang sangat diperhatikan.

Di bawah cahaya lampu yang hangat, di atas piring porselen mewah di sebuah restoran bintang lima, tampak seekor udang yang sudah dikupas dengan rapi.

Sebuah tangan pria, jari-jari panjang, bersih, dengan cincin kawin melingkar di jari manis, sedang menarik diri dari tepi piring.

Di kolom komentar, Yuna menulis penjelasan dengan gaya santai tapi penuh makna:

[Sudah mendarat! Nggak ada yang lebih membuat tenang selain ada yang menjemput. Terima kasih untuk seseorang sudah yang rela menunggu tiga jam!]

Ternyata, “rapat penting soal akuisisi lintas negara” yang membuatnya tak bisa pulang hari itu, hanyalah alasan untuk menjemput Yuna yang baru kembali dari luar negeri.

Ternyata, janji “kalau sudah selesai, aku akan menemanimu” hanyalah cara untuk menenangkan dirinya, si istri yang patuh, agar Jerry bisa dengan tenang menemani orang yang sebenarnya ingin dia temani.

Hatinya benar-benar sudah mati rasa.

Sisa-sisa harapan yang coba dia pertahankan kini padam total karena satu gambar itu.

Dia harus pergi.

Pikiran itu datang dengan sangat jelas dan kuat, memenuhi seluruh kesadarannya.

Dia membuka aplikasi di ponselnya dan mulai mengisi formulir pengajuan paspor.

Prosesnya diperkirakan butuh tujuh hari kerja.

Masih ada waktu.

Kemudian, dia membuka situs rumah sakit ibu dan anak swasta. Matanya terhenti pada pilihan menu [Reservasi Tindakan Penghentian Kehamilan].

Tanpa ragu, dia menekan [Konfirmasi Reservasi].

Sebuah kotak notifikasi berwarna hijau muncul di layar. Dingin dan formal.

Karina mengangkat tangannya, menyentuh lembut perutnya yang masih datar.

Di situlah, dulu dia letakkan semua harapan terindah untuk masa depan.

Namun kini, di tengah tumpukan kebohongan Jerry, semuanya runtuh jadi puing-puing.

Maafkan mama, Nak. Mama nggak bisa membiarkanmu lahir ke dunia ini dalam kebohongan dan tipu daya. Mama juga nggak bisa membiarkanmu punya ayah seperti itu.

Dan soal ayahnya yang meninggal, Karina juga bersumpah, pelaku sebenarnya tidak akan lolos begitu saja.

Di rumah sakit, dokter menatap hasil pemeriksaannya lalu menghela napas pelan.

“Nona Karina, kecelakaan dulu menyebabkan kerusakan cukup serius di area panggul Anda. Kehamilan kali ini adalah sebuah keajaiban. Jika Anda tetap melanjutkan tindakan ini, kemungkinan besar Anda tidak akan bisa punya anak lagi di masa depan.”

Kata-kata terakhir itu “tidak akan bisa punya anak lagi”, terasa seperti palu yang menghantam sisa kekuatan terakhir di hatinya.

Sekilas keraguan muncul, halus, tapi nyata. Sebuah naluri keibuan yang muncul begitu saja tanpa bisa ditahan.

Anak ini, mungkinkah ini satu-satunya anak yang akan dia miliki seumur hidupnya?

Benarkah dia akan ... membunuh keajaiban ini dengan tangannya sendiri?

Karina berjalan linglung keluar dari rumah sakit.

Matahari siang terasa menyilaukan. Dia refleks menundukkan kepala, mencoba menghindar dari sinar itu.

Namun, justru saat itulah ia melihat sebuah layar LED raksasa di ujung jalan.

Siaran berita hiburan sedang berlangsung, gambar sangat jernih.

Di atas karpet merah sebuah acara gala amal, Jerry tampak gagah dalam setelan jas gelap yang elegan. Tubuhnya tegap, wajahnya serius saat mendengarkan Yuna yang tersenyum menawan di sisinya.

Yuna mengenakan gaun merah terang yang mencolok. Riasannya sempurna dan tatapannya penuh kelembutan serta ketergantungan saat memandang pria di sebelahnya.

Mereka berdiri berdampingan. Tampak serasi dan sempurna. Bagaikan pasangan dari cerita roman.

Teks berjalan di bawah layar menusuk seperti pisau beracun.

[Bintang hukum Jerry dan aktris top Yuna menghadiri malam amal XX bersama!]

[Teman masa kecil, hubungan mereka membuat banyak orang iri!]

Komentar netizen, [Ini baru pasangan serasi! Aku jadi penggemar mereka!]

Sementara dirinya, istri sah Jerry secara hukum, dalam dunia yang dibangun pria itu, seolah tak pernah ada.

Karina merasa mual. Dia berpegangan pada tiang lampu dingin, ingin muntah, tapi yang keluar hanya rasa asam di kerongkongan.

Dadanya seolah dijejali batu besar yang dingin dan berat. Sulit bernapas.

Benar.

Dia hanyalah perisai untuk melindungi pembunuh ayahnya.

Hanya seorang istri dalam dokumen, tapi tak pernah ada di hati.

Dan pada akhirnya ... hanya menjadi sebuah lelucon yang menyedihkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 25

    Angin pulau selalu membawa aroma kebebasan yang asin dan, menyapu pohon-pohon palem yang bergoyang di luar jendela studio. Sinar matahari menembus jendela besar, menerangi meja kerja yang terisi berbagai macam alat yang tersusun rapi. Alat-alat yang dulu terpendam di sudut vila, kini kembali hidup di ujung jari Karina yang cekatan. Di dinding studio, tergantung banyak sertifikat penghargaan guru dan timnya.Tempat ini bukan lagi tempat perlindungan, melainkan jangkar bagi kapal kariernya dan pelabuhan bagi impiannya yang akan berlayar kembali. Saat beristirahat sejenak, pandangan Karina jatuh pada sebuah bingkai foto di meja.Di dalamnya adalah foto dirinya bersama Zain di bawah matahari terbenam di tepi laut. Berdiri berdampingan, senyum mereka hangat dan nyata. Dia mengambil ponsel, jarinya mengetuk dengan lembut dan mengirimkan pesan singkat, [Sampai jumpa nanti malam.]Ketika senja mulai menyelimuti, mobil Zain berhenti di luar studio."Mau pergi ke suatu tempat dulu?" Zain me

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 24

    Penyelidikan dan pengadilan akhirnya selesai. Rantai bukti yang diajukan oleh Karina, bagai pisau pemotong yang paling tajam yang memutuskan segala harapan Jerry dan Yuna untuk lolos dari tanggung jawab mereka. "Terdakwa Jerry, dihukum karena kejahatan melindungi, menghalangi kesaksian, penyalahgunaan kekuasaan, dan yang lainnya. Mendapatkan hukuman penjara selama lima belas tahun!" "Terdakwa Yuna, dihukum karena kejahatan kecelakaan lalu lintas, membahayakan keselamatan publik, penganiayaan yang disengaja, dan yang lainnya. Mendapatkan hukuman penjara seumur hidup!" Setiap kata dalam putusan itu terdengar sangat menekan. Seperti palu yang dijatuhkan, memekakkan telinga dan menimbulkan gema yang dalam. Karina juga berhasil mengajukan gugatan cerai. Meski mendapatkan hasil yang dia inginkan, Karina tidak merasa lega seperti yang dibayangkan. Yang ada hanyalah rasa lelah yang menumpuk dan hampir mati rasa, seakan dia telah melintasi gurun panjang dan akhirnya sampai di tujuan. Je

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 23

    Kesunyian Karina membuat Jerry mengira bahwa hukuman untuk Yuna masih belum cukup membuatnya puas. Saat pria itu hendak melangkah maju dan menendang beberapa kali lagi. "Cukup." Suara Karina tidak keras. Jerry mendongak mendengar suara itu, matanya yang kosong tiba-tiba dipenuhi dengan kegembiraan yang tak terhingga, seolah bisa membakar seluruh dirinya. Karina berbicara! Wanita itu menghentikannya! Apakah ini berarti, Karina akhirnya ... akhirnya bersedia memaafkannya? "Karina!" Suaranya serak, tangannya gemetar saat mencoba meraih tangan Karina. Namun, saat Jerry hampir menyentuhnya, Karina menarik tangannya kembali, seolah takut terbakar. Tangan Jerry hanya menggantungkan di udara. "Apa kamu sudah memaafkanku, ‘kan? Aku tahu! Aku tahu kalau aku masih ada di hatimu!""Aku salah, aku benar-benar salah! Dulu aku memang brengsek. Aku sudah dibutakan dan menyakitimu! Maafkan aku! Maafkan aku, Ayah Mertua! Aku pantas mati, aku pantas disiksa sampai mati! Asalkan kamu mau memaafkanku

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 22

    "Aku bisa melakukannya!" Melihat Karina mulai melunak, Jerry merasa seolah-olah telah menemukan seutas tali penyelamat. Dia melanjutkan, "Aku akan membuat pembunuh itu menebus dosanya!" Akhirnya, mobil berhenti di depan vila tempat mereka tinggal setelah menikah. Malam semakin gelap, vila itu terang benderang, cahaya lampunya menyilaukan mata Karina. "Karina," suara Jerry penuh harapan besar. Dia turun dari mobil lebih dulu, lalu membuka pintu untuk Karina. "Sudah sampai rumah." Pria itu sengaja menekankan kata "rumah". Seolah-olah begitu mereka masuk ke tempat itu, masa lalu bisa dihapuskan begitu saja. Karina tidak bergerak. Dia menatap vila yang pernah menjadi tempat kebahagiaan singkat dalam pernikahannya. Namun, juga menjadi saksi dari semua keputusasaannya. "Masuk dan lihatlah, ya?" Suaranya terdengar seperti permohonan. Karina akhirnya bergerak. Ada bedna penting yang dia tinggalkan di dalam vila ini. Suara sepatu hak tingginya menghentak lantai marmer yang dingin, meng

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 21

    Jerry merasakan detakan jantung yang kencang, matanya merah merona.Dia mengambil pena, ujung penanya menggores di atas "Surat Perjanjian Pembagian Harta", meninggalkan jejak tinta terakhir. Dia hampir tak kuasa untuk menggerakkan penanya. Karina menundukkan kepala, matanya menyapu klausul yang menyakitkan di dalam dokumen itu. Semua harta bergerak, properti, saham dan investasi, semua itu akan menjadi miliknya. Dia tidak ragu sedikit pun dan langsung menandatangani namanya. Gerakannya cepat dan tegas, bahkan tidak melirik Jerry sama sekali. "Masih ada Surat Perjanjian Perceraian." Suaranya tenang, tanpa ekspresi, seperti menyampaikan urusan yang tidak ada kaitannya dengan dirinya. Ketenangan itu membuat hati Jerry yang sudah mati rasa tiba-tiba berdebar. Sebuah kegembiraan liar yang disertai rasa sakit langsung menjalar ke kepalanya. Dia menerimanya! Dia menerima segalanya darinya! Proses perpindahan harta yang besar itu, dalam pandangannya yang penuh keputusasaan, malah menja

  • Yang Tersisa Setelah Segalanya Usai   Bab 20

    Setelah kembali dari pulau yang disinari sinar matahari yang menyilaukan, Jerry merasa seperti tulang punggungnya telah dicabut. Setiap senyuman Karina terasa seperti besi panas yang membakar hatinya yang sudah hancur. Tidak, dia tidak bisa membiarkan semuanya berakhir begitu saja! Jerry berutang permintaan maaf dan penjelasan pada Karina. Bahkan jika itu hanya harapan yang sangat tipis, dia harus melakukannya. Dengan tangan gemetar, dia mengirimkan sebuah pesan. Dia mengatur pertemuan dengan Karina dengan alasan bahwa dia setuju untuk bercerai dan meminta pengacara untuk membagi harta. Alasan yang buruk dan egois, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Begitu tombol kirim ditekan, perasaan kosong yang luar biasa langsung melanda hatinya. Keesokan harinya, Jerry tiba dua jam lebih awal. Dia duduk di tempat yang dulu dia pilih saat mengungkapkan perasaannya pada Karina. Di sebelah jendela, pemandangan kota yang familiar masih tetap ada, tetapi perasaannya kini hancur. Dia mengen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status