Share

Bagian 4: Pertama yang Kedua

Gala terbangun dengan mata yang setengah terbuka, setengah lagi masih terpejam. Pemuda itu tidak terbangun oleh AC yang terlalu dingin, atau pun gorden jendela yang secara ajaib terbuka—Gala tahu Ibu-lah yang masuk ke kamar dan membuka gorden jendela kamarnya sekitar pukul 10.00 pagi. Pemuda itu terbangun akibat ponselnya yang entah sejak kapan terus bergetar.

Sebelah tangan pemuda itu terulur, bersusah payah menggapai nakas yang tidak terlalu jauh dari posisi tidurnya. Mulut pemuda itu mulai meracau, kesal karena tidur yang ia rencanakan sampai pukul 1 siang terganggu sebelum alarmnya berbunyi.

Siapa sih yang pagi-pagi udah ribut? Pastinya sih, ini si Hanief!

Dengan nyawa yang masih belum terkumpul dengan sempurna, Gala membuka ponselnya dengan bantuan fingerprint. Pemuda itu langsung membuka aplikasi chat tanpa memeriksa notifikasi terlebih dahulu.

Lima detik kemudian, Gala justru terbangun sempurna, sepaket dengan netranya yang sempurna membulat. Spontan Gala menampar pipinya, mungkin saja ia masih berada di alam mimpi. Namun, terasa sakit! Tidak berhenti sampai di situ saja, Gala butuh bukti lain jika ia berada di dunia nyata.

Netranya melirik pada jam yang tertera di bar notifikasi. Pukul 10.05, dia bisa mengetahui waktu dengan akurat, berarti pemuda itu sungguh tidak bermimpi.

“MAMPUS GUE!”

Gala langsung melompat dari kasur, terbirit-birit menuju kamar mandi. Secepat kilat ia membasuh muka, lalu kembali melompat menuju meja belajar. Ia langsung saja menekan tombol power pada laptop yang lupa ia lipat semalam. Lalu, ia menyambar sembarang kemeja yang tersampir di gantungan baju miliknya.

 “Anjirlah! ini ngasih kabar pertemuan kenapa dadakan banget, ya?!” rutuk Gala tidak berhenti. Selama menunggu laptopnya selesai dihidupkan, ia kembali membaca chat yang ada di grup angkatan itu.

Felicia:

| Selamat pagi temen-temen! Gimana kabarnya? Semoga semua dalam keadaan sehat, yaa

Fauzan :

| Selamat pagi kak Feli, syukur aku baik kak~

Ridho :

| Pagi kak Feli, alhamdulillah baik kaak.

Felicia :

| Aku mau ngereminder, nanti sore kita akan ada pertemuan perdana angkatan 2020 jalur SBMPTN. Pertemuan ini wajib diikuti, jadi teman-teman dimohon untuk meluangkan waktunya sore ini, ya.

Dara :

| Pagi kak Feli. Baik kak, makasih informasinya yaa, kak~

Ryan :

| Sore nanti jam berapa kak?

Felicia :                         

| Ah iya sampai lupa.

| Pukul 17.00 yaa, temen-temen. Link masuknya nanti akan dibagikan 30 menit sebelumnya~

| Makasiih Semuaa

Gala refleks menepuk dahinya sendiri keras-keras. Tidak berapa lama, pemuda itu kembali meracau. Ponsel yang tadinya digenggam, kini telah dia lempar dengan sembarang ke atas kasur, sementara itu tangan kanannya sedang mencoba mematikan paksa laptop yang masih belum sepenuhnya hidup.

“Ternyata pertemuannya sore nanti, toh!” umpat pemuda itu sekali lagi. “Kalau aja tadi gue baca chat-nya sampai akhir, gue ga perlu luntang-lantung kaya tadi!”

** **

“Halo temen-temen! Kita akan mulai lima menit lagi, ya! Buat yang udah join, silakan rename namanya dengan format 20 underscore nama. Oh iya, tolong ajakin teman-temannya yang belum join, ya.” Suara lembut itu berasal dari akun yang berlabel Moderator_Felicia. Dari layar kamera, gadis itu terlihat sersenyum sejenak sebelum akhirnya mematikan microphone.

Gala hanya mengangguk-anggukan kepala, mengamini ucapan narahubung tersebut sembari menekan beberapa tombol pada keyboard laptopnya. Sesuai instruksi, ia mulau menngubah namanya menjadi 20_Gala. Setelah selesai, dia memutuskan untuk rebahan sebentar sebelum pertemuan benar-benar dimulai.

“Baik, sepertinya yang join udah hampir tiga perempat dari peserta SBM. Kita mulai saja pertemuan pada sore hari ini, ya.”

Mendengar pengumumann itu, Gala langsung bangkit dari posisi, kemudian berjalan menuju meja belajar. Sebelum benar-benar terduduk di kursi, jari-jemarinya sibuk untuk merapikan rambutnya yang menguar. Di detik berikutnya, Gala pun mengaktifkan kamera, kemudian melanjutkan aksi menyisir rambut dengan jari untuk beberapa saat.

“Selamat Sore temen-temen. Selamat datang kepada mahasiswa baru Ilmu Hukum Universitas Bareksa angkatan 2020! Jadi pada sore ini, kami sengaja mengadakan pertemuan sebagai gathering pertama.” buka Felicia, di layar ia terlihat rapih mengenakan kemeja polos bewarna tosca.

“Pada pertemuan ini, kita akan membahas perihal registrasi ulang, akses akademik, dan juga informasi tentang ospek fakultas. Kami berharap agar teman-teman bersedia mendengarkan sampai akhir agar tidak ketinggalan informasi.”

“Kuliah online begini masih tetap ada ospeknya?” Spontan Gala menghembuskan napas dengan berat. Imajinasi pemuda itu malah membayangkan ospek online yang mungkin sama beratnya seperti ospek pada zaman dahulu.

“Karena konsep gathering-nya informal, jadi kita santai aja ngobrolnya. Buat tes ombak, ayo diramaikan dulu kolom chat-nya, kakak-kakak dan mahasiswa baru!”

Sudut bibir pemuda itu spontan terangkat. Baginya, rasa bangga saat kerja kerasnya membuahkan hasil masih sangat membekas. Senyumnya semakin mengembang ketika ia melihat fitur chat sedang diisi oleh tulisan teriakan bahagia yang sama seperti dirinya. Tidak lupa, Gala juga ikut menambahkan “yeayy!” pada kolom chat.

“Oke kalau gitu kita masuk ke sesi perkenalan. Siapa dulu nih, yang mau kenalan? Kakak-kakak dulu, apa mabanya dulu, nih?!”

“Mabanya dulu dong, Kak Feli!” sahut seorang kating dengan cepat. Tidak lama kemudian, beberapa orang menyetujui usul tersebut dengan mengangguk-anggukkan kepala di kamera.

“Oke, kalau gitu maba dulu, yak.” tanggap Sang Moderator. “Biar ga bingung temen-temen 20 cukup menyebutkan nama lengkap, panggilan, terus kasih satu fakta unik tentang diri kamu.”

“Siapa yang mau kenalan duluan?!”

Lima detik berlalu, tapi tidak ada satupun tanggapan yang muncul. Gala menggigit bibir bagian dalam, ia sendiri juga tidak mau menjadi orang yang berinisiatif untuk memperkenalkan diri pertama kali.

“Yaudah, kalau gitu gue tunjuk aja, deh!” putus Felicia, “Di layar gue, yang ada di tengah itu namanya Gianti. Silahkan, Gianti.”

Mahasiswa baru yang bernama Gianti mulai menghidupkan microphone-nya. “H—Halo semuanya. Perkenalkan gue Gina Andara Puti. Panggilan Gue Gianti. Hm… fakta unik tentang gue... hm... panggilan gue itu berasal akronim dari nama lengkap.”

“Halo Gianti! wuih, unik banget ya panggilan kamu ternyata singkatan dari namanya, ya?” sahut Sang Moderator untuk memecah suasana. “Nah, karena Gianti udah memperkenalkan diri, silakan tunjuk satu orang buat memperkenalkan diri selanjutnya.”

“Siapa ya…” gumam Gianti, matanya terlihat menatap layar dengan semangat. “Dara, deh!”

“Hehe, oke.”

Mata Gala otomatis berhenti berkedip sesaat setelah spotlight pembicara berpindah kepada gadis selanjutnya. Saking tidak percaya dengan apa yang ia lihat, tubuh pemuda itu ikut membungkuk, memangkas jarak antara dirinya dengan laptopnya sendiri.

“Kenalin, Gue Sandara Aluna Yora, biasa dipanggil Dara, tapi kalau mau panggil Sandara juga gapapa. Salah satu fakta uni tentang gue… waktu itu gue hampir telat ikut UTBK, gara-gara lari ga liat jalan, gue malah tersandung pas masuk ruang UTBK.”

Tidak salah lagi, dia orangnya!

Tanpa dikomandoi, tangannya langsung melesat untuk membuka fitur chat pertemuan itu.

To: 20_Sandara Aluna Yora

| lo yang waktu itu UTBK di SMA Bakti Negara bukan? Ingat gue ga?

Dua menit telah berlalu, tapi direct message yang Gala kirim masih belum dibalas. Pemuda refleks menggigit bibir, berharap semoga gadis itu melihat pesannya.

To: Everyone

| Lo yang waktu itu???!!!

“Ayoloh... Dara pengen ngirim chat private ke siapa, tuh?” celetuk Felicia yang ternyata sedang memantau kolom chat.

Sandara hanya bisa tertawa malu sambil melambai-lambaikan tangannya.

“Oke lanjut dulu ya, perkenalannya. Sekarang, Raya mau tunjuk siapa?” tutur Felicia, berusaha mengembalikan fokus peserta untuk melakukan perkenalan.

“Janggala Kharisma deh, Kak.” ungkap Raya tanpa ragu.

Mendengar namanya disebut, Gala merapatkan bibirnya. Sementara tangannya kini harus mengaktifkan microphone agar suaranya dapat terdengar.

“Halo, kenalin gue Janggala Kharisma, biasa dipanggil Gala. Fakta unik tentang gue, gue adalah salah satu saksi yang ngeliat Sandara kesandung di ruangan ujian.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status