Share

Bagian 5: Pengisian KRS

Sudah Lewat satu menit, tapi kekehan tawa Dara tidak dapat berhenti. Kedua tangan gadis itu masih tertumpuk di depan mulutnya, lengkap dengan satu cookies yang ia terselip pada jari tangan kanannya. 

“Kalau dipikir-pikir, kocak juga,” gumam gadis itu ketika tawanya sudah sedikit mereda. 

Dahi pemuda di seberang panggilan itu terlihat berkerut. Meski kedua netranya terpaku pada ponsel yang sedang digenggam, tapi ekspresinya tidak dapat berbohong jika ia tengah kebingungan. “Loh, kocak gimana?!”

Yaah… kocak aja gitu.” ulang Dara kemudian. “Lo sama gue dapat jadwal dan tempat UTBK yang sama, eh–malah keterima di kampus yang sama, jurusan yang sama pula! Kayaknya, doa gue buat ga ketemu sama lo lagi, malah ga dikabulin.”

“Doa lo jahat banget–Raffa anjir kenapa malah ke kiri, woi!!” ucap pemuda itu yang ujung-ujungnya malah histeris. Kedua matanya sempat melirik ke layar laptop untuk melihat ekspresi gadis itu, tapi di akhir kalimat, matanya kembali terpaku pada ponselnya.

“Gue sebenarnya malu ketemu lo, tau!” balas gadis itu lugas, “Untung sekarang ketemuannya masih versi virtual, jadi gue ga malu-malu amat, lah.”

Tidak ada balasan lagi dari pemuda itu. Namun, kini ia tengah sibuk memanyunkan bibir sambil menggoyangkan kepalanya dengan heboh. Meniru ucapan terakhir si gadis dengan gaya yang berlebihan.

“Galanjir!! Lo mau gue tabok, hah?!” Di layar, terlihat Dara yang hampir saja melayangkan toples cookies-nya ke depan. 

Pemuda itu malah terkekeh. Ia pun melepas satu tangannya dari ponsel, agar ia dapat menusuk-nusuk pipinya sendiri. “Sini-sini, coba lo tabok di sini!” 

“Mending gue matiin aja nih, meet–”

“Jangan-jangan-jangan!” Punggung pemuda itu refleks berdiri tegak. Kini, wajahnya terlihat memenuhi layar laptop Dara.

“Lagian, lo sendiri juga masih sibuk main game.” imbuh Dara lagi, “Padahal, ‘kan, sebentar lagi kita bakal isi KRS tahu!” 

Gala tersenyum. Sejenak ia kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. “Habisnya, ini temen SMA gue maksa banget buat mabar. Katanya, mabar ini buat persiapan isi KRS, Dar.”

Demi mendengar ucapan Gala, kedua alis Dara telah sempurna seolah menyatu. “Bisa gitu, ya? Orang-orang kalau mau isi KRS tuh harus mempersiapkan jaringan internet yang baik. Ini, ‘kok, malah mabar?”

Pemuda itu terlihat menghela napas, sebelum akhirnya menjawab, “Gimana ya… orangnya games addict, sih! Jadi kalau stress pasti perginya malah nge-game mulu.”

“Eh, sebentar.” sambut Dara cepat, seperti teringat akan sesuatu. “Temen lo ini, anak Bareksa juga, ya?”

Gala menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan itu. 

“Jurusan mana?” 

“DKV, Dar.”

“Keren banget temen lo. Kenalin ke gue, dong!”

Respon gadis itu justru membuat Sang Pemuda kembali memanyunkan bibirnya, “FYI, gue juga ga kalah keren, Dar. Buat apa lo repot-repot kenalan, padahal orang keren udah ada di depan mata lo.”

“Gue yakin, lebih keren temen lo daripada lo, sih.”

Selang beberapa detik setelah kalimat tersebut, pemuda itu akhirnya meletakkan ponselnya di atas meja. Helaan napas panjang terdengar akibat dua alasan. Pertama, karena sesi game akhirnya selesai. Kedua, ia tidak rela jika Raffa dianggap lebih keren daripada dirinya. 

“Loh, udah selesai mainnya?”celetuk Dara ketika ponsel pemuda itu tidak lagi terlihat di layar laptopnya. 

Gala hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Menang??”

Sekali lagi, pemuda itu mengangguk.

“Oke, keren.” Si gadis tetap mengeluarkan senyum meski sekarang matanya sedang menatap ke bawah. “Pas banget sebentar lagi pengisian KRS–EH UDAH MULAI 30 MENITAN LALU??”

Mendengar teriakan itu, membuat Gala sontak kembali duduk dengan tegak. “Lo yang bener aja Dara!?”

“Coba, deh, lo cek situs webnya!” balas Dara, “Katanya baru dibuka 14.30. Ternyata dimajukan jadi pukul 14.00 tadi.”

Bagi mahasiswa, pengisian KRS adalah segalanya. Sebenarnya, pengisian ini diberikan tenggat waktu yang lumayan panjang. Namun, jika tidak mengisi secepat mungkin, bisa-bisa kelas yang bagus telah ludes diambil mahasiswa lainnya. 

Tentu saja keterlambatan 30 menit membuat pemuda itu cemas. Akan tetapi, pemuda itu justru memilih untuk memejamkan mata untuk beberapa detik. Kemudian, menarik napas dalam-dalam. Janggala mencoba untuk menenangkan diri beberapa saat.

“Tenang aja, Dar.” tutur pemuda itu, “Lagian ‘kan, mata kuliah kita di semester ini masih dipaketin.”

Ucapan Gala bagai mantra ajaib yang dapat membuat gadis itu turut mendapatkan ketenangan kembali. Ia mengangguk, “Oh iya, berarti kita isinya sesuai dengan pembagian kelas kemarin, ‘kan?”

Pemuda itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Kini, mereka tengah sibuk membuka akun registrasi masing-masing

“Eh Gal, webnya di elo, error ga, sih?”

“Engga,” jawab Gala seketika. “Ini gue sebentar lagi tinggal ngisi KRS-nya.”

“Kok di gue malah ga loading-loading, ya?” rungut Dara, sedari tadi jari kanannya telah sibuk mengklik kursor laptopnya berkali-kali.

“Jaringan internet lo lagi lemot kali,” cicit pemuda itu. Satu detik kemudian, ia tengah berkonsentrasi mengisi mata kuliah sesuai dengan perintah yang telah disosialisasikan beberapa hari yang lalu.

Kedua sudut bibir gadis itu justru mengarah kebawah. Lima belas detik lamanya, ia biarkan Gala sibuk sendiri mengisi KRS-nya. 

“Lo udah login belum, Dar?” tanya Gala memutus keheningan panjang itu. 

“Belum,” sahut gadis itu cepat. “Gue boleh nebeng ga, Gal?”

“Iya, sini gue isiin akun lo.”

Ucapan sederhana itu otomatis membuat sudut-sudut bibir gadis itu mulai mengembang. Dengan senang hati, Dara langsung membuka kolom chat pada aplikasi telekonferensi yang digunakan. Lalu, jari-jemarinya menari, mengetikkan id dan kata sandi akun registrasi miliknya.

“Ini, Gal! Big Thanks gue ucapin buat lo!”

Melihat senyum tulus gadis itu merekah, tanpa sadar membuat Gala juga ikut tersenyum. “Anytime, Dar. Gue izin login akun lo, ya!” 

Dara mengangguk. Dengan sabar ia menunggu Gala yang tengah mengisi KRS miliknya. Tidak butuh waktu lama bagi pemuda itu untuk menyelesaikan tugasnya. Kurang dari lima menit, ia kembali menyapa Dara di seberang sambungan.

“KRS lo udah gue isiin, ya.”

Yeay Thanks–” ucapan gadis itu tiba-tiba terputus begitu saja. Pada kamera, ia terlihat menoleh ke samping, memandang seseorang yang mungkin baru saja membuka pintu kamarnya. 

“--Oke, Bi. Sebentar, ya.” Meski samar, Gala dapat mendengar ucapan tersebut.

“Gal, gue tutup dulu, ya? Gue dipanggil nyokap, nih.”

Pemuda itu refleks mengangkat sebelah alisnya ketika melihat ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu itu. Namun satu detik kemudian, Gala mengerjapkan mata sekaligus menggelengkan kepala, memutuskan untuk tidak mengambil pusing. 

“Oalah, gapapa, Dar. Thanks, lo udah nemenin gue KRS-an.”

“Justru gue yang berterima kasih, soalnya lo udah nolongin gue isi KRS, Gal.” Senyum masih terpatri di bibir gadis itu, meski tidak di matanya. “Gue tutup ya, dadah!”

Belum sempat Gala melambaikan tangannya ke kamera, sambungan telekonferensi itu telah sempurna terputus. Pemuda itu hanya dapat tersenyum, kemudian memutuskan untuk mematikan laptopnya. 

Tepat ketika pemuda itu akan berdiri menuju pintu kamarnya, seseorang justru datang dan membuka pintu tersebut.

“Gala, bisa ikut saya sebentar?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status