Semua Bab Sweet Dreams: Bab 11 - Bab 20
47 Bab
Permintaan Pertama
 Rayyan kembali ke rumahnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya ia laksanakan lebih awal. Setelah bertemu dengan ayahnya, seperti hal biasa yang dilakukan Rayyan ketika pulang ke rumah, segera Rayyan menuju ruang kerjanya.  Rayyan membuka beberapa berkas yang terdapat di atas meja, laporan yang diberikan Leon sejak pagi tadi. "Ternyata ini alasan mereka menindas istriku selama ini," gumam Rayyan kesal setelah dia membaca isi tersebut. "Baiklah, akan kutunjukkan pada kalian apa akibatnya," kata Rayyan kesal sambil meremas kertas dalam genggamannya. Rayyan segera menghubungi Leon."Apa saja yang kita punya untuk pekerjaan selanjutnya?"[Apa saja yang anda inginkan, Bos]"Bagus, temui aku 15 menit lagi." Setelah sambungan terputus, Rayyan melihat arloji di pergelangan tangannya. "Apa dia sudah bangun?" gumam Rayyan bertanya. Tentu saja perayaan untuk Gea. Sejak dia meninggalkan
Baca selengkapnya
Meyusun Rencana
"Dan pikirkan juga apa yang akan terjadi jika nama Gea muncul," kata Oma yang membuat mereka semakin takut.  Tentu saja nama mereka tersingkir jika nama Gea digunakan. Tanpa bisa dicegah, satu persatu perusahaan yang dulunya berada di bawah kuasa mereka akan kembali beralih atas nama Gea. Ini mimpi buruk. Untuk pertama kalinya mereka takut pada sesuatu yang selama ini takut pada mereka. Membayangkan itu semua terjadi, membuat mereka syok dan sedikit-sedikit mulai mencemaskan diri masing-masing. Apalagi mereka semua masing-masing memiliki anak, apa yang akan diberikan pada anak-anak mereka? Bagaimana jika Gea terlibat? Akankah mereka masih dianggap? Mengingat jika selama jni mereka tidak menganggap Gea ada. "Lalu apa yang akan kita lakukan, Oma?" tanya Bibi Meyli semakin cemas."Itulah mengapa kalian ada di sini," jawab Oma tenang. "Jika kalian menginginkan kerja sama itu, maka Gea akan hadir. Tapi jika kalian ingin menyembunyikan ini, m
Baca selengkapnya
Rencana Mereka
Gea langsung membuka pintu saat mengetahui Bibi Meyli dan beberapa orang lainnya sedang berdiri di luar. Begitu pintu terbuka, Bibi Andini langsung menarik tangan Gea, itu membuatnya menjerit sakit lantaran tangannya dicengkeram dengan kuat. "Aa ... lepaskan, Bibi, ini sangat sakit," kata Gea memohon. "Makanya kau harus menurut jika tidak ingin kesakitan. Ayo, ikut kami." Bibi Andini menyeret paksa Gea, membawanya ke gudang belakang. "Bibi, kalian ingin membawaku kemana?" Gea terus meronta-ronta, menyesal telah membuka pintu dan tidak mematuhi larangan Rayyan. "Sudah, diam. Kau ikut saja." Gea dibawa ke gudang belakang, kamar tidurnya selama ini. Gea di seret kasar dan melemparnya ke lantai. "Apa kau masih ingat tempat ini, Gea?" tanya Bibi Andini tersebut sinis. "Sepertinya kau sudah melupakan ini, apakah tempat barumu itu begitu bagus?" Gea terus menangis, tidak mengerti kenapa mereka membawanya ke
Baca selengkapnya
Rencana Rayyan
 Saat dalam perjalanan, mendadak Rayyan mendapatkan panggilan dari Leon. [Mereka mengurung, Nona Gea di dalam gudang, Bos!] Lapor Leon setelah dirinya mendapat perintah dari Rayyan untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Gea. Dan melalui mata-matanya, Leon mendapatkan informasi tersebut dan langsung memberitahunya pada Rayyan."Kurang ajar!" kata Rayyan kesal membanting stir. "Bagaimanapun caranya, selamatkan istriku."[Baik, Bos] Dengan bantuan beberapa orang, Pak Sukiman berhasil mengeluarkan Gea dari gudang yang sebelumnya pingsan.  Gea baru sadar saat tubuhnya sudah berpindah ke tempat lain, dia membuka mata perlahan dan mendapati kamar nuansa ungu dengan lampu gantung di atasnya. "Di mana aku?" lirihnya memegang kepala. "Di rumahku," jawab Rayyan yang baru saja masuk. "Apa?" Gea yang terkejut mendadak bangun, dia mengamati sekitar tempat asing tersebut. "Apa ini mimpi?" gumam Gea mene
Baca selengkapnya
Mencurigai
Masih berada di rumah Gea, Rayyan memasang wajah panik dan marah. Marah karena kepergian Gea. Tapi Rayyan malah bersantai di kamarnya, seakan merenung nasib ditinggal pergi oleh istrinya.Oma yang kala itu baru pulang, pun tidak tahu menahu kenapa semua orang menangis. "Ada apa, ini?" tanya Oma. "Gea, Oma ... Gea, pergi," jawab Bibi Andini. "Apa? Bagaimana bisa Gea pergi? Pergi kemana dia? Kalian jangan berbohong, bahkan selama ini Gea tidak pernah keluar pagar," kata Oma tidak percaya. "Tapi buktinya Gea benar-benar pergi, Oma. Dia juga meninggalkan surat.""Meninggalkan surat? Apa kalian sedang membuat lelucon, bagaimana bisa Gea menulis surat? Belajar dari mana dia!?" kata Oma yang masih tidak percaya.  Mereka mendadak diam, satu hal yang mereka lewatkan dan lupakan, bahwa Gea selama ini tidak tahu tulis baca. "Ya, ampun ... kenapa bisa seceroboh ini, sih?" gerutu Bibi Andini. 
Baca selengkapnya
Keajaiban
Di rumah, Rayyan.  Gea yang kala itu sudah siap untuk menjelaskan semuanya pada Rayyan, pun keluar kamar untuk mencari pria itu. Tapi karena Gea tidak tahu jalan di lantai berukuran besar tersebut, akhirnya dia tersesat hingga ke sebuah kamar yang tidak lain adalah milik Tuan Williams. Entah mendapatkan dorongan dari mana, hati Gea mendesak agar masuk ke dalamnya. Gea tidak merasa bersalah atau takut sedikit pun saat memasuki kamar di rumah orang lain, baginya keinginan itu lebih kuat dari apapun. Bahkan katakutan kalah sekalipun. "Permisi!" kata Gea saat melihat seorang pria paruh baya sedang terbaring di sana. "Bolehkah aku masuk?" tanyanya tidak mendapat jawaban.  Gea tidak urung, malah dia semakin berjalan mendekati. Gea memperhatikan pria itu sejenak yang ternyata juga sedang menatapnya. Tubuh lemahnya terbaring dengan segala peralatan medis, Gea tidak mengetahui alat apa saja itu. Dia juga tidak bisa menafsirkan orang t
Baca selengkapnya
Aku Istrinya
Rayyan memanggil Dokter pribadi keluarga mereka untuk memeriksa Tuan Williams, dia begitu senang saat ayahnya dinyatakan hampir sembuh total. "Ini sebuah keajaiban, Tuan Williams, setelah sekian lama dan hampir tidak memiliki harapan, akhirnya anda bisa sadar kembali. Sungguh sesuatu yang luar biasa," kata Dokter tersenyum senang. "Terima kasih, Dok, ini semua juga berkat diri anda yang tidak pernah menyerah merawat saya. Dan juga merupakan satu kerberkahan dengan hadirnya menantu saya di rumah ini," kata Tuan Williams menatap Gea. "Apa Rayyan sudah menikah?" "Iya, Dok, ini adalah istrinya." Gea tersenyum pada Dokter tersebut. "Oh, maafkan saya, Tuan, saya tidak mengetahui hal itu. Dan selamat untukmu, Rayyan, selamat untuk kalian berdua.""Terima kasih, Dok," kata Rayyan.  Selesai diperiksa, Rayyan mengantar Dokter tersebut ke bawah. Setelah itu dia kembali menemui Gea di kamarnya. Dalam
Baca selengkapnya
Amukan
Setelah Feby pergi, Gea langsung bangkit. Namun, Rayyan terlebih dahulu mencegahnya, bahkan kini Rayyan memeluk Gea kian kuat. "Kau mau kemana?" bisik Rayyan di telinga Gea, membuat bulu kuduk gadis itu meremang seketika. "A - aku ... ingin kembali ke kamar," jawab Gea duduk. "Tidak semudah itu, Gea. Kau pikir akan bisa lepas begitu saja setelah apa yang kau lakukan barusan?""Apa maksudmu, Rayyan? Memangnya apa yang aku lakukan?""Kau benar-benar lupa atau ... memang sengaja melupakan?" Rayyan menarik rambut Gea ke belakang telinganya. "Kau tahu, Gea, karena ulahmu barusan ... aku malah merasa ... kini kau semakin berani ... menggodaku," bisik Rayyan lembut.  Deg. Jantung Gea berpacu bak kuda lari, begitu kencang. Gea memejamkan matanya untuk menutupi kegugupan yang kini sudah menguasai seluruh tubuhnya. "Jadi ... bagaimana jika kita ....""Tidak, Rayyan!" teriak Gea ketakutan. "Lagian aku tidak mera
Baca selengkapnya
Pengungkapan
Gea bangun setelah melewati malam yang panjang di rumah Rayyan. Tidurnya begitu nyaman tanpa ada gangguan ataupun mimpi buruk lainnya. Dia langsung bangun saat mendapati ditatapan pertamanya Rayyan yang sedang berdiri memperhatikannya."Kenapa setiap pagi kau mengenutkanku, Rayyan," gerutu Gea kesal. Sudah dua kali Rayyan menatap wajah berantakannya di pagi hari. "Aku sengaja menunggumu," kata Rayyan tersenyum, lantas duduk di sisi Gea. "Memangnya ada apa menungguku?""Karena aku ... akan meminta sesuatu," bisik Rayyan mendekatkan wajahnya. Refleks Gea memejamkan mata, tidak kuasa bersitatap dengan wajah Rayyan dari jarak yang sangat dekat. "Apa yang Rayyan lakukan? Apa yang akan dia minta?" gumam Gea dalam hati dengan irama detak jantung yang berpacu.  Rayyan yang mengerti apa yang ada dalam pikiran Gea, pun tersenyum lebar. "Kapan kau bercerita semunya padaku, Gea?" tanya Rayyan.  Gea yang tersadar d
Baca selengkapnya
Menjalankan Rencana
Hari itu, Gea menjalankan semua rencana yang sebelumnya telah disusun oleh Rayyan. Tanpa bantahan, Gea melakukan semuanya dengan patuh. Saat ini, Gea berada dalam sebuah mobil bersama Leon, sedangkan Rayyan memilih mengurus pekerjaan di kantornya. Rayyan sudah mengatakan pada Gea, jika dia tidak akan ikut dalam hal apapun. Kecuali memang itu diperlukan. Awalnya Gea sempat menolak karena dirinya khawatir akan ketahuan. Tapi Rayyan terus mendesak dan meyakinkannya dengan segala cara. "Bagaimana jika aku ketahuan, Rayyan? Aku benar-benar takut," kata Gea sebelum dirinya pergi tadi. "Tenang saja, Gea, aku yakin kita akan berhasil.""Tapi ....""Sudahlah, kau percaya padaku, kan?" Gea mengangguk tanpa ragu. "Kalau begitu yakinlah, kau akan berhasil.""Aku akan mencoba.""Bagus sekali, Gea," kata Rayyan tersenyum.  Gea belum yakin dengan apa yang akan dilakukannya, benarkah keputusannya un
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status