All Chapters of The Demon's Bride: Chapter 1 - Chapter 10
22 Chapters
PROLOG
Candeline, Tahun 504 Dalam Kalender KematianHujan membasahi tanah hingga menggenang di saluran pembuangan dan lubang jalan. Suara langkah samar-samar mengisi lorong-lorong gelap yang sempit, seolah berkejaran satu dan yang lain, menambah irama tidak hanya derap langkah satu dua kaki ketika menerjang genangan lumpur di sepanjang jalan.Seorang laki-laki berlari hingga mencapai sudut tergelap dari tempat yang bisa ia jangkau, mencoba menyembunyikan diri di sela gang kecil antara dua bangunan. Tidak hanya dua pengejar, tetapi ada lima pria yang mengikuti sejak dia meninggalkan kedai minuman di ujung jalan itu. Napasnya terdengar putus-putus, lelah, namun sedapat mungkin dia menenangkan diri kembali."Apa kau yakin dia berlari ke arah sini?" Salah satu dari para pengejar itu mengendus udara, mencari jejak buruannya."Ya, tidak salah lagi. Dia pasti bersembunyi." Terdengar geraman dari pria yang lebih kurus. "Sudah kukatakan bahwa kita harus
Read more
BAB 1 I Kota Metropis
Metropis, Tahun 521 Dalam Kalender Kebangkitan (17 Tahun Kemudian) Angin berembus cukup kencang hingga menerbangkan beberapa tong sampah terbuat dari baja yang diletakkan sengaja di setiap sudut Kota Metropis. Hawa dingin menusuk tulang membuat pejalan kaki memakai mantel tebal mereka saat menembus jalan. Tak jarang suara tangis bayi-bayi tak berdosa terdengar di antara angin, dan cicitan tikus dekat got, serta tumpukan sampah di antara kanal-kanal yang airnya mulai naik hingga menutupi jalanan. Dapat diprediksi, esok pagi akan ada mayat-mayat baru yang ditemukan petugas patroli. Dan merupakan pemandangan biasa bagi masyarakat Metropis. Kemiskinan adalah sesuatu yang harus kau salahkan dalam setiap kematian, dan siapa yang peduli pada satu dua mayat tanpa identitas di sana. Kau tak akan kekurangan apa pun dengan meningkatnya jumlah kematian di kota. Namun, lain halnya dengan sekelompok pria yang berlari menembus gerimis di antara lor
Read more
BAB 2 I Chrysander
Ketukan pelan di depan pintu kamar membangunkan Valleya seketika, dia melirik seisi kamarnya sebelum menyahut."Ya Bibi, aku akan turun!"Valleya bergegas bangun, dan merapikan kamar secepatnya sebelum memasuki kamar mandi. Pagi ini dia ada janji untuk bertemu Nina, sahabatnya, sebelum menghadiri kelas sopan santun dari salah satu guru paling dibencinya, Nona Lisbet.Sembari merapikan lipatan rok berendanya, Valleya mematut diri di depan cermin. Tubuhnya yang montok dibalut ketat dengan blus kuning muda dipadu rok berenda kuning tua. Kalung berbandul permata merah yang tak pernah dia lepas sejak kecil memantulkan cahaya matahari pagi yang mengintip masuk dari kisi jendela.Dia melatih senyum seperti yang Nona Lisbet ajarkan minggu lalu. Pantulan dirinya di cermin membuat Valleya puas, berputar beberapa kali, akhirnya gadis itu mengakhiri ritual paginya di depan cermin.Suara feminim yang terdengar dari lantai bawah lagi-lagi memanggil namanya.
Read more
BAB 3 I Buku Rahasia Merayu Wanita
Valleya terkesiap begitu dia terbangun dari tidur. Matanya nyalang menatap sekitar, dan dengan degup jantung yang berdebar, dia pun turun dari kasur kemudian berlari ke luar kamar. Langkahnya terdengar buru-buru saat menuruni tangga menuju dapur, dimana dia bisa mendengar suara Bibi Ema bersama adonan roti yang dibanting di atas meja.“Bibi!” panggil Valleya setengah histeris.Seketika sang Bibi mengangkat wajah, dan menatap Valleya dengan ekspresi bertanya begitu mendapati pipinya yang pucat sedang mata membulat seperti sedang dikejar seseorang.“Ada apa?” tanya Bibi Ema sedikit kesal telah diinterupsi.Wanita tambun itu kembali mengadon kue dan tidak lagi memedulikan wajah ketakutan gadis tujuh belas tahun di hadapan.“Bibi, tadi … tadi … di kamarku,” ucap Valleya terbata sembari berusaha menarik napas dengan rakus.Paru-parunya terasa sesak, karena oksigen yang menipis drastis sejak bangun
Read more
BAB 4 I Bunga Kristal
Ketika pagi tiba, Valleya menemukan sebuket bunga yang sangat indah di depan jendela.Lama dia terdiam menatap kelopak pelangi pada bunga-bunga beraneka jenis, namun tidak pernah dia temui sebelumnya. Seolah bunga-bunga tersebut tidak tumbuh di bumi melainkan surga.Setiap bunga-bunga itu tampak berkilau bagai taburan kristal yang menempel di setiap daun, batang, dan kelopak dengan aneka warna pelangi begitu diterpa cahaya sinar mentari pagi.Dengan ragu-ragu Valleya menyentuh buket tersebut, sedang kepalanya menatap sekitar. Pada atap rumah di hadapan yang terlihat dari jendela kamar, serta langit biru yang menunjukan cuaca begitu cerah dengan semilir angin pagi menyentuh pipi.“Dari siapa bunga ini?” gumamnya penuh tanya ketika menaruh buket itu ke dalam pelukan.Tidak mungkin seekor burung membawa benda sebesar itu terbang di angksa dan menjatuhkannya tepat di depan jendela Valleya.Dengan diliputi perasaan mengganjal, gadis t
Read more
BAB 5 I Kepingan Jiwa
Valley baru saja keluar dari rumah Paman James setelah memberikan keranjang berisi roti, saat tiba-tiba dia berpapasan jalan dengan sepasang kekasih berwajah pucat yang seketika berhenti begitu melewati keduanya.Entah mengapa bulu kuduk Valleya berdiri, dan dia merasa firasat aneh, seolah menyuruhnya untuk menghindari pasangan berwajah beku tersebut.Jika diperhatikan dengan saksama, kulit mereka tampak tidak biasa, begitu pula dengan mata yang diarahkan pada Valleya, seakan dirinya adalah makanan, bukannya seorang manusia berjalan.Karena tidak ingin dianggap bersikap tidak sopan, Valleya pun memberi pasangan itu jalan sehingga dia menepi ke pinggir bangunan dengan kepala menunduk ke bawah, namun belum sempat dia berjalan kembali, saat tiba-tiba sang wanita memanggil yang mengakibatkan tubuh Valleya lunglai sesaat.Namun dengan cepat dia menepis perasaan lelah tersebut, dan mencoba berdiri tegak kembali, sebelum akhirnya berhenti.“Hey, apa
Read more
BAB 6 I Dia Makhluk Yang Kuat
Chrysander membawa Valleya sampai ke ruang kesehatan sekolah, dan hanya dengan satu tatapan mata pada suster yang berjaga, dia pun dapat mempengaruhi pikiran orang di sekitar, bahwa tadi Valleya pingsan dan butuh istirahat beberapa jam saja.“Gadis itu sedang kelelahan dan butuh untuk tidur agar pulih kembali,” ucap Chrysander sembari mengunci mata sang perawat. “Apa kau mengerti?”Perawat wanita itu mengangguk kaku dan seketika wajahnya normal kembali saat ingatan perawat tersebut dipenuhi oleh kejadian buatan pemberian Chrysander, yang menunjukan bagaimana Valleya berakhir di sana.Dengan tatapan cemas, perawat itu pun akhirnya bergerak untuk memeriksa keadaan Valleya yang masih tertidur pulas di atas ranjang.Dan hanya dalam hitungan detik, Chrysander pun menghilang dari ruangan.Samar-samar Valleya melihat sosok pria menggendongnya beberapa waktu lalu, namun semua tampak begitu buram. Dengan keadaan paralyze dalam waktu
Read more
BAB 7 I Bukan Gadis Biasa
Baru saja Valleya hendak berangkat ke sekolah, saat tiba-tiba dia menemukan buket bunga yang sama seperti kemarin tergelatak di teras rumah.Langkah Valleya terhenti begitu dia mendapati bunga yang berkilau di bawah sinar matahari itu mengerlip-ngerlipkan cahaya pelangi ke segala arah, membuatnya seketika terpaku dengan tatapan penuh kekaguman.Baru saja dia membungkuk ketika menyentuh bunga tersebut, saat tiba-tiba Bibi Ema muncul dari arah dalam rumah dan mengagetkan Valleya hingga tubuhnya terlonjak kaget dan seketika menjauhi bunga kristal itu.“Astaga Bibi,” gumam Valleya sembari memegangi dada, lalu menjauhi buket bunga yang nyaris dia ambil dari atas lantai beranda.Bibi Ema hanya memandang Valleya dengan tatapan tidak senang, namun matanya beralih ke arah buket bunga yang memancarkan warna-warni cahaya ke segala arah, bagaikan permata yang dipajang di bawah sinar lampu seperti pameran dalam museum kerajaan.“Benda apa itu?
Read more
BAB 8 I Sentuhan Lembut Tak Terlihat
Saat tengah malam, suasana tenang di rumah yang Valleya tempati berubah menjadi mencekam begitu terdengar suara teriakan nyaring yang berasal dari kamar Bibi Ema. Valleya terbangun seketika dan dia berlari mendekati ke tempat bibinya berada dengan gerakan terburu-buru.“Bibi, ada apa?” tanya Valleya sembari menggedor pintu sedikit keras.Suara teriakan penuh terror itu lagi-lagi terdengar, membuat Valleya ketakutan dan cemas.“Bibi!” panggil Valleya, sembari berusaha membuka paksa kamar yang terkunci.Baru saja Valleya hendak mendobrak lagi saat tiba-tiba Bibi Ema keluar dengan mata membeliak nyalang dan melirik sekitar seolah dia baru saja dikejar oleh mimpi buruk.“Aku melihat sesuatu! Aku melihat sesuatu!” jeritnya dengan tubuh bergetar.Mendapati kondisi sang Bibi, Valleya pun membawa wanita tambun itu untuk masuk ke kamar lagi, namun Bibi Ema menahan langkah keduanya dan menggeleng cepat. Dia menolak
Read more
BAB 9 I Merindukan Pelukannya
“Aku sudah mengatakan padamu berkali-kali, tidak seharusnya anak itu berada di rumahmu, tetapi kau tetap tidak mau mendengar,” ucap Bibi Dori pada Bibi Ema.“Tidak mungkin aku menolak kehadirannya, Dori. Apa kau tidak tahu bahwa kakakku tidak akan memberikan hartanya bila aku tidak mengasuh anak itu sampai melewati usia delapan belas?” jelas Bibi Ema sama sengitnya. “Bila saja tidak ada aturan demikian dalam surat wasiat yang dia tinggalkan, tentu saja aku tidak akan menerima anak itu. Bagiku, Dia hanya beban!”Kedua wanita itu membicarakan Valleya di saat gadis itu dapat mendengar dari lantai dua. Bahkan tadi, Valleya tidak sengaja melihat Bibi Dori yang melirik tajam padanya saat dia melewati pintu ketika hendak melintasi ruang tengah.“Taruh saja dia di panti penitipan sampai usianya delapan belas, dan di saat kau mendapat warisan, berikan pada mereka sejumlah uang sesuai kesepakatan,” saran Bibi Eva dengan pemi
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status