All Chapters of Istri Ke-4 Tuan Tanah: Chapter 31 - Chapter 40
84 Chapters
Tikus menangkap singa
Ratih mendekatkan gelas berisi ramuan itu ke mulutnya, dia benar-benar tak mungkin lagi menolak permintaan mbok Jum.Sedangkan mbok Jum mulai tersenyum, hanya dirinyalah yang bisa mengendalikan kebahagiaan di rumah besar ini.“Ratih?!”Rasanya begitu lega, mungkin Sang Gusti yang mengirimkan Fitri untuk datang ke kamarnya.“...aku membawakanmu makan—“ Fitri tak melanjutkan ucapannya. Adanya mbok Jum di kamar Ratih membuatnya kawatir, “Mbok Jum, di sini?” tanyanya terus mendekat ke Ratih, tahu kalau Ratih memegang gelas, segera merebutnya, dan menaruhnya di meja.Mbok Jum nyengir, “Ndoro Ratih harus makan, kan? Itu sudah jadi kewajibanku untuk memastikan istri aden Prapto yang hamil,” sengaja menekankan kata ‘hamil’ di depan Fitri, “mendekatkan nutrisi yang cukup hingga anak yang dikandungnya tidak sampai keguguran atau bahkan mati dalam kandungan seperti anakmu kemarin.” Itu adalah ucapan yang mbok Jum yakin mampu membuat bukan saja hati, bahkan jantung Fitri juga tertusuk.Fitri tert
Read more
Sarang yang busuk
“Suara apa itu, Mbak Fitri?” tanya Ratih. Keributan sayup menggema hingga ke kamarnya. Dia pun segera turun dari ranjangnya dengan dibantu Fitri.“Aku juga tidak tahu. Pelan-pelan.” Fitri merangkul Ratih, dia berjalan begitu pelan, dan saat tiba di ruang tengah, cukup heran karena semua orang berkumpul di sini.Prapto melepas lengan pelayan Ratih, dia berjalan mendekat ke Sumi, tak bertanya apa pun, hanya menatapnya heran dan nyalang.“Aku melakukannya karena kamu tidak adil denganku.” Sumi tak takut, meski tubuhnya bergetar, dia tetap mengakui perbuatannya. “Harusnya kau ada di sini saat aku baru pulang dari basar, bukan malah pergi bulan madu dengan Ratih,” Sumi tak menyangka, ternyata Ratih juga ada di sini, “...jadi jangan salahkan kalau aku menyuruh pelayan itu untuk membunuh semua kelinci Ratih.” Imbuhnya. Dia menatap Ratih, wajah terkejut itu tak membuatnya ikut terkejut, bahkan Ratih berjalan mendekatinya, tapi Sumi segera berbalik dan pergi dari ruang tengah.“Tunggu, Mbak Su
Read more
Ambil semuanya
“Kenapa kamu masih di sini?” tanya Ratih ke pelayan pribadinya.“Ngapuraken saya, Ndoro Ratih.” Pelayan itu mencakupkan tangan di dadanya, memohon ampun ke juragannya atas kesalahan yang tak mampu ditolak.“Aku sudah memaafkanmu, tapi aku juga membencimu, harusnya kamu menceritakan semua yang kamu alami, bukan mengambil keputusan semaumu sendiri begini. Sekarang aku sangat marah, aku kecewa, aku tidak membutuhkan siapa pun lagi, pergilah.” Ratih merasa lebih baik sendiri, itu akan membuatnya lebih aman tanpa gangguan.“Tapi, Ndoro Ratih. Saya—““Keluarlah.” Prapto menghentikan dia wanita yang terdengar berdebat, setelah pelayan itu pergi, dia mendekat dan duduk di sisi Ratih, “Kenapa kamu mengusirnya?”“Aku tidak ingin memiliki pelayan yang berkhianat di belakangku.” Ratih terus mengingat kelincinya saat melihat pelayan itu dan dia tidak mau terus sakit hati.“Lalu? Kamu mau siapa yang membantumu di sini? Sendiri tidaklah mudah, apa lagi perut itu akan membesar, jangan egois karena it
Read more
Siapa pelayan itu?
Malam tiba, semua orang sudah tidur, mbok Jum bahkan telah memastikannya lebih dulu. Bibirnya menyungging, dia masuk ke kamar yang empunya tengah tertidur pulas, “Bangun.” Ucapnya lirih seraya mengguncang pelan tubuh itu.Pelayan itu membuka mata, mengucek juga karena terasa sepet sekali, “Iya, ada apa?” tanyanya.Mbok Jum memberikan bubur ramuan, “Berikan ini ke Ratih, bagaimana pun caranya, pastikan kamu melihat Ratih menelannya dengan mata kepalamu sendiri.”Pelayan itu menghela napas, “Apa ini pahit? Akan sulit kalau rasanya terlalu kuat.”“Pahit atau tidak bukan urusanku, asal Ratih bisa minum ramuan ini, maka hidup kita akan makmur, jadi pastikan saja bocah ingusan itu menelannya, apa kamu paham?” mbok Jum memastikan sekali lagi.Pelayan itu pun menghela napas, “Ya, aku akan memberikan ramuan ini besok setelah semua orang pergi, aku tidak mau tertangkap dan membuat diriku sendiri dalam bahaya.”Mbok Jum mengangguk, dia lalu ke luar dari kamar pelayan itu.***Hari yang ditunggu
Read more
Kalung emas
Ratih terbangun untuk ke dua kalinya, tapi saat ini dia bingung karena tak menemukan Prapto di sebelahnya, “Apa aku bermimpi?” tanyanya ke diri sendiri. Setelah cukup sadar, Ratih memilih untuk mandi, dia yakin sebentar lagi pelayan akan mengajaknya untuk sarapan, dan benar saja saat dia ke luar kamar mandi bertepatan dengan pelayan yang memanggilnya. “Aku akan segera ke luar.” Ucapnya yang saat ini masih menyisir rambut basahnya.Saat Ratih di ruang makan, semua orang sudah berkumpul, termasuk Prapto juga. Dia tak menyapa, hanya duduk di tempatnya, lalu sarapan seperti biasa.“Kalian tidak bertanya bagaimana kontes kemarin?” tanya Prapto di sela sarapan.Fitri tersenyum, “Semalam Kakang terlihat bahagia, rasanya sapi kita menang lagi, aku menunggu Kakang yang menceritakan pengalaman seru itu.”Prapto tertawa, “Ya, kamu benar. Bima yang datang ke sini dulu, sapinya juara dua, padahal aku sudah kawatir akan kalah. Hahahaha.” Prapto melahap makanannya lagi.“Tidak mungkin, Kakang. Bukan
Read more
Kamar Sumi
Hampir pagi, Prapto tetap duduk di kamarnya, di tempat biasa dia mencatat semua laporan keuangan. Meski tak melakukan apa pun, Prapto juga tak bisa tidur dengan benar, memikirkan semua yang diceritakan Sumi barusan.***Hari berganti, semua orang sudah siap di kursinya, menunggu Prapto yang belum bergabung di ruang makan.“Mbak Sumi, aku keburu lapar, apa lagi sebentar lagi aku mau ke pasar beli kebaya, kakang Prapto lama sekali.” Iis terus menggerutu sedari tadi.Sumi membuang napas kasar, dia berdiri dan berniat memanggil Prapto, tapi urung karena baru saja berbalik, Prapto sudah masuk ke ruang makan.“Aku bangun terlambat, sekarang ambilkan saja sarapan untukku.” pinta Prapto sambil duduk di tempatnya. Sarapan pun berlangsung canggung, tak ada yang saling bicara setelah melihat wajah Prapto pagi ini, hingga saat dirinya selesai, Prapto berdiri, “Mbok Jum, sudah lama kita tidak ke pasar bersama-sama, ada yang mencarimu di pasar, kita ke sana hari ini.” Ucapnya yang diangguki oleh mb
Read more
Runyam
“Boleh aku bergabung?” tanya Prapto mengejutkan mbok Jum dan Sumi.Ke duanya saling lempar pandang, Sumi yang ingin cuci tangan, segera mendekat ke Prapto, “Mari, Kakang. Aku dan Mbok Jum tak membicarakan hal penting.” Ditolehnya mbok Jum, anggukan itu dia harap mampu menggiring Prapto ke tempat lain.Prapto terkekeh, “Aku yakin kalian membicarakan ramuan itu, katakan, siapa yang awalnya ingin membuat ramuan semacam itu? Sumi, bukankah semalam kamu yang mengatakan kalau Mbok Jum yang sejak awal memberikan ramuan itu ke semua istriku? Apa artinya ini, Mbok Jum?” ya, memang semalam Sumi sudah mengakui semuanya, di rumahnya sendiri, Prapto telah dikhianati.“Bohong!” mbok Jum memekik, “Sejak awal, sejak keguguran yang beberapa kali dialami Ndoro Sumi, sejak kedatangan ndoro Iis di rumah ini, Ndoro Sumi-lah yang ingin aku membuat ramuan itu agar tak ada yang berhasil melahirkan anak untukmu, Aden Prapto. Karena dengan begitu Ndoro Sumi tetap akan menjadi kesayanganmu.”Sangat mencengangka
Read more
Siapa dia?
“Tidak, Mas!” Ratih segera memekik, dia juga menggeleng cepat, “Aku tak minum apa pun, apa lagi sampai anak yang kukandung dalam bahaya, tidak akan!” Ratih menepis tangan tabib itu, bangun perlahan, dia tak terima dituduh seperti itu.Apa yang diucapkan tabib itu membuat Prapto emosi, ditambah dengan jawaban Ratih, bingung dan tak paham seolah menjadi satu. “Dari mana Tabib bisa mengatakan hal itu?” memilih bertanya ke tabib dari pada berdebat dengan Ratih.“Aku sangat paham dengan semua yang datang, banyak wanita hamil ke sini dan ingin menggugurkan kandungannya, aku bisa membuat ramuan semacam itu, jadi aku sangat tahu seperti apa kondisi perut setelah mengonsumsi ramuan tersebut.” Tabib itu menoleh ke Ratih, “Ndoro Ratih, coba Ndoro katakan, apa Ndoro baru saja makan atau bahkan minum sesuatu?” tanyanya.Ratih menggeleng tegas.“Apa mbok Jum memberimu sesuatu?” Prapto hanya bertanya, beberapa hari ini penuh drama, semua terpecah ke banyak tempat, dan itu membuat Prapto bingung.Rat
Read more
Seperti yang dulu
Malam ini, setelah makan malam, Prapto yang merasa sudah cukup mengantuk, pergi ke kamar Ratih, dia ingin tidur di sana. Melihat ada pelayan yang mondar mandir di depan kamar Ratih, Prapto pun berdehem.“Aden Prapto, Njenengan belum tidur?” tanya pelayan itu.“Kamu? Kenapa tidak tidur?” tanya Prapto balik.“Hm,” pelayan itu nyengir, “saya dengar ndoro Ratih terbangun tadi, jadi saya berjaga di sini.”“Tidurlah. Biar aku yang menjaga istriku sendiri.” Prapto menunggu hingga pelayan itu masuk ke kamar, baru setelahnya dia menyusul Ratih. Ucapan pelayan itu bohong, buktinya Ratih tidur nyenyak saat ini. Prapto mencuci kaki dan tangan, naik ke ranjang dan memeluk Ratih, melihat Ratih tidak terganggu, kecurigaannya semakin menjadi, “Apa yang direncanakan pelayan tadi? Pelayan yang dimaksud Ratih memakai kalung juga pelayan itu, siapa dia?” merasa tak akan menemukan jawaban malam ini, Prapto pun memejamkan mata mengikuti Ratih.***Masih terlalu pagi, tapi di dapur suaranya sudah ramai pela
Read more
Aku menyerah
Sumi tak ingin kekacauan ini menarik perhatian banyak orang. Dia pun mengalah, duduk di depan Ratih, dan menarik napas sebelum bicara. Sumi menoleh ke Ratih, “Apa selama ini ada yang memberimu sesuatu?”Prapto terkekeh, “Apa kamu peduli?”Ratih kembali meremas tangan Prapto agar tak terus mengintimidasi Sumi. “Ada, Mbak. Teh, minuman segar, makanan berkuah, hanya saja aku lebih suka buah dan air putih. Mbak, menanyakan aku nyidam apa?” tanya Ratih balik.Sumi menggeleng, “Hati-hati, ada bahaya yang mengintai anak itu, aku tidak tahu apa dia masih memiliki lebih banyak pendukung dari pada kita.”Prapto tertawa sinis, “Apa kamu membicarakan dirimu sendiri?”“Mas?” Ratih heran dengan sikap Prapto.“Kenapa? Bukankah selama ini dia yang membuatmu hampir keguguran?” Prapto mengingat dengan jelas ucapan tabib tempo hari.“Kita tidak punya bukti, Mas. Jangan sembarangan menuduh Mbak Sumi.” Ratih masih meyakini mbok Jum dalangnya.Sumi menghela napas, “Terserah, Kakang mau bilang apa, aku hany
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status