Semua Bab Istri Ke-4 Tuan Tanah: Bab 41 - Bab 50
84 Bab
Siapa yang salah?
Ratih sudah tidur, sedangkan Prapto malah tidak bisa tidur setelah pertempuran barusan. Dia ke luar, memakai jarit ala kadarnya, dan surjan yang tak semua kancingnya di tempat yang benar. Membawa wadah kobot, melinting dan menyulutnya, baru setelahnya menikmati lintingan kobot itu seorang diri. Angan di depan sana sangat indah, Prapto sesekali tersenyum, membayangkan pangkuannya tak kosong lagi setelah ini.“Njenengan belum tidur, Aden Prapto?”Prapto menoleh, tak menyangka yang menyapanya adalah pelayan pribadi Ratih, “Kamu sendiri?”Pelayan itu tersenyum, “Saya haus, Aden. Jadi ke belakang sebentar untuk mengisi kendi. Njenengan butuh sesuatu?”Prapto menggeleng, “Tidur saja, aku ingin sendiri.”Pelayan itu tersenyum, dengan lancang duduk di sebelah Prapto, tangannya dengan sigap mengusap lengan Prapto tanpa tahu diri. “Aden, banyak hal yang kutahu, keselamatan, kebahagiaan, bahkan aku merasa bisa menggenggam hidup seseorang.” Prapto meliriknya tajam, tapi pelayan itu malah terkekeh
Baca selengkapnya
Saling cemburu
Prapto bangun. Ratih di depannya dengan rambut yang masih basah. Di luar matahari lumayan tinggi, Prapto bergegas ke kamar mandi, membersihkan diri dengan cepat, dan ke luar. Surjan dan jarit senada disiapkan di ranjang, mungkin ini pekerjaan Ratih. Prapto tersenyum, dia semakin memahami kalau Ratih begitu perhatian.Selesai menyisir rambut dan mengenakan parfum, Prapto pun segera ke luar, bergabung dengan semua orang di meja makan, dan memberikan piring kosongnya ke Ratih. “Hari ini aku cukup sibuk, ada beberapa hal yang harus kukerjakan, di pasar juga aku menunggu pembeliku dulu yang dari kampung seberang, mungkin dia datang lebih siang.” ucapnya. Setelah Ratih mengembalikan piring itu, Prapto pun menikmati sarapan pagi ini.Dia mengingat satu hal, sepertinya tak mungkin menunggu nanti sore hanya untuk mengatakan hal ini, “Sumi,”Mendengar namanya disebut, Sumi pun menoleh ke Prapto sambil mengangguk.“... ada panen di ladang, biasanya Fitri yang mengurus semuanya, Ratih juga tak mu
Baca selengkapnya
Warung goyang
Ratih ke luar dari kamarnya saat melihat Sumi pulang dari ladang.“Taruh sini saja. Besok baru dijemur. Kalian istirahat, setelah ini kita makan siang.” kata Sumi.“Inggih, Ndoro Sumi.” Jawab pekerja pria serentak.Sumi mengangguk dan masuk. Baru akan masuk, Ratih menghalangi jalannya, Sumi menatap Ratih, “Kau ingin ke luar?”Ratih menggeleng, “Apa kita bisa bicara sebentar?”Sumi terkekeh, “Tidakkah kamu tahu aku masih lelah? Keringatku belum kering karena aku baru saja tiba dari kebun. Jangan kau pikir kehamilanmu membuatku tunduk dan ikut memperlakukanmu dengan istimewa.”Ratih menghela napas, minggir untuk membiarkan Sumi masuk, sedangkan dirinya sendiri duduk di teras samping rumah. Melihat kupu-kupu yang terbang indah di kebun, membuatnya sedikit tenang, tak terus termakan emosi Sumi.Mbok Jum tersenyum, “Persaingan sangat ketat. Harusnya kamu menggunakan kesempatan yang kamu miliki dengan baik.”“Maksud, Mbok Jum?” Ratih tak paham dengan ucapan itu.“Bukankah Prapto sudah tahu
Baca selengkapnya
Sekamar dengan Siti
Siti berdiri, siapa yang ditunggunya sejak tadi akhirnya datang juga, disertai senyum yang berbinar, Siti merapikan kebaya yang dikenakannya.“Tunggu di sini, Lek Tejo.” Prapto turun dari dokar, “Aku akan masuk sendiri, tidak akan lama.” Imbuhnya dan segera masuk ke warung goyang.“Kupikir kamu tidak akan datang, aku cukup lama menunggumu di sini.” Siti beberapa kali menarik napas, menenangkan degup jantungnya sendiri, Prapto terlihat begitu tampan siang ini.Prapto terkekeh, “Ya, pembeli di pasar hari ini lebih sibuk dari biasanya, mereka menawar terlalu murah, jadi aku tak ingin melepas sapi itu begitu saja. Oiya, kamu hanya memesan minuman rasa mangga ini?” di atas meja hanya ada perasan mangga berwarna kuning pekat, gelas yang berisi separuh, sepertinya memang benar Siti sudah menunggunya sejak tadi.Siti mengangguk, “Aku rasa tidak akan enak kalau minum sendirian.”Prapto mengangguk, dia memesan makanan dan minuman, lalu kembali menoleh ke Siti. “Apa kamu ingat kenapa ingin bicar
Baca selengkapnya
Hadiah dibalas hadiah
Siti tersenyum, naik tubuh Prapto dengan percaya diri sambil bersiap memasukkan milik Prapto ke miliknya, meski ini adalah yang pertama Siti tak gentar sedikit pun. “Akh!” Dengan cepat Prapto membalik keadaan, Siti di bawah Prapto dengan leher tercekik saat ini.Prapto menyeringai, “Apa menurutmu akan semudah itu, hm?! Katakan, apa yang kamu tahu tentang keadaan anakku?”Siti terkekeh, meski sangat sulit bernapas, dia tetap tak ketakutan, “Ada orang yang tak mau Ratih melahirkan anak untukmu. Selain Ratih keturunan dari keluarga miskin, semua kehidupan harusnya diatur oleh orang yang sama selama ini.”Prapto semakin mengeratkan cekikannya, “Siapa?”“Ak-aku akan mem-beri tahu-mu setelah aku me-rasakan mi-milikmu dulu.” Ucap Siti dengan terbata. Dia masih ingin hidup setelah semua kejadian ini selesai.Prapto melepas cekikannya, membiarkan Siti mengambil napas dan mengusap lehernya sendiri. “Banyak pilihan di dunia ini, Siti. Kau lebih suka yang mudah atau yang curam untuk kau lalui. Sa
Baca selengkapnya
Hangat
Prapto berdiri di jlambrahan, dia tak sabar untuk segera bertemu dengan mbok Jum.Sumi segera mendekati Prapto, “Ada apa, Kakang?” wajah penuh amarah itu akan dia tenangkan. Meski tak tahu apa penyebab Prapto pulang dengan keadaan seperti ini, Sumi yakin kalau akan ada yang meledak sebentar lagi.Ratih yang melihat kedekatan antara Prapto dan Sumi memang terjalin lebih mesra, seolah membuktikan waktu tak akan pernah berdusta, hanya diam dan mengambil jarak. Dia mulai menyadarkan dirinya sendiri akan posisi yang sebenarnya agar tak bermimpi terlali tinggi.“Mbok Jum?!” seolah tak ingin dengar apa pun ucapan Sumi, dia hanya ingin bertemu dengan mbok Jum saja.“Ada apa, Aden?” mbok Jum yang baru saja ke luar, segera mendekati Prapto.Wajah polos itu sangat sulit dipercaya, tapi Prapto tak ingin lagi dibohongi, “Aku hanya memberimu waktu semalam, Mbok Jum. Besok pagi, jangan sampai aku melihatmu ada di sini lagi.” Desisnya yang membuat siapa saja pendengar, bergidik ngeri.“Semalam? Di si
Baca selengkapnya
Timbul dan tenggelam
Siti baru saja sampai kamarnya, dia pikir akan beristirahat dan baru menemui Ratih nanti setelah lelah dan sakit ditubuhnya hilang, tapi mbok Jum malah menyambutnya di kamar. “Apa yang Mbok Jum lakukan di sini?” tanya Siti sambil terus berjalan mendekati ranjang.“Menunggumu, apa lagi? Kenapa jalanmu begitu?” tanya mbok Jum.“Tidak apa-apa. Kenapa Mbok Jum menungguku?” Siti malah balik bertanya.“Prapto pulang dari pasar, dia menyuruhku pergi dari rumah ini, dan dia juga mengatakan kalau kau sudah membuka semua rahasia padanya.” Mbok Jum mendekati Siti, “Kau pamit pergi untuk menceritakan semua hal yang kita simpan bersama ke Prapto? Kau lupa siapa aku? Aku ini ibumu sendiri?!” bentak mbok Jum. Dia yakin tak akan ada yang mendengar bentakannya meski cukup keras untuk Siti.Siti terkekeh, “Dulu kau memang ibuku, tapi setelah aku datang ke rumah ini, aku cukup tahu hubungan di antara kita, Mbok Jum. Aku hanya pelayan rendahan dan kau kepala pelayan, lalu ...untuk apa aku tetap membiarka
Baca selengkapnya
Dibandingkan dengan pelayan
Ratih sedang malas ke luar, dia tetap di kamar dan duduk menghadap ke jendela. Langkah kaki datang, dia pun menoleh sejenak, tersenyum saat menemukan Sumi di sana. “Mbak, jangan menyibukkan dirimu sendiri.” Ucapnya sambil memberi tempat untuk istri tertua Prapto itu.Sumi ikut tersenyum, “Ada apa? Kulihat kamu murung dari tadi, dan mata itu, aku yakin itu bukan kelelahan, tapi kamu begadang. Saat aku ke ruang makan, aku berpapasan dengan kakang Prapto, dan itu artinya semalam dia tidak tidur denganmu, kan? Ceritakan, mungkin aku bisa membantumu.”Ratih menggeleng, “Rasanya tidak mungkin, Mbak. Semua terlalu kacau.”“Apa maksudmu, Ratih? Kau sedang hamil besar, jangan terlalu banyak pikiran.” Sumi yang tadinya ingin menyulam, kini malah kawatir dengan keadaan dan ucapan Ratih barusan.Ratih menghela napas, dia tak mungkin menahan beban ini sendiri, “Semalam mas Prapto memang tidur denganku,”Mendengar itu, Sumi marah, dia cemburu, tapi semua dia tahan demi anak yang dikandung Ratih. Ba
Baca selengkapnya
Keduanya sama
“Minumlah.” Pria itu memberi Siti kelapa muda yang baru saja dipetik kemarin, itu adalah milik Ratih yang mewajibkan harus ada kelapa muda di kandang untuk diminum setiap hari.Siti segera mengambilnya lalu meminumnya.“Kamu sakit? Apa aden Prapto menyakitimu?” dia kawatir karena Siti berjalan teramat pelan sejak ke luar dari warung goyang.Siti menggeleng, “Kami hanya membicarakan beberapa hal penting di sana, lagi pula mana mungkin aden Prapto menyakitiku? Aku akan pelayan pribadi ndoro Ratih.”“Kalau memang begitu, izin saja barang sehari, tidak biasa kamu muntah, kan? Aku kawatir.” kata pria itu.Siti terkekeh, “Jangan kawatirkan aku, aku ini bukan anak kecil.”“Kalau kamu bukan anak kecil, kamu tidak akan pernah bermimpi bisa bersanding dengan aden Prapto.”Siti merasa kelapa muda di tangannya jadi hambar, “Kenapa kau mengatakan itu?! Apa kau punya urusan dengan semua mimpi-mimpiku, huh?!”Pria itu tersenyum, “Kenapa kamu tersinggung? Kalau dipikir, di sini kamu yang jahat, banya
Baca selengkapnya
Kamar Ratih
“Kenapa? Tidak biasa kamu datang ke kamarku?” tanya Prapto. Baru saja selesai menyisir rambutnya, menyemprotkan parfum, dan kini duduk di kursi panjang yang sudah ada Sumi di sana.“Katakan, Kakang. Apa yang membuatmu mau bermain gila dengan Siti?” todong Sumi.Prapto mengerutkan kening sangat dalam, tidak mengira kalau Sumi sudah mengetahui tentang semua ini. “Aku tidak pernah main gila dengannya.” sanggah Prapto. Dia tak akan pernah mengakui hubungan itu karena memang tak ada apa pun antara dirinya dan Siti.“Kalau memang begitu, kenapa Ratih mendengar hal lainnya?”Prapto lebih kaget lagi, apa kiranya Siti yang menyebarkan semua aib ini?“Aku tidak sudi Kakang menikah dengan Siti, mau jadi apa keluarga ini, Kakang? Dia pelayan dari kelas rendahan, jangan membuat Kakang malu sendiri nanti. Meski aku tidak bisa memberimu seorang anak, setidaknya Ratih sudah melahirkan anak untukmu, kan? Anak yang nantinya kurawat dengan ke dua tanganku, dengan penuh kasih sayang, setidaknya Ratih ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status