Semua Bab My Possessive Sugar Daddy: Bab 51 - Bab 60
152 Bab
Akhirnya ketahuan.
"SIAL!!"Suara daun pintu yang digebrak cukup keras membuat seseorang yang berada di dalam ruangan tersebut terkejut setengah mati. Tangannya yang sedari tadi menahan selembar koran tepat di hadapan wajahnya, turun dengan spontan demi bisa melihat ke arah pintu."Kau mengejutkanku!""Sial sial sial!!" laki-laki itu masih mengumpat penuh amarah seraya melayangkan tinjunya ke udara."Ada apa? Kau bertelepon dengan siapa barusan??""Papa. Dominic benar-benar mengunjungi papa ke Yogyakarta dan sekarang beliau sudah mengetahui perihal Inti Global!!"Itu adalah Anjar, bersama sekutunya. Setelah mendapat kabar mengenai perceraian Dominic dan Reina, mereka berdua bertemu untuk membahas rencana lanjutan tanpa melibatkan mantan istri Dominic tersebut. Namun di pertengahan perbincangan mereka, tiba-tiba ayah Anjar menelepon.Dialah Tuan Sagara Theodor. Owner dari Sagara Natural yang sebelumnya menjadi supplier bahan baku di perusahaan Dominic, y
Baca selengkapnya
Poor Chris.
Dominic baru saja akan menyeruput minuman dinginnya. Namun gerakan tangannya tiba-tiba terhenti lantaran mendengar suara menggelegar dari ponsel Chalondra yang tidak sedang mengaktifkan fitur speaker. Dominic dengan begitu jelas mendengar Chris meneriakkan nama Chalondra dan menyuruh gadis itu pulang sekarang. "Ke ... kena ... kenapa ... P ... Pa?" Chalondra mempertanyakan perintah ayahnya sambil menatap Dominic yang sepertinya sedang bertanya 'ada apa?'. "PULANG SEKARANG. DALAM WAKTU SATU JAM KAMU HARUS SUDAH DI BANDARA." "Tapi, Pa, study tourku belum--" "KAMU KIRA PAPA NGGAK TAU KAMU LAGI BERSAMA SIAPA DI SANA CHALONDRA??!!" DHUARRRR!!!!!!!! Ponsel mahal itu terlepas begitu saja dari genggaman tangan kecil Chalondra. Jantungnya terasa mau copot. Ayahnya sudah mengetahui hubungan mereka??? OH TUHAN!! Dominic tidak kalah kaget melihat refleks kekasihnya. Dia pun memungut ponsel Chalondra dari lantai restoran, kemudian dengan ce
Baca selengkapnya
Dugaan Amber.
Perih. Saat Dominic tersadar dari tidur panjangnya, dia merasa seluruh wajahnya perih. Sekujur tubuhnya serasa patah tulang. Dia tidak bisa bergerak bahkan hanya untuk sekedar membuka mata. Dia kaku, raganya seakan mati, sama seperti hatinya.Aroma obat-obatan memenuhi penciumannya. Walau netranya masih terpejam, Dom cukup sadar kalau saat ini dia berada di sebuah ruangan rawat inap. Dominic juga lama-lama bisa merasakan jarum infus yang menancap di pergelangan tangannya. Fix, dia memang berada di unit kesehatan yang entah di mana, dia tidak tau.Bagaimana dia bisa berujung di sini? Bukankah tadi siang dia dibuang begitu saja di pinggir jalan? Siapa yang sudah berbaik hati memungut sampah sepertinya?"Argggggghh," desis Dom saat dia merasa pusing kepala yang luar biasa."Kamu sudah sadar, Dom?"Suara itu? Ayahnya??Dominic berusaha membuka kedua matanya. Rasa pegal di sekitaran indera penglihatannya begitu terasa lantaran tadi siang Chris ju
Baca selengkapnya
Keputusan Chris.
Chris Ellordi sudah memikirkan ini sejak siang tadi. Dia sangat marah melihat Dominic yang dengan beraninya datang ke hadapannya. Laki-laki itu pun sama sekali tidak tahu malu dengan masih menggenggam tangan Chalondra. Lupakah dia jika dia dan Chalondra itu ibarat om dan keponakan? Lagian dia sudah menikah! Sangat kurang ajar jika dia masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Chris tidak peduli dia adalah putera dari Marcus, sahabat papanya. Dominic sudah melewati batas yang selama ini sudah terjaga dengan baik. Sekali pun Cakrawala dan Inti Global adalah rival di dunia bisnis, mereka tetap bisa berjalan berdampingan karena pendiri-pendiri keduanya memiliki ikatan persahabatan. Sekali pun tidak ada batasan secara tertulis, namun mereka cukup sadar bahwa ada hal-hal yang tidak pantas dilakukan demi menjaga keharmonisan hubungan mereka. Dalam kasus hubungan Dominic dan Chalondra, Chris sangat yakin kalau Dominic lah yang patut dipersalahkan. Chris sangat mengenal put
Baca selengkapnya
I love you, Mama.
Keesokan paginya ... "HAHAHAHAHAHA ..." Tawa menggelegar yang nyaris mampu membelah langit terdengar dalam sebuah ruangan kerja yang cukup luas. Dua orang yang sudah lama bekerja sama untuk menghancurkan keluarga Louis dan Ellordi itu tertawa puas mengetahui rencana mereka sudah berhasil. Mereka adalah Anjar dan ... Ares Alexander. "Ide kamu yang menyuruh saya untuk mengantar langsung foto-foto itu ke hadapan Fransisco ternyata sangat jitu. Dampaknya begitu luar biasa." Ares meneguk wine-nya dengan perlahan dan penuh penghayatan. "Hahaha, karena untuk apa menunggu papa merusak segalanya kalau kita bisa lebih dulu melumpuhkan si pengacau? Setelah ini Dominic pasti akan sibuk mengurus kekasihnya dan melupakan kasus pemutusan kontrak itu," balas Anjar dengan tidak kalah bangga. Dia sangat senang mengetahui saat ini keluarga Chris Ellordi sedang kacau dan Dominic adalah penyebabnya. Berdasarkan informan mereka yang ada di kediaman Chris El
Baca selengkapnya
Berbahagialah.
Chalondra melangkah menuruni anak tangga menuju lantai bawah rumah yang sebentar lagi akan dia tinggalkan. Selama membasuh diri dan berkemas, sekuat tenaga Chalondra menahan kesedihannya. Dia tidak ingin keluarganya melihat kedua matanya bengkak-bengkak lagi. Bukankah kata mamanya tadi ini untuk kebaikan masa depannya? Chris, Amber, Brandon dan seluruh pegawai di rumah besar itu sudah menantinya di sana. Chalondra menghela napas. Dia masih tidak percaya akan pergi meninggalkan rumah ini. Seperti mimpi bukan? Sekali pun dia pernah berniat untuk merantau jauh dari orang tua, sama sekali bukan dengan cara yang seperti ini. Chalondra memeluk ibunya sebagai yang pertama. Sekali pun tadi keduanya sudah puas bertangis-tangisan, sekarang mereka tetap saja berderai air mata. Namun tidak ada kata yang terucap dari mulut keduanya. Amber hanya menciumi pipi Chalondra berkali-kali dan memeluknya dengan erat sampai deheman Chris membuatnya lekas berhenti. Kemudian Chalondr
Baca selengkapnya
Galauers.
"Chalondra!"Hanya berselang beberapa menit dari kepergian Chalondra, Dominic tiba-tiba terbangun seraya menyerukan nama kekasihnya. Dia sampai terduduk dengan napas yang terengah-engah.Kepalanya memutar memeriksa seluruh ruangan. Tidak ada Chalondra. Apakah dia hanya bermimpi? Tapi rasanya nyata sekali. Chalondra menyentuhnya, menciumnya, memeluknya. Gadis itu juga menangis sambil mengucapkan kalimat-kalimat yang menurut Dominic begitu aneh. Entah untuk apa Chalondra mengucapkannya."Maafkan aku, Dad.""Maafkan ayahku.""Aku mencintaimu, Dad. Semoga Daddy sehat selalu dan berbahagia.""I love you, Dominic. Tolong berbahagialah."Kalimat-kalimat itu terdengar begitu nyata di telinga Dom. Chalondra terdengar menangis terisak sambil mengucapkannya, sambil memeluknya. Mimpinya itu terasa begitu nyata, sampai-sampai pria itu ikut merasakan sesak di dalam dadanya."Chalondra ..." desah Dominic. Dia menyugar rambutnya yang berantaka
Baca selengkapnya
Pemecah belah.
Amber merasakan telinganya tiba-tiba berdengung. Seluruh darahnya naik memenuhi kepalanya. Tuan Ares??? Tuan Ares siapa?? Mengapa salah seorang pekerjanya harus melaporkan kejadian yang terjadi tadi pagi di rumah ini kepada orang itu? Dia bahkan berjanji akan mengabari orang itu lagi jika ada sesuatu yang terjadi.Amber mengingat satu orang yang bernama Ares dan dia juga mendengar nama itu kemarin, di rumah mertuanya. Ares kalau tidak salah adalah sahabat lama ayah mertuanya, Fransisco. Dia adalah orang yang sudah memberikan foto-foto Chalondra dan Dominic kepada Fransisco.Apakah Tuan Ares yang dia dengar dari dalam adalah Ares yang itu? Jika iya? Mengapa salah seorang pekerjanya bisa berhubungan dengan pria itu? Apa dia seorang mata-mata di sini??Amber lalu memilih untuk bersembunyi di balik tembok. Saat orang itu keluar dari kamar mandi, Amber pun cukup kaget karena dia adalah Santi, salah satu juru masak yang masih terbilang muda di rumah merek. Apa hubunga
Baca selengkapnya
Arrived.
Panggilan yang diabaikan berkali-kali membuat Ares spontan membanting ponselnya ke atas sofa dan membuat Anjar terkejut. Dia sangat penasaran bagaimana interaksi antara Chris, Amber dan Brandon malam ini sehingga dia menghubungi Santi terus menerus. Apakah mereka benar-benar hancur setelah Chalondra pergi? Ares sangat penasaran sebesar apa keberhasilan rencana mereka. Dia sudah tidak sabar untuk melakukan rencana selanjutnya, yaitu meneror Fransisco agar segera membahas lukisan itu dengan Marcus.“Si Santi ini ke mana sampai tidak mengangkat telepon?” Anjar malah bertanya dengan bodoh.“Andai saya tau dia di mana, saya tidak perlu sampai se kesal ini,” jawab Ares yang kemudian duduk di sofa yang ada di hadapan Anjar.“Mungkin masih sibuk di dapur. Ini kan jam makan malam, Opa.”“Bukan hanya panggilan yang tadi, tapi sejak sore pun dia tidak mengangkat telepon.”Anjar yang sedang membaca artikel elektr
Baca selengkapnya
Mengapa tega?
Dominic sudah terlalu bosan berada di rumah sakit. Dia merasa sudah sehat meski lebam di wajahnya belum sepenuhnya hilang. Punggungnya yang kemarin beradu dengan sisi meja dan marmer kini meninggalkan rasa nyeri yang tidak seberapa untuk Dominic. Dia ingin keluar. Dia ingin bertemu Chalondra. Dia ingin kembali bekerja. Dia harus membujuk kedua orang tuanya.Namun bukan Marcus namanya jika dia langsung mengijinkan puteranya kembali terjun dalam segudang masalah yang sudah menantinya. Apalagi tentang kepergian Chalondra. Marcus belum siap menjelaskan apa pun dan juga belum siap terkena amukan Dominic. Sudah pasti Dominic akan murka.“Maksudnya apa sih ini, Pa? Aku sudah sehat! Aku mau kembali ke kantor, aku mau bertemu dengan Chalondra!” Belum mendengar tentang kepergian Chalondra saja Dominic sudah berbicara dengan nada do tinggi. Membuat Marcus dan Miranda saling bertukar pandang, seperti ingin meminta saran satu sama lain.“Apa kalian ingin me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status