Lahat ng Kabanata ng Behind Her Pride: Kabanata 21 - Kabanata 30
128 Kabanata
Bab 21
Angel sedang duduk di tempat favoritnya di kampus ini, Green Roof, suasana di sana agak panas karena ini memang jamnya makan siang. Matahari sedang ada di puncak langit dan memang Angel yang gila karena memilih tempat itu dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi sekarang. Angel merasa tempat ini yang paling aman dan nyaman untuknya, karena cuaca sedang panas, dia yakin tidak akan ada yang mau nongkrong di sana kecuali petugas kebersihan dan tukang kebun yang sedang merawat tanaman di Green Roof ini. Beruntung Angel masih menemukan tempat teduh, ia duduk beralas rumput tepat di bawah pohon yang terbilang kecil ukurannya namun cukup rindang. Gadis itu melahap roti yang dibelinya dengan susah payah, rasanya agak susah untuk menelan tanpa bantuan air. Angel memang tidak sempat membeli air baru karena dia telanjur kesal pada Austin, Michelle, dan semua orang yang berniat mengusiknya. Apa mereka semua tidak punya kerjaan lain selain menghujat Angel? Belum cu
Magbasa pa
Bab 22
Angel suka olahraga, setiap pagi dia akan menyempatkan diri untuk melakukan workout di rumah lamanya dulu. Dia terbiasa melakukan gerakan-gerakan yang melatih fisiknya sampai menghasilkan bentuk tubuh ideal yang merdeka dari jajahan lemak berlebih. Hampir dua bulan gadis itu meninggalkan rutinitasnya karena sibuk merawat ayahnya yang sakit sampai tiba di titik perpisahan paling menyakitkan yang dia alami. Selama itu Angel sudah tidak pernah olahraga lagi, jangankan membakar lemak di tubuh, mengisi nutrisi pada tubuhnya saja gadis itu sering lupa. Sejak kemarin pagi, Angel kembali dikenalkan pada aktivitas fisik yang melebihi ekspektasinya. Bukan olahraga seperti ini yang dia sukai, merayap di atas lumpur basah, push up, sit up, back up, lari, jalan jauh dari kaki gunung sampai ke area perkemahan yang ada hampir di puncak gunung.  Napas Angel nyaris terhenti, ingin rasanya balik kanan dan melupakan pelatihan bodoh itu tapi di
Magbasa pa
Bab 23
"Langit terasa lebih dekat dari atas sini, seakan kita bisa menyentuhnya hanya dengan mengulurkan tangan seperti ini." Tangan Jaydan mempraktikkan ucapannya, tatapan yang tadi lurus ke depan kini beralih ke atas. Ia bisa melihat sang surya bersinar terang tanpa khawatir terkena silaunya, dedaunan rimbun pohon besar yang ada di belakang mereka melindungi mereka dengan sabar dari silau matahari. Angel diam, ia ikut menatap langit yang memang benar-benar seperti berjarak sejengkal di atas kepalanya. "Coba ulurkan tanganmu juga," titah Jaydan sambil menoleh pada Angel. "Tidak ada gunanya." "Coba saja." Mata Jaydan memerintah Angel untuk segera melakukan apa yang dia serukan. Gadis itu mendecih dulu namun pada akhirnya tetap mengikuti kemauan calon pimpinannya itu. Tangan mungi
Magbasa pa
Bab 24
Karel menjadi pihak yang paling tertekan malam ini, dia tidak mengerti kenapa nasib buruk bisa menimpanya di tengah hutan. Dia tidak melakukan dosa apa pun selama satu hari satu malam di sini, dia berhenti menggoda gadis-gadis dan fokus menjalankan tugasnya sesuai perintah Jaydan. Berharap sesi pelatihan ini bisa segera selesai agar dia kembali ke kampus dan menjalani lagi hari-harinya yang indah.  Baru setengah perjalanan terhitung sudah empat kali jantung Karel tersentak saat Angel memanggilnya, padahal gadis itu tidak melakukan apa-apa. Dia hanya laporan pada Karel bahwa Angel melihat pita hijau neon yang sedang mereka cari dalam jurit malam kali ini. Dari sekian banyak anggota yang menjadi mentor, kenapa harus Karel yang menjadi mentor Angel? "Seberapa jauh lagi kita akan berjalan?" tanya Angel saat kelompoknya memutuskan istirahat sejenak setelah menyusuri hutan selama kurang lebih setengah jam. "Lima belas menit lagi mungkin, kita hanya tinggal men
Magbasa pa
Bab 25
"Ya Tuhan, tolong lindungi kami dari serangan binatang buas. Jangan sampai aku mati mengenaskan di sini, kumohon," doa Karel sambil menyatukan kedua tangannya di dada. Angel yang melihat itu mendecih, merutuki kebodohan mentornya yang susah sekali diberi tahu. Kalau saja tadi Karel mau mendengarkan sarannya, pasti mereka tidak akan capek dua kali. "Rob, diamlah, jangan usil di tempat seperti ini," ujar Karel mengira bahwa tangan yang mencolek tengkuknya adalah anggota regunya yang bernama Robby. "Tanganku di sini," balas Robby. Jantung Karel tiba-tiba berdegup kencang, sekujur tubuhnya menegang dan kakinya mulai terasa lemah—tenaganya seperti akan hilang untuk sekadar berdiri. "Kalau bukan kau lalu siapa? Mustahil gadis-gadis itu kan karena mereka ada di hadapanku sekarang
Magbasa pa
Bab 26
"Arghhh .... Jaydan... hhh ... hhh ... Jaydan!!!" Jaydan dan dua laki-laki yang bertugas di pos utama saling pandang melihat Karel berlari terbirit-birit ke arah mereka dengan wajah panik luar biasa, begitu pun dengan orang-orang di belakangnya. "Jaydan ... ada setan hhh ... ada setan di sana!" lapor Karel setelah berdiri di hadapan sahabatnya, tak lama kemudian tubuh Karel tumbang, ia berbaring di tanah dengan napas tersengal-sengal. "Apa yang terjadi, kenapa kalian lari-lari?" "Kami melihat setan serigala di rute jalan menuju ke sini, Kak. Dia mencolek-colek leher kak Karel dan berniat menggigit lehernya." "Demi Tuhan tempat ini tidak aman hhh ... kenapa kita harus melakukan pelatihan di sini, sih?!" omel Karel masih dengan napasnya yang memburu.
Magbasa pa
Bab 27
~Halo, apa kabar. Senang rasanya karena kamu selalu dekat meski waktu telah menyekat. Malam ini, rindu membuatku terpikat untuk membuka lembar demi lembar kisah kita yang sudah tak terlihat. Air mata menderai tak bisa usai hanya dengan baris lerai. Maka kutulis bait rasa ini pada helai daun yang jatuh dengan utuh di hadapanku. Mengukir ulang masa yang telah kita lewati bersama kala itu. Membawa pulang bayangmu ke dalam angan yang tidak akan pernah hilang. Bukan maksud ingin meratap apalagi melangkahi garis takdir yang sudah tetap. Aku hanya ingin kembali mengingat bahwa kebersamaan kita nyata adanya. Mengenang bahwa kita pernah saling melengkapi sampai akhirnya kamu pergi dan tak kembali.~ Goresan pena telah memenuhi badan daun berbentuk oval, Angel tersenyum puas membaca surat cinta yang sengaja ia tulis untuk sang ayah. Keputusannya datang ke tempat ini memang sudah tepat. Dia meraup banyak ketenangan dan perasaan damai sejak kak
Magbasa pa
Bab 28
Jaydan melirik sebentar pada Angel yang masih menatap lurus ke depan, lelaki itu kemudian kembali menaut rembulan dengan matanya. "Iya, kau memang aneh, sulit dimengerti. Maksudku, bagaimana bisa kau datang ke sini sendirian, malam-malam, di saat kau belum tahu jalur tempat ini seperti apa. Bagaimana kalau ada binatang buas yang menerkammu?" "Aku sudah biasa dikelilingi binatang berkedok manusia. Jadi ancaman itu tidak berlaku untukku. Kalau boleh memilih, lebih baik mati dimakan binatang buas daripada hidup di antara manusia yang sifatnya seperti hewan." "Tetap saja, kau itu perempuan, kau harus memiliki rasa takut sebagai alarm keamananmu. Kau harus menyimpan rasa itu agar hatimu tidak lupa bagaimana caranya meminta pertolongan saat kau dalam bahaya. Rasa berani yang berlebihan bisa menyeretmu pada sesuatu yang mengerikan."
Magbasa pa
Bab 29
Para peserta pelatihan berangsur-angsur memasuki bus yang akan membawanya pulang ke kampus. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari titik perkemahan, mereka tampak senang dan antusias. Tidak sabar rasanya bersantai, duduk manis sambil ngemil, atau tidur dalam bus sepanjang perjalanan yang lumayan memakan banyak waktu. Wajah lelah dan kurang tidur terpeta jelas di masing-masing peserta dan panitia namun hal itu tak mengurangi semangat dan kebahagiaan karena akhirnya mereka berhasil melewati dua malam yang penuh cerita di sana. Momen ini tidak akan terlupakan sepanjang hidup mereka, menjadi kenangan yang akan terasa menyenangkan walaupun saat mengalaminya terasa penuh siksaan. Bisa dibilang Jaydan adalah orang yang paling bahagia melihat pemandangan ini. Dia bersyukur karena acara yang selama kurang lebih satu bulan ia rencanakan ini akhirnya berhasil. Semuanya berkat kekompakan dan kerja sama anggota BEM yang bahu membahu mengerahkan seluruh tenaga demi
Magbasa pa
Bab 30
Jaydan tersenyum geli melihat tingkah gila teman-temannya, ada perasaan senang ketika melihat para anggota baru BEM bisa melebur akrab bersama seniornya. Memang itu yang ia harapkan, kebersamaan sesama anggota adalah kunci paling penting dalam sebuah organisasi. Meskipun aksi teman-temannya itu sedikit mengusik kegiatan Jaydan yang sedang mendengarkan musik pilihannya, dia tidak kesal sama sekali. Dilihatnya Angel yang menampakkan raut terganggu dengan kehebohan yang ada. "Kau mau ikut menyumbang suara?" tanya Jaydan yang langsung dibalas delikan sebal Angel. "Jangan harap!" "Eh, benar juga, sebaiknya jangan. Suasana bus ini akan mendadak seperti kuburan kalau kau bernyanyi." "Tidak usah bicara padaku, nikmati saja kegiatanmu." Angel melipat kedua tangannya di atas perut,
Magbasa pa
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status