All Chapters of Mas Duda Nyebelin: Chapter 11 - Chapter 20
128 Chapters
10. Agak Menyesal
Bagi Heera larangan adalah perintah, maka dari itu sepulangnya dari kuliah, kakinya langsung meleset cepat ke depan pintu gerbang rumah Sean untuk menemui Keenan.Meski semalam Sean mengancam dan melarangnya untuk menemui Keenan, tapi Heera tidak menghiraukan nya. Apa lagi saat tidak melihat mobil Sean yang terparkir di perkarangan, semangat Heera untuk menemui Keenan semakin menggebu. "Keenan, main yuk!!!" panggil Heera layaknya anak kecil yang mengajak temannya bermain. "Kennn!" Heera masih terus bersuara meski tak ada tanda-tanda Keenan akan keluar dari rumahnya. Mata Heera melirik ke jam tangan di tangannya, sudah jam 4 sore, seharusnya Keenan sudah pulang dari sekolahnya."Keenan!" Kali ini suara Heera berteriak lebih keras, siapa tahu Keenan mendengarnya kali ini. Mata Heera spontan melebar melihat pintu utama rumah Sean yang berdecit terbuka, sosok Mbak Indri keluar dari sana dengan wajah cemas. He
Read more
11. Dia Sederhana
Akhir-akhir ini Heera banyak menangis. Ia stress dan putus asa. Kata orang-orang, uang bukan segalanya, tapi setidaknya memiliki banyak uang dapat meringankan beban pikiran, karena nyatanya segalanya butuh uang. Hampir satu bulan menjadi pengangguran, beruntungnya Heera masih hidup meski beberapa kali ia merasakan kelaparan karena tidak memiliki uang untuk makan. Hidup merantau dan membiayai hidup sendiri itu sulit, apa lagi jika sedang tidak memiliki pemasukan seperti yang Heera alami sekarang. Arta: Ra, belum makan 'kan?Arta: keluar yuk, cari makan Untung Heera memiliki banyak teman yang baik hati, yang setiap hari secara sukarela berdonasi untuk mengisi perutnya. Mereka memang teman yang paling pengertian. Heera melirik jam yang menempel di dinding kamarnya, masih jam 8 malam, kebetulan ia belum makan dan sumpek di kamar. Jadi tidak ada alasan untuknya menolak rejeki yang Arta tawarkan. Heera: yuk! Arta: otw yaa Heera ya
Read more
12. Tertangkap Basah
"Heera!"Mendengar namanya di panggil, Heera praktis berhenti melangkah, kepalanya menoleh spontan ke sumber suara. Raut wajah Heera seketika berubah saat melihat Sean yang berjalan menghampirinya.Heera memutar bola matanya malas ketika pria berwajah tegas itu berdiri dihadapannya, "Ada apa ya pak?" tanya Heera sedikit ketus. Jika Sean bisa bersikap kasar padanya, kenapa ia tidak bisa? Masa bodoh di bilang kurang ajar. Untuk apa bersikap santun kepada Sean yang memperlakukannya dengan buruk?"Kamu ada waktu sebentar? Saya mau bicara." ujar Sean, Heera melirik kearah jam di tangannya, sebenarnya ia sudah tidak ada acara lagi setelah ini, paling juga hanya menonton drama Korea di layar laptopnya sambil rebahan dan bermalas-malasan. Sejak menjadi pengangguran, tubuh Heera semakin lengket dengan kasur dikamarnya."Saya sibuk, pak, ada apa memangnya?" Padahal Heera cuma mau sok sibuk saja.Sea
Read more
13. Batasan
Rahel: Kak, Ibu sakit Tubuh Heera langsung lemas setelah membaca pesan yang Rahel kirimkan, padahal beberapa menit lalu ia baru saja memakan sarapan yang ibu kost sediakan.  Heera mengigit jempolnya, tungkainya berjalan mondar-mandir di balkon kamar. Mencari jalan keluar dari apa yang sedang ia hadapi. Mendapatkan kabar ibunya yang sedang sakit di kampung, namun Heera tidak bisa melakukan apapun. Heera sudah menelpon Rahel, menanyakan apakah sakit ibunya parah, Rahel bilang tidak bisa dibilang parah, tapi bukankah ada baiknya di bawa kedokter?  Ya, sakit parah atau tidak memang harus dibawa ke dokter, tapi kalau ada uang.  Boro-boro mau transfer uang ke Ibunya, Heera sendiri hanya memiliki lima ribu di saku.  Haruskah Heera meminjam uang kepada Jessi? Heera menggeleng, ia tidak bisa, bukan karena gengsi, tapi karena Heera tidak tau kapan ia bisa menggantikan uang temannya itu. Padahal sudah pasti Jessi dengan senang
Read more
14. Sarapan
"Kamu masak, Ra?" Heera menoleh dan mendapati Sean yang datang dengan setelan formalnya, lengkap dengan sepatu mengkilat yang sudah membalut kedua kakinya. Sembari menunggu Keenan yang sedang mandi, Heera berinisiatif memasak sarapan untuk Sean dan Keenan, ya meskipun dia juga belum sarapan. "Iya, pak." jawab Heera, "Kata Keenan bapak gak ngopi ya kalau pagi?" Heera bertanya, pasalnya tadi dia ingin membuatkan Sean kopi, tapi Keenan bilang Ayahnya itu tidak terbiasa minum kopi di pagi hari. Sean yang habis meneguk air putih pun mengangguk, matanya tak lepas memandang Heera yang membelakanginya, "Ya, saya kalau pagi minumnya susu." jawab Sean membuat Heera terdiam di depan sana.  Sean berkedip beberapa saat, apa ia salah bicara? Kenapa kegiatan tangan Heera yang sedang mengaduk masakannya langsung berhenti setelah mendengar jawaban darinya? "Maksud saya susu coklat, bisa kamu buat
Read more
15. Insecure
Heera menghela napas lega seraya merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Hari pertama menjadi babysitter Keenan telah selesai, berjalan dengan baik dan lancar. Ternyata tidak seberat yang Heera kira, malah menurutnya menjadi babysitter pekerjaan yang paling menyenangkan. Lebih mirip bermain sebenarnya karena Heera sendiri menyukai anak kecil.Keenan anak yang manis, penurut dan lucu, menjaga Keenan tidak bikin Heera sakit kepala. Untungnya Keenan bukan tipe anak kecil yang nakal dan suka membangkang, Heera jadi terkesan dengan Sean karena bisa mendidik Keenan menjadi anak yang pintar dan tidak neko-neko.Ting!Heera tertegun kecil saat mendengar dentingan ponselnya, dengan gerakan yang santai Heera mengambil ponsel yang berada di dalam saku celana.Sean: saya lupa bilang, terimakasih sudah menjaga Keenan hari ini. Saya harap kamu tidak kapok. Selamat malam, Heera.Praktis bibir Heera tersenyum
Read more
16. 'Mas'
Heera menggigit jempolnya cemas, hampir satu jam ia terjebak di dalam kamar Keenan, bukan karena tidak bisa keluar, tapi Heera malu. Ia sadar kalau tindakan yang ia lakukan kepada Sean tadi tidak sopan, berbicara dengan nada tinggi dan sedikit emosi. Heera seakan lupa kalau dia hanya babysitter, tidak pantas menentang Sean, sekalipun untuk membela Keenan. "Tante?" Spontan Heera menolah saat mendengar suara Keenan yang memanggilnya. Kedua alis Heera terangkat melihat Keenan yang tengah menatapnya, padahal setengah jam lalu anak manis itu sudah terlelap setelah di bacakan dongeng sih kancil. "Sayang, kok kamu bangun?" tanya Heera seraya menghampiri Keenan "Tante kenapa berdiri di depan pintu terus? Tante tidak pulang?" Keenan malah balik bertanya, ia mengucek matanya guna memperjelas pandangannya yang sedikit mememburam. Heera mendaratkan bokongnya di sisi ranjang Keenan lalu mengusap k
Read more
17. Sean Jealous?
Sean tak dapat menahan senyumnya saat melihat punggung mungil Heera di depan matanya, cewek itu tengah sibuk memasak sarapan. Sean berdehem pelan, ia mengontrol raut wajahnya sebelum melangkah mendekat pada Heera."Pagi, Heera!" sapa Sean sambil meraih segelas susu coklat yang sudah Heera siapkan seperti biasa.Mendengar suara Sean yang menyapanya, spontan Heera menolah, "Pagi, pak!" balas Heera sambil tersenyum ramah. Kini interaksi mereka tidak secanggung sebelumnya.Sean yang sedang meneguk susu hampir saja tersedak mendengar balasan Heera. Lantas pria itu menyudahi tegukan nya, dengan wajah yang tak se-sumringah tadi,Sean bertanya."Bukannya semalam kamu sudah setuju buat panggil saya mas?"Heera menoleh lagi, ia meringis lalu menepuk keningnya. "Ya ampun, lupa, pak! Maksudnya, mas!" Heera mengutuki dirinya dalam hati. Kenapa bibirnya sekaku itu untuk memanggil Sean dengan sebutan mas?"Tidak apa-apa," jawab Sean dengan wajah betenya. Ia
Read more
18. Marah Tanpa Alasan
"Sudah pulang, mas." Heera bertanya dengan ramah kepada Sean yang baru saja pulang dari kantornya."Ya," jawab Sean lalu melengos pergi melewati Heera begitu saja, membuat Heera mengerjap kebingungan. Sean memang tidak banyak bicara dan selalu menjawab pertanyaannya dengan singkat, tapi biasanya pria itu menyempatkan diri untuk tersenyum tipis saat Heera menyambut kepulangannya, berbeda dengan raut wajah yang Sean pasang tadi, pria itu tampak sedang menahan amarah.Heera mengangkat pundak mencoba masa bodo, kemudian ia beranjak pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Biasanya Sean akan keluar dari kamar setelah selesai mandi, sementara Keenan akan keluar dari kamarnya jika PR-nya sudah di selesaikan.Heera masak sembari bersenandung kecil, berusaha untuk tidak kepikiran sikap Sean yang tidak seperti biasanya. Mungkin saja pria itu sedang lelah dan ada masalah di kantornya.Tanpa Heera sedari, seseorang yang mengusik pikirannya sedari tadi sedang berd
Read more
19. Melawan Gengsi
Setelah menutup pintu kamarnya dengan bantingan yang cukup keras Sean berjalan ke depan jendela kamarnya. Sorot matanya yang masih menajam itu menatap lurus kearah depan kamarnya, rahang pria itu masih mengetat dengan hembusan napas yang semakin memburu, kemarahan masih tercetak jelas di wajah tampan Sean. Sean tidak bisa menahan amarahnya saat mendengar perkataan Heera kalau ia tidak memiliki urusan dengan gadis itu. Ya memang benar, tapi Sean.... tetap ingin tau apa hubungan Heera dengan pria bernama Arta itu. Tangan Sean terkepal, ia menggeram kesal karena tak tau harus bagaimana cara melampiaskan emosinya yang menggebu. Tungkai Sean melangkah ke pintu balkon, membukanya lalu berdiri balkon kamarnya. Hembusan angin malam menyapa kulit wajah Sean, menerpa rambutnya yang kini sedikit berantakan. Perlahan Sean merilekskan dirinya, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya.Pandangan Sean menunduk, pikirannya mulai jernih dan ia tersad
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status