Semua Bab Musuh Tapi Menikah: Bab 51 - Bab 60
103 Bab
Bab 51
Septian, Jihan dan Nindya pun sudah rapih dengan pakaian serba putihnya. Septian dengan baju santainya, sedang Jihan dengan dress putihnya, begitu juga dengan Nindya, kini mereka pun tengah duduk diranjang dengan Namis yang menggendong putrinya."Wah Princess papah udah wangi banget ya," Puji Septian. Lalu kini mencium kening mungil Nindya."Kalau mamanya, wangi gak?" Tanya Jihan yang kini memeluk Septian dari  belakang dengan manjanya."Gimana de wangi gak mamanya?" Tanya Septian pada putri kecilnya, untuk menggoda Jihan, membuat wanita itu cemberut."Iiihh..., kamu mah gitu, udah gak sayang lagi ya sama aku," Rajuk Jihan. Yang kini duduk disamping Septian."Cie yang cemburu, ingat yang kamu bilang sayang. gak boleh cemburu sama putri kita." Septian mengingatkan dan Kembali menggoda istrinya itu, tapi saat melihat sang istri semakin menekuk wajahnya. Septian pun berbisik sesuatu yang
Baca selengkapnya
Bab 52
Septian baru saja masuk ke kamarnya setelah menidurkan Nindya. Karena anak itu ingin di ceritakan dongeng oleh sang ayah. Saat memasuki kamar Septian tidak melihat keberadaan Jihan disana. Tapi saat dia menoleh ke arah balkon, Septian melihat istrinya itu tengah berdiri di pembatas balkon sambil menatap ke arah langit.Septian pun tersenyum, lalu dia menghampiri Jihan tanpa bersuara. Dan saat sudah di belakang Jihan. Septian pun langsung memeluk istrinya, lalu menopangkan dagu di bahu sang istri. Jihan hanya tersenyum saat mendapat pelukan hangat dari suaminya. Septian."Sayang, sedang apa kamu disini, hm?" Tanya Septian. Dengan sesekali mengecup pundak Jihan."Aku sedang menikmati indahnya malam lihat lah bintang disana yang tak pernah lelah bersinar. seperti kamu yg tidak pernah mengeluh melindungi dan memenuhi kebutuhanku dan Nindya tanpa mengeluh," Jawab Jihan. Dengan senyuman termanisnya."Itu sudah k
Baca selengkapnya
Bab 53
Jihan dan Septian baru saja pulang dari rumah sakit. Mereka baru saja memeriksakan kehamilan Jihan. Nindya dia titipkan bersama Bi Tantri, karena mereka hanya pergi sebentar."Mama, Papa pelgi kok nggak aja Nindy sih," protes Nindya sambil cemberut."Maafin Mama ya sayang, tadi Mama sama Papa pergi ke dokter sebentar, mau aja Nindy tapi princessnya bunda sama ayah ini masih bobo," Ucap Jihan. Memberikan pengertian pada putrinya agar tidak marah."Ke doktel?" Tanya Nindya. Dengan wajah polosnya."Iya sayang, Papa sama Mama tadi ke dokter sebentar. Jadi bukan pergi jalan-jalan, kalau pergi jalan-jalan mana mungkin Nindy ditinggal." Kali ini Septian lah yang menjawab."Memang siapa yang sakit, Pa, Ma?""Gak ada yang sakit sayang, tapi Mama Nindy lagi ngandung adik buat Nindy. Katanya Nindy pengen punya adik, dan akhirnya Tuhan ngambulin keinginan Nindy untuk punya adik." Lalu
Baca selengkapnya
Bab 54
Hari pun terus berganti, tanpa terasa kini kehamilan Jihan sudah menginjak usia 7 bulan. Keluarga kecil mereka terlihat begitu bahagia, terlebih kini mereka berdua tengah menanti kelahiran anak kedua mereka, dan beruntunglah kehamilan kali Septian tidak diberi kesulitan dengan mengidam yang aneh-aneh, hanya Jihan sering merindukan suaminya itu. Karena terkadang Septian harus bertugas keluar kota."Mas.""Hm.""Berapa hari Mas ke Jogja?" Tanya Jihan sambil memperhatikan suaminya yang tengah bersiap-siap untuk pergi meeting di luar kota."Paling cuma 2 hari sayang. Kenapa hm?" Tanya Septian. Lalu menghampiri istrinya yang kini tengah menatapnya. Lalu dia berlutut dihadapan Jihan yang duduk di tepi ranjang."Aku tuh pengen ikut, Mas. Andai saja aku gak hamil, dan andai dokter gak larang aku buat berpergian jauh." Jihan terlihat berkaca-kaca, entah mengapa kini dia sangat cengeng dan selalu sa
Baca selengkapnya
Bab 55
Setelah Septian pergi keluar kota. Jihan dan Nindya pun tidur di kamar yang sama. Baru saja satu hari ditinggalkan Septian sehari. Jihan sudah sangat merindukan Suaminya itu. Terlebih belum ada kabar dari sang suami, mungkin Septian belum sampai ke Jogjakarta."Ma, papa udah telepon belum?" Tanya Nindya."Belum sayang, mungkin papa belum Sampai Jogja," Jawab Jihan.Rupanya putrinya pun sangat merindukan papanya. Jihan hanya bisa berdoa semoga suaminya selamat sampai ke tujuannya.Malam harinya Jihan dan Septian tengah asyik Video call. Tentu saja sang putri merecoki dengan berbagai pertanyaan dan dia merengek minta sang ayah cepat pulang. Dengan segala bujukan akhirnya Nindya pun setuju menunggu sang ayah pulang dua hari lagi"Nanti jangan lupa bawain kakak boneka Balbie yang ada lumah-lumahan nya ya Pa. Kakak mau oleh-oleh itu dali Jogja," celoteh Nindya."Disini juga ada
Baca selengkapnya
Bab 56
Setelah diruang keluarga menerima telepon itu, dan dari seberang sana terdengar seorang pria yang mengabarkan sesuatu dan itu membuat Jihan syok hingga jatuh tak sadarkan diri membuat bi Isah terkejut dan segera memanggil Aleta dan Kiara. Entah apa yang terjadi yang pasti kabar yang Jihan terima mungkin saja kabar buruk. "Ada apa Bi?" Tanya Aleta. Saat melihat asistennya kembali lagi. Namun, kali ini dengan raut wajah khawatir. "Itu Nyonya. Nyonya Jihan pingsan setelah menerima telepon," Jawab bi Isah dengan nafas yang masih terengah-engah karena tadi sedikit berlari ke ruang keluarga. "Apa! Pingsan? Kok bisa, emang ada apa Bi kok, Jihan sampai pingsan?" Tanya Aleta. Dengan penuh kekhawatiran, lalu dia pun beranjak dari duduknya dan menuju ruang tamu. Diikuti oleh Kiara sambil memangku Nindya. Gadis itu pun merasa khawatir dengan keadaan kakak iparnya. "Ya Tuhan, Jihan...!" Teriak Aleta. Yang melihat
Baca selengkapnya
Bab 57
Tiba-tiba suara ponsel Aleta berbunyi, saat melihat siapa yang memanggilnya. Aleta pun langsung mengangkatnya dan dia terkejut saat mendengar Kiara memberi tahu kalau Jihan mengamuk histeris, saat dia kembali teringat dengan suaminya yang mengalami kecelakaan. Dia memaksa untuk menemui suaminya itu, karena kondisinya yang memang tidak memungkinkan. Karena Jihan dan kandungannya yang memang dalam keadaan lemah, dan belum boleh terlalu banyak bergerak.Kedua orang tua Jihan dan juga sang nenek terlihat begitu khawatir dengan keadaan Jihan, meski sudah kembali tenang karena melihat sang putri yang juga menangis histeris saat melihat ibunya histeris seperti tadi. Namun, saat Kiara membawa Nindya kehadapan Jihan. Akhirnya wanita itu pun berhenti menangis dan mulai menenangkan putrinya yang tengah menangis tak kalah histeris darinya saat melihat ibunya menangis, agar tidak lagi Menangis.Sesampainya di ruang rawat Jihan. Keadaan kini sudah memba
Baca selengkapnya
Bab 58
Jihan baru saja sampai dirumah orang tuanya, namun saat akan masuk, dia sudah mendengar suara tangisan dari putri kecilnya. Dia tengah menangis minta untuk dipanggilkan mamanya."Gak mau, Kakak maunya mama pulang."Tangis Nindya makin menjadi saat sang nenek malah menggendong dan menenangkannya, dan itu membuat Sabrina kewalahan karena cucunya itu sangat susah untuk di bohongi."Ya ampun Nindy. Kamu gak boleh nakal dong sayang kalau Mama tinggal sama Oma," Ucap Jihan. Lalu menghampiri putrinya yang masih menangis, namun tangisannya terhenti saat mendengar suara Jihan."Mama." Nindya pun meronta minta diturunkan oleh sang nenek, dia berlari dan langsung memeluk perut sang mama yang memang sudah membesar. Sabrina hanya menggelengkan kepalanya, dia jadi teringat saat Jihan masih seusia Nindya, seperti itu lah dia tidak mau jauh darinya. Dan akan marah jika dia ditinggalkan dalam keadaan tidur dan Sabrina perg
Baca selengkapnya
Bab 59
Setelah keluar dari ruangan dokter yang menangani Septian. Jihan pun pamit pada ayah dan ibu mertuanya untuk pulang saja. Dan nanti dia akan menceritakan semuanya pada ibu dan ayahnya. Juga dia akan memikirkan alasan untuk Nindya saat putrinya itu bertanya tentang ayahnya.Dengan berat hati, Aleta pun mengizinkan menantunya itu tinggal bersama kedua orang tuanya. Itu semua dia lakukan agar Jihan tidak sedih karena mungkin Septian akan menolak kenyataan yang akan dijelaskan kedua orang tuanya itu. Jadi demi kesehatan dan juga keselamatan Septian. Mereka memutuskan untuk merahasiakan Pernikahannya lebih dulu untuk sementara waktu.Aleta dan Reno kembali memasuki ruang rawat Septian. Namun kali ini mereka hanya berdua tanpa Jihan yang memang sudah pulang bersama kedua orang tuanya juga Nindya. Didalam ruangan itu Septian hanya sendirian karena Kiara belum kembali setelah meminta izin ke kantin saat kedua orang tuanya pergi ke ruang dokter yang menangani kakaknya."
Baca selengkapnya
Bab 60
Jihan baru saja selesai memakaikan baju pada putrinya. Hari ini Jihan akan mengajak putrinya itu jalan-jalan ke taman, dia akan menemui Gilang yang mengajaknya bertemu di taman tidak jauh dari rumah orang tua Jihan."Mama, kita mau jalan-jalan kemana?" Tanya Nindya. Dia terlihat senang saat ibunya bilang akan mengajaknya jalan-jalan keluar. Namun, hanya berdua saja."Ke taman sayang, nanti kakak boleh makan ice cream rasa apa saja yang kakak inginkan.""Hole, benarkah Ma? Asyik Kakak seneng banget." Gadis kecil itu terlihat sangat senang dan antusias."Iya sayang, itu hadiah karena Putri Mama ini sudah mau belajar bersabar, ya sudah ayo kita berangkat udah sore ini," Ajak Jihan. Nindya pun mengangguk dengan antusias dan dia pun menggandeng tangan Mama dengan sesekali mengayunkan tangan yang sang ibu genggam."Mau kemana?" Tanya Sabrina. Saat melihat Cucunya sudah tampil cantik.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status