All Chapters of Mendadak jadi Ibu: Chapter 151 - Chapter 160
191 Chapters
Bab 151
semua orang menunggu dengan cemas, cemas memikirkan nasib Sabrina juga calon bayi kembarnya. Bukan tanpa alasan, Sabrina sempat mengalami nyeri perut disertai pendarahan sesaat sebelum tiba dirumah sakit.Mendengar apa yang dialami pasiennya, Abel segera menindak lanjutinya. Ia segera membawa Sabrina masuk kedalam UGD, hingga sekarang tak kunjung keluar."Tenanglah Nio, jangan seperti ini," seru Darma pada putrnya."Papa, maafin Sasa," cicitnya merasa bersalah melihat mamanya kesakitan.Bukan maksud Sasa melukai mama juga calon adiknya, perasaannya menjadi begitu tak karuan juga sangat sensitif secara tiba-tiba. Sasa yang terlalu kecil tak bisa mengontrol semua emosinya dengan baik.Nio hanya terdiam mendengar putrinya bertutur kata, ia tak ingin marah seperti ini namun apa yang saat ini terjadi memang membuatnya sangat marah. Melihat Sabrina menangis saja itu sudah begitu menyakitinya, apalagi tangisan itu disertai dengan kesakitan yang tak tertah
Read more
Bab 152
Hari ini adalah hari kepulangan Rizal juga keluarganya, tak hanya Rizal sekeluarga yang pulang namun ada Ica juga yang ikut serta dalam kepulangannya. Ica menerima tawaran Rizal untuk ikut bersamanya, bukan tanpa sebab dengan keputusannya itu. Ica sendiri sudah begitu nyaman bersama Rizal selama ini, ada rasa enggan saat harus berpisah dengannya. Hal itulah yang membuatnya nekat mengikuti Rizal hingga ke kota asalnya."Semoga kamu betah ya nak disini," ucap Lena begitu lembut terhadap Ica.Rasanya begitu hangat saat telapak tangan Lena menyentuh kepalanya, rasa yang sudah sangat lama dirindukannya setelah kepergian orang tuanya. Hangat dan menenangkan, itulah saat ini yang Ica rasakan.Mereka segera masuk kedalam kamar masing-masing, mengistirahatkan badan yang sudah sangat kelelahan dibuatnya.Rizal tak bisa berdiam diri, ia sangat ingin bertemu dengan putrinya itu. Ia ingin segera pergi kerumah sakit dan menemui putri kecilnya itu. Lena mel
Read more
Bab 153
"Kamu baik-baik saja nak?""Baik, makasih udah nolongin Sasa pah."Tiba-tiba hening, taman rumah sakit yang begitu ramai namun begitu sunyi bagi sepasang ayah anak yang sama-sama terdiam tak bersuara."Maafin papa ya, maaf papa bikin kamu takut kemarin.""Maafin Sasa juga pah, gara-gara Sasa mama jadi sakit. Gara-gara Sasa juga adik jadi sakit kayak mama.""Nggak, adik baik-baik saja kok. Mama juga hari ini sudah boleh pulang, jadi bisa tidur dirumah lagi."Sasa terlihat begitu bahagia dengan apa yang papanya sampaikan, bocah yang awalnya merasa takut kini melunak dan kembali seperti semua. Layaknya seorang anak dengan orang tuanya, Sasa begitu terlihat mencintai tulus papanya dengan seluruh dunianya.Semua orang bersiap untuk kepulangan Sabrina, Sasa dengan heboh mengepak semua pakaian mamanya masuk kedalam koper miliknya. Antonio terlihat bersenda gurau dengan putrinya bahkan sesekali memasukkan sang putri kedalam koper dengan senga
Read more
Bab 154
"Ayah kalau mau ngomong yang bener dikit dong," seru Marshel."Memang begitu adanya, dia calon menantu ayah. Calon istri kamu juga calon putri ayah juga, yakan bun."Lena yang memang menyukai Ica hanya bisa tersenyum dengan ucapan suaminya yang begitu mengejutkan semuanya, termasuk Ica yang hanya bisa diam dengan kecanggungannya. Sasa yang merasa kasihan dengan mamanya segera menghentika gelak tawa semua orang, ia menuntun sang mama dengan penuh hati-hati menuju ruang tengah rumahnya."Mama tunggu sini ya, Sasa ambilin minum dulu.""Terima kasih sayang."Dan tak lama Sasa kembali dengan segelas susu ditangannya, bukan mengambilkan air namun ternyata Sasa membuatkan susu hamil untuk mamanya. Begitu perhatian hingga membuat semua orang begitu haru dibuatnya.Sabrina dengan senang hati menerima dan menghabiskan susu itu dengan sekali minum, betapa bahagianya kini Sabrina.Sasa berlari mengambil gelas kosong mamanya, membawanya cepat menu
Read more
Bab 155
Keempatnya kini tengah berkumpul dalam satu meja, setelah insiden halaman belakang membuat Marshel juga Ica dalam suasana kecanggungan yang begitu parah. Apa kalian tahu apa yang sebenarnya dilihat Sabrina kala itu???Yah, suasana cerita juga alam begitu mendukung keduan insan itu dalam suasana yang begitu romantis. Marshel lepas kendali akan dirinya, sedang Ica terlena dengan ketampanan Marshel dibawah sinar rembulan.Perlahan tangan Marshel hanya menyentuh wajah Ica, hanya sekedar menyentuh. Namun ketika Ica menyentuh tangan itu semua berubah, kini entah siapa yang memulai yang jelas keduanya sedang menikmati satu sama lain. Menikmati ciuman panas ditengah udara dingin kala itu, hingga suara Sabrina menyadarkan keduanya dengan apa yang tengah terjadi sebenarnya.Dan itulah mengapa kini keduanya terjebak dalam kondisi canggung."Mau sampai kapan itu ayam diangurin," tanya Nio membuyarkan keheningan tersebut.Marshel mulai melahap makanannya begitu
Read more
Bab 156
Sabrina terus berdebar jantungnya, ia panik dan terus menggigiti kuku jarinya. Yang ia ingin saat ini hanya melihat putrinya baik-baik saja, mungkin hanya harapan namun Sabrina benar-benar berharap dengan itu."Sayang pelan sedikit," tegur Nio pada istrinya.Namun sekolah nampak ramai orang bergerombol, banyak terdengar suara tangis para anak-anak juga disana. Sabrina semakin cemas hingga kakinya begitu lemas, beruntung Nio sigap menopang tubuh istriyna."Sasa, Sasa anak mama.""Kita lihat dulu, Sasa pasti baik-baik saja."Tak bisa dipungkiri jika  saat ini jantung Nio juga berdebar dengan begitu tak karuan seperti Sabrina, namun ia tak boleh lemah didepan istrinya yang sudah terlihat lemah. Semakin mereka dekat semakin jelas terdengar suara riuh dari beberapa orang disana, dan ternyata ada ahli medis juga yang tengah menangani pasiennya. Samar-samar telinga Sabrina mendengar seseorang menyebut nama putrinya, ia dengan panik seger
Read more
Bab 157
Tangan Selly gemetar melihat putrinya terkapar bersimbah darah, ingin rasanya ia berlari memeluk namun sungguh kini ia sangat takut. Selly perlahan memundurkan langkahnya, kaki itu tak bisa melangkah selain mundur.Sasa yang sudah tak berdaya hanya bisa menatap kepergian Selly meninggalkannya, seorang diri didalam rumah dengan tubuh yang sudah mati rasa. Sasa kini hanya berharap sebelum ia tertidur dan matanya terpejam akan dapat melihat mama yang sangat dirindukannya itu."Terima kasih adik udah mau nemenin kakak disini, kakak jadi nggak sendirian deh."Nio mendapat alamat dimana keberadaan Selly saat ini, ia meminta segera Alex menuju kesana dan mengamankan rumah tersebut. Sabrina terus memaksa ikut dengan suaminya, kini difikirannya hanya ada Sasa dengan ketakutannya. Tak bisa dibohongi jika firasatnya mengatakan saat ini putrinya itu tengah terluka dan membutuhkannya."Nggak ya, kalau hubby nggak mau bawa aku fine gpp. Aku bis
Read more
Bab 158
Selly tak tahu harus kemana saat ini, tak mungkin ia kembali kerumahnya dengan semua kondisi saat ini. Sudah pasti Nio akan memburunya disana, kini ia berfikir keras kemana ia harus bersembunyi."Brengsek! Kenapa pake jatuh segala sih, bikin repot banget," gerutunya.Selly kembali mengingat kejadian itu, kejadian dimana Sasa ketakutan dengan keberadaannya. Selly marah, ya dia marah. Dia ibunya, orang yang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi Sasa lalu mengapa kini anak yang diperjuangkannya seakan asing dengannya.Selly berniat menghubungi mamanya, namun ia kembali berfikir dan tak ingin melibatkan Lastri kedalam masalah ini. Selly benar-benar tak tahu harus kemana saat ini, satu-satunya tempat yang bisa ditujunya adalah rumahnya namun tak mungkin jika ia sekarang kembali.Selly hanya bisa pasrah, terdiam dalam mobilnya dengan segala kegundahan hatinya. Namun dari semua rasa gundah itu tak satupun terselip rasa penyesalan terhadap apa yang telah di
Read more
Bab 159
Hari ini adalah hari dimana Max menerima hukuman matinya, Syan berada disana sebelum akhirnya Max dieksekusi mati. Permintaan Max sebelum eksekusi ternyata sangatlah sederhana, ia hanya ingin mendatangi makan Carisa dan jika ia mati nantinya ia ingin dimakamkan bersebelahan dengan istrinya.Irma marah besar dan tak terima dengan apa yang suaminya minta, bahkan namanya pun tak masuk dalam daftar permintaan itu. Hanya ada tentang Carisa juga anaknya Syan, dan hari ini Syan datang memenuhi permintaan papanya."Syan maafin papa," berat rasanya bagi Syan merelakan papanya dengan hukumannya, berat rasanya ketika pada akhirnya papanya sadar ketika kematian didepan matanya.  Hati Syan begitu bergejolak tak karuan, ingin ia berlari memeluk papanya dan mendekapnya lama. Tangannya hanya mampun terulur tanpa mampu meraih Max yang kini ada didepan matanya. Beberapa petugas mulai datang, salah satu dari mereka datang menutup kepala Max dengan sebuah kain hitam.S
Read more
Bab 160
Sudah hampir satu bulan sejak kondisi Sasa yang koma, satu bulan pula Selly masih tak kunjung menampakan dirinya. Begitu lihai bersembunyi hingga sampai kini tak ada satupun orang yang dapat menemukannya, bahkan polisi juga sudah menyebarkan foto Selly dimasyarakat sebagai buronan.Kondisi Sasa masih tetap sama, masih tertidur dengan begitu nyenyaknya. Sasa bisa bertahan memang berkat alat bantu yang menopang hidupnya, dokter sudah menyerah pekan lalu dan mengutarakan hal itu pada semua keluarga namun Sabrina histeris dan menolak hal itu. Nio sempat dilema dengan apa yang harus diputuskannya, satu sisi ia tak ingin menyiksa putrinya namun disisi lain ia juga tak bisa mengabaikan kondisi istrinya  saat ini."Hai sayang, lihat deh siapa yang datang ini," seru ceria Sabrina.Syan masuk bersama Lili membawa sebuah bonek tedy bear berukuran cukup besar, mereka ingat jika Sasa sangat menyukai jenis boneka itu. Sabrina masih tak menyerah dan berusaha membangunkan pu
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status