All Chapters of Kesayangan Mami: Chapter 11 - Chapter 20
71 Chapters
Bab 11
  "Jadi ... Anne mengidap penyakit single or multifle fetal demise, satu atau kedua bayi menderita penyakit berbahaya yang mematikan. Begitu dok?" tanyaku, sambil bergidik ngeri. Bahasanya terlalu ribet, untuk aku yang biasa.   Sore usai pulang bekerja, aku menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit. Tentu, ingin tahu separah apa penyakit yang sedang Anne derita.  Untuk aku berjaga-jaga, dengan harapan lebih bisa tegar demi menolak keinginan Mami dan Anne yang selalu mengorbankan kebahagiaanku.  Beruntung, setelah sedikit dipaksa dokter Adi mau sedikit menjelaskan. Meski tidak terlalu detail, sebab ia bilang Mami yang terus mewanti-wanti.  "Betul .... Kehamilan kembar memiliki resiko yang lebih tinggi, karena dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya," ungkap dokter Adi. Lagi aku hanya
Read more
Bab 12
  Aku mencebik bibir, merasakan tusukan kekecewaan yang kian mendalam. Apa maksud Anne, ada di dalam mobil dokter Adi saat ini?    Kalau bukan karena dokter yang terus memaksa, untuk menjemputku sepulang kerja. Ogah rasanya, dan melihat saudari kembarku rasa itu makin tergambar nyata.    "Masuk Ann, nanti aku jelaskan." Lagi, aku terpaksa menurut. Duduk di belakang kemudi, sedang mereka berada di depan membuat rasa yang entah apa ... Mengusik relung jiwa.  Apa mungkin, dokter Adi ada maksud untuk mendamaikan aku dengan Anne?  Aku sendiri nggak masalah, sepanjang dia bersikap apa adanya walau sakit tengah menerjang.  "Maaf ya Ann, tadi Anne datang ke RS. Kebetulan dia ada ambil obat, jadilah sekalian ak
Read more
Bab 13
  Dua hari berlalu, dan aku tidak lagi mau membalas setiap pesan maupun telpon dari dokter Adi.   Masih sakit hati, dengan kelakuan dia kemarin. Kenapa harus manut dengan permintaan Anne?  Ahh, ya aku lupa. Dokter tampan itu jelas tahu betul, kondisi Anne yang tidak boleh tergores hatinya sedikitpun.  Lagian, kenapa harus dipikirin sih? Aku dan dokter Adi jelas nggak ada hubungan apa-apa. Arggggh dasar Anna, kamu kenapa sih? Nyesel kenal sama dia, semua karena Mami! "Ann ... Nggak tahu kenapa, aku pikir Anne sedang mencoba untuk menggaet dokter Adi." Dahiku mengernyit, mendengar penuturan Nindy di sela jam istirahat kantor.  Namun, apa yang Nindy bilang. Bisa jadi tidak meleset, tapi, kenapa harus sekarang?
Read more
Bab 14
  "Aku datang ... Karena ada yang ingin dibicarakan," katanya masih berdiri di ambang pintu. Menatapku yang tengah sibuk, menata beberapa barang untuk dibawa ke rumah Papi.   Malam itu, aku tidak langsung ikut dengan Papi. Karena harus membereskan banyak hal, juga menegaskan pada Mami tentang aku yang tak mau lagi mencampuri urusan dirinya dengan Anne.   Pagi sekali, Angga datang dengan membawa sejuta kerinduan yang seolah ingin aku luapkan.  Namun, mati-matian aku menahan. Sadar betul, bahwa kini kami bukan lagi pasangan. Melainkan mantan, dengan status ipar. "Silakan masuk Ngga," titahku, untuk sesaat menghentikan aktivitas. Seraya membuka pintu selebar mungkin, "Ada apa?" Setelah sekian lama, baru kali ini aku dan Angga bisa bicara. Hanya berdua tanpa ad
Read more
Bab 15
 "Makan yang banyak Anna, aku lihat kamu seperti kekurangan gizi. Kurus dan tak bergairah," ucap boss Putra. Terdengar seperti cemoohan, yang cukup telak mengenai hati.   Kalau Mami dengar, bisa ngamuk dia. Tapi, memang dalam hal makanan wanita itu selalu memberi yang terbaik. Untuk soal keadilan, tahu sendirilah. Aku lagi nggak ada mood bagus, untuk membahas hal seperti ini. Lagi dan lagi.  Malam ini boss Putra, mengajakku makan di salah satu Restoran bintang lima. Setelah sebelumnya minta izin kepada Papi, sempat kesal karena Tante Mita terlihat ganjen.   Seharusnya wanita itu sadar, untuk cukup tahu diri agar bersikap layaknya seorang istri yang baik.  Lagi, aku hanya bisa mendengkus kesal. Apalagi, boss Putra terlihat beramah-tamah kepada Tante Mita.&nb
Read more
Bab 16
  Aku menarik napas lalu mengembuskannya secara perlahan, dada begitu sesak. Harus berbicara dengan bahasa apa, supaya Mami dan Anne paham. "Keputusanku sudah bulat, antara aku dan Angga tidak akan pernah terulang lagi."   Semua mata menatapku lekat, termasuk Angga yang kian kalut di sofa yang tengah ia duduki. Sekali lagi maaf, aku sudah kadung kecewa.   "Aku ... Mohon Ann, beri kesempatan sekali lagi. Aku tahu salah, terlalu menyimpan rasa kasihan terhadap orang lain. Hingga mengabaikan cinta kita," ungkap Angga. Berdiri untuk menghampiri, lantas bersimpuh dengan derai air mata.   Kutepis lengan Angga, kasar. Perbuatan manis seperti apapun, sudah tidak akan menggoyahkan keputusanku. Tidak ada tempat, untuk seorang pengkhianat.   Mere
Read more
Bab 17
  "Tunggu Ann ... Percayalah aku dan Anne sudah bercerai. Tinggal menunggu surat resmi, dan setelah itu kita bisa kembali. Kamu mau 'kan?" Demi menanggapi ucapan Angga, aku mendengkus kesal. Dia datang layaknya seorang pengemis cinta, setelah kemarin mencampakkan diriku.   Bila kemarin rasaku masih membumbung tinggi untuknya, entah kenapa seiring dengan berjalannya waktu. Cinta itu mulai terkikis, Angga bukan pria idaman seperti yang dulu.   Tatapannya yang lekat, jua penuh penyesalan tak lagi mampu membuat hatiku luluh.  Mungkin, dia lupa. Bagaimana sifatku, bila sudah kadung tersakiti maka tidak akan mudah untuk bersikap seperti dulu.   "Pergilah! Aku lagi nggak ada mood, untuk menghadapimu saat ini. Tolong," pintaku, lirih tak mau lagi berhubungan dengan diriny
Read more
Bab 18
  Pagi yang suram, bahkan untuk pergi bekerjapun rasanya malas. Terlebih di luar rintik hujan mulai menghiasi kota, maklum sebentar lagi orang-orang akan menyambut Natal juga tahun baru.   Aku mengenyakkan diri pada sofa ruang tamu, tak ada siapapun karena Papi dan Tante Mita sudah lebih dulu pergi.   Tujuan Papi sudah pasti bekerja, sedang Tante Mita apalagi kalau bukan sibuk dengan dunianya yang selalu penuh dengan gemerlap kehidupan.   Aku memejamkan mata, perih dada ini kala mengingat bahwa dokter Adi akan menikah dengan Anne.   Bodohnya aku, kenapa harus memiliki rasa pada pria yang tak seharusnya?   Akhir bulan tinggal beberapa hari lagi, aku ingin tahu prediksi dokter tentang kematian Anne
Read more
Bab 19
 "Cepat katakan, ada urusan apa hingga kamu minta untuk ketemu?" cecarku, menatap Angga dengan rasa tak suka.   "Kangen ...," sahutnya, sambil memperlihatkan beberapa poto antara aku dengan dirinya. Sewaktu masih pacaran dulu, "Kamu masih ingat sayang? Lihat, kita begitu bahagia sebelum takdir menjungkir balikkan keadaaan."  Aku menggeleng lemah, Angga terlalu melankolis sore ini. Berulang kali ditolak masih saja memaksa, jengah aku jengah!   "Kembalilah sayang, demi cinta kita." Angga meraih tanganku dengan erat, seolah tak ingin melepaskan.  Kutatap sekeliling danau, sangat sepi dengan matahari yang akan tenggelam. Mendesah resah, ingin segera pergi.  "Mimpi! Aku nggak mau, dengar!" sahutku, benci sekali dengan paksaanya.  
Read more
Bab 20
  Hari yang sibuk, tentu untuk Papi yang tengah mengurus perihal laporan terkait insiden pelecehan beberapa hari yang lalu.  Aku sempat dimintai keterangan, dengan beberapa saksi yang akan semakin menguatkan banyaknya bukti.   Aku yang tidak mengerti tentang hukum, manut saja ketika Papi menyarankan ini dan itu. Terpenting, Angga mendapat balasan setimpal dari apa yang dia perbuat.  Namun, kejadian tentang di mana aku dan Angga bertemu di rumah Mami. Masih menjadi misteri, apa mungkin mereka memang sudah merencanakan semua ini dari awal?   Tidak!   Rasanya nggak mungkin Mami sekalut itu, membiarkan anaknya sendiri mengalami pelecehan. Semoga saja kasus berjalan lancar, dengan tidak membawa nama mereka di pe
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status