All Chapters of Takdir Jodohku: Chapter 61 - Chapter 70
75 Chapters
It's Okay
Rossie menyikut perut Chan uang sedari tadi asal bicara. Wajah wanita itu tersipu malu tentu saja. "Kau jangan asal bicara," ujar Rossie dengan suara teramat lirih. "Aku tidak asal bicara. Aku serius ingin menikahimu," tutur Chan penuh percaya diri. Sekretaris Juliet yang berada di ruangan itu tertawa bersama. Melihat gairah cinta pasangan muda mencetak lengkungan lebar di wajah mereka. Cinta memang ajaib, bisa menciptakan sesuatu yang berbeda. Eleanor mengajak Rossie bergabung, membaca beberapa surat yang sudah diambilnya dari rumah Juliet. Ada beberapa surat yang tertulis dengan rapi, tak jarang juga Rossie melihat surat yang tulisannya sulit terbaca, karena tinta luntur bercampur air mata. Ya, surat itu biasanya ditulis oleh mereka yang sedang patah hati, mengalami cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta yang tak direstui, atau dikhianati oleh pujaan hatinya. Di awal surat mereka mengawali dengan kalimat “Dear Juliet, you are the only one who can understand how I f
Read more
Ladang Lavender
Chan terus mengetukkan ujung pena di atas meja sembari memikirkan ucapan yang terlontar dari bibir Rossie. Ia yakin jika isi hati dan kalimat yang terucap itu sangat berbanding terbalik. Membuka laci meja dan mengeluarkan satu lembar foto yang dirobek. Entah mengapa Chan masih menyimpan foto Edric dan Rossie. Foto itu sudah dirobek oleh Chan menjadi dua bagian. Tidak seharusnya tersimpan di dalam laci. Tangan Chan lantas meremas foto tersebut kemudian membuangnya ke dalam tong sampah. Ia kembali menghela napas. Berbohong bukanlah niat awal Chan. Namun, hanya dengan itu ia bisa menyelamatkan Rossie. Itulah salah satu wujud Chan memberikan cinta kepada sang pujaan hati. Ia tidak ingin Rossie kembali mengingat luka lama itu. Ketika akan beranjak, Chan mengingat celetukan Rossie yang mengajaknya untuk bermain di kebun lavender. Wanita berambut blonde itu sudah beberapa kali mengajaknya kesana. Tetapi karena sibuk, Chan belum sempat. Chan lantas mengayunkan kaki dan menemui Rossie. Ada
Read more
Mendapatkan jawaban
Flasback Sesampainya di villa, Chan segera mengganti pakaiannya dengan Rash guard (pakaian khusus untuk surfing). Setelan yang terbuat dari bahan sejenis karet itu melekat pas di tubuh atletis Chan. Tak lupa memasang leash yang terhubung dengan papan selancar. Kemudian bergegas menuju bibir pantai, di sana sudah ada Kris, Granny, dan wanita yang membuat wajah Chan merah seperti tomat ketika menatap matanya--Rossie.Rossie dan Kris sudah siap dengan Rash guard warna senada. Sementara Granny memilih untuk menjadi penonton, mengamati atraksi mereka di atas kapal."Chan, kamu sudah siap?" tanya Kris ketika menyadari kehadiran Chan."Yes, I'm ready," tukas Chan sambil tersenyum disertai lesung pipi yang tercetak. Sungguh itu terlihat sangat manis, membuat Rossie berdebar-debar.Chan dan Rossie saling curi-curi lihat, menatap sebentar kemudian berpaling. Keduanya terlihat malu-malu kucing, seperti berada dalam situasi yang canggung. Ini lebih canggung dari pada saat mereka pertama kali ber
Read more
Siapa Edric Ridley Anderson?
Flashback Malam ini, Rossie diundang granny untuk makan malam bersama. Ia membantu kegiatan memasak sebisanya. Well, selama hidup ia hanya bisa membuat smoothies dan salad. Selagi masih ada penjual makanan, bisa memasak bukanlah suatu kewajiban baginya.Tangan Rossie mengaduk perlahan sup kacang merah yang masih mengebulkan asap. Aromanya terasa gurih, membuat lambung Rossie keroncongan. Kris memang sangat pandai memasak, layak dijuluki wanita idaman semua pria."Ros, apa dagingnya sudah lebih empuk?" Kris berjalan menghampiri Rossie dengan beberapa mangkok di kedua tangannya."Masih belum terlalu empuk, Mom," jawab Rossie sambil kembali memastikan tekstur daging yang bercampur dengan kacang merah itu."Pastikan dagingnya empuk, biar Granny bisa ikut makan," bisik Kris diikuti kekehan. Well, mertuanya memang sudah tidak sanggup lagi untuk mengunyah makanan yang masih alot.Rossie ikut terkekeh dengan gurauan ringan Kris dan berkata, "Baiklah Mom, akan kupastikan ini matang sempurna."
Read more
Amarah Rossie
Beberapa menit, waktu Chan seakan berhenti sesaat. Entah Penjelasan yang harus diberikan Chan kepada Rossie. Ia masih merangkai kata untuk memberikan jawaban kepada sang kekasih. Chan menelan saliva kasar. "A-apa maksudmu, Ros? Edric siapa Edric?" Kedua pupil Rossie melebar. Ia masih menatap nanar wajah Chan dengan lurus. "Chan, aku mohon jangan bohongi aku. Jelaskan kepadaku siapa Edric? Siapa pria itu? Apakah ada hubungannya dengan masa laluku?" "Sayang, sungguh aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Apakah kepalamu sakit? Kenapa kau mengingat hal yang tidak penting?" Chan meraup wajah Rossie dan menatapnya penuh makna. "Aku tidak mengingat dengan sendirinya. Ada seorang pria yang sering mampir ke dalam mimpiku Chan. Pria itu terlihat sangat mengerikan, lalu …." Rossie menghentikkan ucapannya."Lalu apa?" Chan bertanya penuh ingin tahu. "Lalu maid itu yang mengingatkanku. Dia bilang kau telah menghabisi pria yang bernama Edric itu Chan!" Bibir Rossie bergetar tangannya lant
Read more
Kembalinya memori
Hugo lantas terdiam seribu bahasa. Pertanyaan Rossie seperti anak panah yang menghujam jantungnya. Ia tidak tahu alasan apa yang akan diberikan untuk sang adik. Seketika keahlian Hugo untuk mengeles seperti bajaj langsung musnah. “Kenapa kau diam Hugo? Apa kau juga tidak akan memebritahukanku siapa Edric sebenarnya?” cecar Rossie. “Sudahlah Ro. Kenapa kau ini cerewet sekali? Benar Chan untuk tidak membahas pria tidak penting itu. Untuk apa kau mengingatnya segala?” terang Hugo yang semakin membuat Rossie ingin tahu. “Kenapa kalian seakan menyembunyikan tentang pria itu? Ada apa dengannya?”“Karena memang tidak perlu untuk diingat Ro. Sama sekali tidak penting. Sudahlah.” Hugo kembali menghidupkan mesin mobilnya dan bersiap untuk melajukannya pelan. Sesekali ia melirik ke arah sang adik yang masih tidak terima. Well, tentu saja tidak semudah itu membuat Rossie menutup mulut. “Apa benar Chan yang menghabisi nyawa pria itu?”Mendengar pertanyaan Rossie yang tidak masuk akal, Hugo mem
Read more
Penculikan Chan
Amber melajukan mobil dengan kecepatan rata-rata. Kurang lebih 30 menit, ia tiba di sebuah rumah sakit terdekat di Beverly Hills. Langkah kaki Amber lebar dan menuju lantai tiga, tempat di mana sang ibu dirawat. Ibunya harus segera melakukan operasi karena penyakit yang diderita. Itulah sebabnya Amber berusaha keras untuk mengumpulkan uang. "Permisi, saya mau melakukan pembayaran untuk pasien atas nama Summer Delacour," ucapnya pada salah satu petugas administrasi. "Baik ditunggu sebentar." Petugas itu terlihat mencari nama pasien di layar monitor dengan tangan yang sesekali menjetik pada mouse, "atas nama Summer Delacour?" tanyanya memastikan. "Yes, my mom." Amber menjawab tegas. "Atas nama Summer Delacour sudah dilakukan pembayaran dua hari yang lalu," jelas petugas tersebut yang kontan membuat Amber teeperanjat. Ia hanya hidup bersama sang ibu. Tidak ada saudara yang peduli atau bahkan rela membayar biaya rumah sakit dengan nominal besar. "Tidak mungkin. Pasti anda salah, sia
Read more
Masa lalu Rossie
Tetesan darah mengalir perlahan dari salah satu pelipis, dengan mata yang menutup sebagian karena lebam. Tatapan tanpa ketakutan terpancar jelas pada sepasang iris gelap milik Chan. Ia bisa melihat dengan jelas rupa Clara, tangan kanan ibu dari pria yang selama ini sudah menghisap kebahagiaan Rossie. Mengepal kuat dan ingin sekali memberikan hantaman. Sayang, kedua tangannya terikat kuat oleh tali temali. Clara menaikkan salah satu sudut bibirnya, "Kau telah membunuh Tuanku. Seharusnya kau tidak pernah muncul di hubungan mereka." Sambil menahan rasa perih di sudut bibirnya yang terluka, Chan terkekeh. "Membunuh? Edric mati karena ulahnya sendiri. Gelak tawa Clara menggema di ruangan kosong yang hanya ada satu kursi yang ditempati oleh Chan. "Kalau begitu, kau juga harus mati. Karena tidak ada yang bisa memiliki Rossie selain Tuan Edric.!" "Aku tidak bermaksud untuk memiliki Rossie. Aku hanya ingin membahagiakannya. Karena aku sangat mencintainya!" ungkap Chan dengan lugas. Mend
Read more
Ingatan tentang Edric
"Rossie?" Amber mengucapkan nama itu kembali. Wanita yang sempat dikhianati oleh Amber itu, ternyata justru diam-diam membantu dirinya. Dilebarkannya langkah kaki Amber menuju ke mobil. Berulang kali ia mencoba menghubungi Rossie namun tidak tersambung.Amber merasa menjadi manusia yang tidak tahu rasa terima kasih. Selama ini, Rossie selalu membantunya. Mulai dari masuk ke dunia modelling, hingga membantu biaya operasi sang ibu. "Rossie, tolong angkat. Sungguh aku minta maaf," gumam Amber terus mencoba menghubungi Rossie. Teringat perkataan terakhirnya kepada Edric membuat Amber langsung menginjak rem mobil dan menepi. "Shittt!" Amber menyugar rambut ketika menyadari kebodohannya. Secara tidak langsung, ia membukakan pintu penderitaan untuk Rossie. "Apa yang sudah aku lakukan? Amber! Kau sungguh bodoh!" kata Amber yang sekarang mencoba mengetikkan nomor Catherine. Tidak cukup lama ia menunggu. Nada sambung berganti pada suara Catherine. Kali ini bukan suara ramah seorang kawan
Read more
Belum berakhir
Melihat raut wajah Rossie yang ketakutan, Clara berusaha memberikan usapan lembut pada wajah wanita itu. Ia menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga Rossie. "Kenapa kau takut? Bukankah harusnya kau senang karena sudah mengingat cinta Tuan Edric yang sebesar cinta kepada ibunya?”Keheningan menyelimuti keduanya. Rossie tidak mengucapkan sepatah kata pun. Begitu pula dengan Clara yang tiba-tiba ikut bergeming. Pandangannya tertuju kepada Rossie, tetapi kosong. Memori lama dalam benak Clara kembali berputar. Memainkan adegan masa lampaunya bersama sang ibu. "Edric...Mommy akan bekerja. Kamu cepatlah istirahat dan naik ke loteng." titah Carissa sembari memasangkan kaitan teratas gaun seksinya. "Tapi, Mom. Aku masih ingin main," tolak Edric kecil yang masih asyik bermain dengan mobil-mobilannya. Dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, Carissa segera menghampiri Edric. Dipegangnya rahang Edric dengan cengkeraman yang kuat. "Edric! Listen to me! Jangan membangkang, kamu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status