All Chapters of Noda di Seragam Putriku : Chapter 11 - Chapter 20
126 Chapters
Balasan Untuk Laila
Kesucian wanita adalah tolak ukur sebuah kehormatan.Manusia patut malu ketika tak bisa menjaga nafsu birahinya sendiri, atau pun memancing orang lain dengan sesuatu yang sifatnya erotis.***Mata Ardian menyipit, baru saja dia kembali dari mushola, untuk menunaikan sholat subuh, seorang pria yang penampilannya tak mirip tenaga medis tengah keluar dari kamar Laila.Ia pun bergerak cepat melihat kondisi Laila. Matanya melebar, melihat gadis itu tengah duduk mennagis tersedu di lantai toilet. Dengan seorang suster yang membujuknya."Ada apa, Sus?" tanya Ardian."Em, saya nggak tau, Mas. Tadi padahal sudah agak tenang berdiri di situ." Suster menunjuk ke cermin.Belum lagi, suster selesai bicara, Ardian segera ingat pria yang barusan keluar dan mengejarnya. Mungkinkah ada hubungannya?"Siapa itu?" gumamnya. Gegas kaki kokohnya bergerak dengan cepat, untuk mencapainya dan mengetahui siapa pria itu.'Apa aku kecolongan? Mungk
Read more
POV Heru
FlashbackKutajamkan pandangan saat melihat Laila keluar dari kamarnya. Tumben kali ini tak memakai kerudung. Bibirku seketika tertarik ke atas, membuat sebuah lengkung senyuman, senang melihatnya.Tak bisa kumengerti kesenangan dan tak bisa menarasikannya dengan apa pun.Menyayangi Laila dan menginginkannya sekaligus.Dia tampak cantik, sama seperti ibunya, hanya saja lebih menggemaskan. Terakhir kali memperhatikan anak itu saat pulang dari pesantren, kala usianya masih lulusan SMP.Namun, belakangan ... aku seperti tersihir oleh keberadaannya. Ini bukan salah dan mauku. Ini terjadi begitu saja."Laila!" kupanggil anak yang ceria itu untuk mendekat.Gadis itu menoleh dan mendekat ke meja makan di mana aku berada."Ya, Yah?""Ayah minta tolong bikinin kopi, bisa? Bunda kamu masih ke pasar.""Ya." Gadis itu tersenyum. Sampai lesung pipitnya terlihat menghiasi wajah manisnya.Kuamati pergerak
Read more
Segalanya Baru Saja Dimulai
Laila bergeming. Seolah diamnya membenarkan tuduhan semua orang bahwa dia adalah gadis bi*al yang suka menggoda pria. Pantas saja diperkosa. Karena dia sendiri yang memancing dengan mengirim foto-fotonya bug*lnya.Gadis itu hanya bisa menangis, mendapat sebuah tamparan keras dan makian demi makian dari ayah yang dicintai. Ayah yang diharap perlindungan dan kepercayaannya.Saat akan melayangkan pukulan kedua, Rani segera meraih tangan Aji."Hentikan, Mas! Dia sudah cukup terluka dengan kejadian yang menimpa!" Bunda Laila berusaha menghentikan sambil menangis.Namun, juga tak cukup mampu untuk tidak ikut menyalahkan puterinya. Walau bagaimana, Laila berada di posisi yang salah. Memancing nafsu laki-laki sampai ada niat buruk memperkosanya. Ia bahkan tak sanggup untuk memeluk anak gadisnya itu. Ada perasaan jijik dan kesal, meski ini bukan sepenuhnya salah Laila.Aji yang murka mendesah panjang. Ketika ingat sesuatu, ia segera bergerak membuka semua t
Read more
Menikahi Gadis Najis
Aji banyak diam. Dia sudah mengusulkan pada Rani dulu agar menaruh Laila di pesantren saja. Pria itu sungguh kecewa saat tahu, Laila pulang dari pondok dan menempuh pendidikan negeri di SMA.Setelah semua upaya, Aji bisa apa? Rani juga tak bisa berbuat apa pun untuk membujuk Laila kembali ke pesantren.Akhirnya, yang terjadi seperti sekarang. Laila dinodai dan harus nikah muda. Padahal gadis itu satu-satunya harapan Aji. Kelak bisa menyelesaikan sekolah. Kuliah hingga jadi sarjana, lalu mendapat pekerjaan yang bagus.Tidak sepertinya, jadi kuli bangunan, pekerja lepas di perusahaan. Kerjanya serabutan dan tak menentu. Aji mendesah. Dia tahu ini bukan takdir yang bisa dipilihnya. Dan ia tahu bahwa Tuhan mengirim ujian tidak mungkin di luar kemampuan hamba-Nya. Akan tetapi tetap saja berat.Ditatap wajah puterinya yang sembap meski telah memakai make up. Menutupi wajah lugu dengan lesung pipit, saat saat sedikit bibirnya ditarik.Laila tampaknya tak
Read more
Malam Pertama
"Ran, aku harus meeting." Heru melihat ke arah pergelangan tangan. Di mana sebuah arloji terlilit di sana."Hem?" Dahi Rani seketika mengerut. Berpikir, sikap suaminya sangat aneh. Sudah tahu ada acara sepenting sekarang, malah mau pergi."Tap ...""Kamu mau ditinggal?" Heru tak ingin berdebat."Ah, nggak." Rani menyahut cepat. Dia akan merasa canggung berada di antara keluarga barunya ini. "Malam-malam begini, apa iya meeting, Yah?""Ya, karena klien ayah hanya bisa bertemu malam, jadi manajer ayah mengaturkan waktunya saat makan malam." Heru mengemukakan alasannya."Oh, begitu." Rani manggut-manggut."Kalau gitu, aku pamit Laila dulu.""Ya."Namun, belum lagi melangkah. Wanita itu ditahan oleh Aji. Melihat itu ada kecemburuan yang membuat Heru kesal."Ran, kita perlu bicara hal lain dengan orang tua Aris." Aji mengucap serius."Ayok, Ran. Aku tak bisa menunggu lama." Heru menyela."Oh, ya. Mas. Maa
Read more
Malam Pertama (2)
Ardian menajamkan pendengaran. Jika Heru berani berselingkuh, tak menutup kemungkinan dia bisa melakukan hal lebih besar dari itu, misal ... mengancam Rani dan Laila.Ardian heran, kenapa Laila tampak begitu lemah di depan suaminya? Sikap seperti itu membuat Heru makin besar kepala dan berani berbuat semuanya sendiri, termasuk bermain dengan wanita.Adik Aji itu lalu mengingat kejadian di rumah sakit, ekspresi Heru saat itu sangat mirip seorang saiko! Senyum aneh, tersenyum dingin lalu tampak sedih dalam sekejap."Pria itu benar-benar tak beres. Apa aku perlu menyewa detektif? Tapi uang dari mana? Ck."Tak lama Rani ke luar. Ardian bisa melihat dengan jelas, Heru buru-buru menutup teleponnya."Hem, kan." Ardian mencebik. Melihat Heru yang menyambut kedatangan istrinya dengan senyuman."Dasar bermuka dua!"Tak lama, keduanya langsung masuk mobil dan meninggalkan rumah keluarga Aris yang terbilang megah.***Aris mendengar
Read more
Reaksi Aris
"Apa kalau aku jujur Kakak akan membelaku?" tanya Laila terbata. Suaranya serak. Ia memiliki pengharapan besar pada Aris."Ya, katakan." Aris berusaha meyakinkan.Kini tatapan itu beradu. Lama, selama Laila berpikir, harus jujur atau kah tidak pada Aris. Keduanya berada dalam hening, hanya detak jam dinding yang mengiringi detak jantung Laila yang terasa semakin keras berdebar.Gadis itu akhirnya menggeleng. "Tidak! Tapi ... aku tak bisa mengatakan pria jahanam itu."Tatapan elang Aris belum berpindah target. Masuh lurus ke kedalaman dua mata Laila. Dengan begitu dia bisa melihat ketakutan besar di sana, entah takut jujur karena ancaman pelaku atau takut jujur dan menyebabkan kemarahannya sendiri.'Sial! Tentu saja dua-duanya tak ada yang menguntungkan bagi Laila!' batin Aris, meremas sprai di mana dia duduk kuat-kuat. Seolah ada emosi yang ingin ia gambarkan di sana.Laila menatap wajah tampan yang rahangnya mengeras di depan mata takut-tak
Read more
Apa Kamu Hamil Anaknya?
Rani berjalan menuju rumah begitu mobil Heru meninggalkannya. Santai dan pelan. Ada lelah yang ditahan apa lagi jarak yang ditempuh lumayan, sekitar 500 KM. Ditambah selama dua hari menyiapkan pernikahan untuk Laila.Memang lelah. Lahir dan batin. Karena pernikahan ini tak biasa. Namun, akhirnya acara sakral itu terlaksana juga.Perasaan sesal karena Laila menikah dalam kondisi setelah dilecehkan. Namun, di sisi lain ... Ia merasa lega, yang khilaf melakukannya adalah Aris. Pemuda yang menjadi saudara sahabat Laila yang ia kenal memiliki pribadi yang baik. Dengan begitu, Rani yakin bahwa Aris juga baik, sebab dibesarkan di keluarga yang sama.Belum lagi langkah wanita yang mengenakan kebaya mencapai rumah.Sebuah mobil pick up berhenti di sampingnya. Rani pun berhenti, dan menatap mobil tersebut dengan heran."Mas Aji? Ada apa?" gumamnya."Ran, mau kuantar?" tanya Aji yang masih duduk di dalam mobil."Eum. Tak usah Mas." Rani tak enak
Read more
Kena Kau, Heru!
Mata Laila melebar. Tak menyangka kalau Aris akan merekam suaranya. Untuk apa?Lalu, dalam waktu sebulan, kalau dia hamil anak Heru, kemudian mereka belum bisa membuktikan kesalahan Heru, apa itu artinya dia harus tinggal lagi serumah, dengan ayah tirinya lagi karena cerai dari Aris? Bagaimana Laila bisa hidup dengan itu? Oh, tidak. Laila tak akan sanggup melakukan itu.Gadis tersebut menggeleng cepat sambil menghiba. "Tolong jangan lakukan itu, Kak. Ayah Heru bisa membunuhku.""Kenapa aku harus peduli?" Aris mengucap dingin. Sembari memasukkan ponsel ke sakunya.Dia bahkan menyunggingkan senyuman angkuh, yang Laila tak bisa mengartikannya.Hanya saja, Laila tak bisa merasakan kehangatan saat berada di dekat suaminya. Seperti yang sering kali dia bayangkan dulu.Dulu, saat ia benar-benar jatuh cinta pada Aris. Pemuda tampan, yang santun pada siapa pun, termasuk pada Laila. Lelaki yang ia pikir akan bersikap hangat jika kelak mereka menjadi s
Read more
Kejadian dalam Kamar
Di dalam kamar Aris. Pengantin perempuan itu memilih menyerah. Pasrah. Tak ingin berharap sesuatu untuk hidupnya ke depan. Mau tetap berada di sisi Aris yang menyiksanya dengan sikap dingin selamanya, atau dikembalikan pada Rani, dan bertemu Heru si bajingan setiap harinya.Dia bahkan tak ingin dipusingkan tentang sikap buruk yang akan diterima olehnya daro Heru nanti. Biarlah. Laila sudah lelah mengharap. Karena kenyataannya setiap pilihan buruk untuknya.Laila merasa sudah cukup tenang setelah begitu lama menangis. Ketika menoleh, melihat ke arah Aris tidur di bawah sana, sudah tak ada lagi pergerakan. Pemuda itu pasti telah tidur, pikirnya.Ini kesempatan Laila tanpa canggung dan tak nyaman untuk bangun dari ranjang. Perlahan, dengan menahan lemas tubuhnya, lantaran tak cukup terisi makanan sejak siang. Kalau saja Rani tahu, Laila tidak makan, wanita itu pasti akan marah. Itu kenapa dia terpaksa berbohong, telah makan dan merasa kenyang.Bagaimana maka
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status