All Chapters of Istri Kesayangan Tuan Noah: Chapter 11 - Chapter 20
98 Chapters
Chapter 11
Noah terus saja memikirkan kalimat sang ibu yang menohok. Meski pernikahan ini sungguh tidak ia sukai, tapi semua ini juga bermula dari kesalahannya sendiri.   Sampai pagi menjelang, Lily masih betah menemani Clara tidur. Clara menangis semalaman karena ulah Noah tentunya. Cukup lama Lily menenangkan Clara sampai akhirnya semalam bisa tidur.   "Kau bangun, Sayang?" celetuk Lily ketika Clara menggeliatkan badan.   Lily sendiri saat ini sebenarnya baru saja terbangun, tapi sudah terduduk di tepi ranjang sambil sesekali menguap.   "Maaf, Bu. Aku jadi merepotkanmu," kata Clara sambil meraup wajah.   Lily tersenyum sambil mengusap lengan Clara.   Meski kedekatan dengan Noah masih begitu jauh dan entah ada harapan dekat atau
Read more
Chapter 12
Noah sudah turun sambil menjinjing tas kerjanya. Begitu masuk, semua karyawan yang berpapasan segera menunduk sopan dan menyapa.   "Kupikir kau tidak hadir," kata Angela begitu sudah menyusul Noah masuk ke dalam ruangan kerja.   Sebagai sahabat sekaligus sekertaris Noah, Angela bisa dengan leluasa berbicara tanpa rasa sungkan.   "Memang kenapa aku harus tidak hadir?" sungut Noah. "Jangan katakan tentang bulan madu."   Noah terlihat mendengus saat terduduk di kursi kerjanya.   Angela juga ikut duduk. "Sudahlah, berhenti muram begitu. Semua bisa begibi juga karena ulahmu sendiri kan?"   Lagi-lagi Noah merasa disudutkan. Tidak di rumah tidak di kantor, sepertinya selalu disalahkan. Noah yang cukup kesal, menatap Angela de
Read more
Chapter 13
Sekitar pukul tiga sore, hujan turun dengan begitu derasnya. Jika hari-hari lalu hanya hujan gerimis, kali ini membludak lebih deras diikuti suara petir yang terkadang membuat dada berdegup terkejut.   Noah sudah selesai mandi. Di dalam kamarnya, dia mulai merasa khawatir karena Clara tidak kunjung pulang. Sudah satu jam dari waktu Bibi Tere dan Jou pulang tadi.   Harusnya Noah tidak peduli. Harusnya masa bodoh saja. Namun, rasa was-was di hatinya membuatnya panik akan keberadaan Clara. Belum lagi di luar sana hujan deras.   "Kemana dia?" gumam Noah saat langkah kakinya sampai di pintu kaca menuju balkon.   Noah mendorong pintu tersebut dan berjalan keluar sambil memeluk tubuhnya sendiri menahan hawa dingin di luar sini. Cipratan hujan yang tertiup angin, semakin menambah hawa dingin. Kabut tebal juga n
Read more
Chapter 14
"Lebih cepat, Pak!" teriak Noah yang kini duduk bersama Clara di jok belakang.   Melihat darah itu membuat Noah semakin bergidik ngeri. Beberapa kali bahkan Noah mengetutkan wajah dan medesis.   "Cepat, Pak!" teriak Noah sekali lagi.   "I-iya, Tuan," jawab Pak Rey tergagap.   "Aku baik-baik saja. Sungguh." Clara ikut bicara.   "Diam kau!" Hardik Noah membuat Clara menciut diam.   "Tapi …"   "Diamlah!" Noah masih saja membentak. "Cepat dong, Pak. Masa dari tadi tidak ada rumah sakit!"   "Eh!" Mendadak Clara menjerit kecil. "Tidak usah. Kenapa jadi rumah sakit."   "Sudah kubilang, kau diam saja
Read more
Chapter 15
Begitu lelahnya dan rasa dingin masij menusuk, Clara sampai terlelap di atas kasur dalam posisi tengkurap melintang di atas ranjang. Noah yang baru saja selesai mandi melangkahkan kaki mendekat.   Noah kini hanya mengenakan jubah handuk tanpa apapun di baliknya. Sementara satu tangan, sedang menggosok-gosok rambutnya yang basah menggunakan handuk.   Sampai di dekat ranjang, Noah sedikit membungkukkan badan dan memiringkan kepala. Noah kemudian duduk di tepi ranjang sampil mengulurkan satu tangan. Wajah Clara yang tertutup helaian rambut, Noah singkirkan perlahan hingga wajah cantik dengan mata tertutup itu terlihat.   "Wajahmu lebih sejuk dipandang," kata Noah. "Apa aku harus menuruti kata ibuku?"   Kini, Noah mulai membelai pucuk kepala Clara dengan lembut.  
Read more
Chapter 16
Sekitar pukul enam pagi, yang terbangun lebih dulu adalah Noah. Entah karena kedinginan atau merasa nyaman, Clara masih begitu nyenyak tidur dalam pelukan Noah.   Dalam posisi tidur miring dan kepala Clara berada di lengan Noah, diam-diam Noah mulai mengamati wajah cantik milik Clara. Noah sibakkan rambut poni itu, hingga seluruh wajah nampak jelas.   "Aku akan coba," kata Noah. "Setidaknya aku tidak mau disebut wanita kejam."   "Emmh!" Clara melengkuh membuat Noah segera pura-pura tertidur lagi.   Clara hampir saja menggeliat seenaknya dan menguap, tapi begitu sadar posisinya ia urungkan niat tersebut. Clara kini mengatupkan dua bibirnya dan tenang sesaat.   "Jam berapa ini?" batin Clara.   Matahari di luar sana meman
Read more
Chapter 17
Luka di tangan Clara sudah mulai mereda setelah di kompres es beberapa kali. Rasa perih dan panas juga perlahan menghilang. Gara-gara kejadian ini, Noah sampai harus kesiangan berangkat ke kantor.   "Maaf, membuatmu kesiangan," kata Clara sambil membantu Noah mengancing kemeja.   Noah tidak menjawab selain berdehem kecil.   Jujur saja situasi ini membuat Clara kembali merasa gugup. Embusan napas Noah, bisa Clara rasakan menyapu wajah dengan lembut. Aroma mint bahkan bisa Clara cium dan ingin rasanya mata ini terpecam meniknati wanginya.   Sudah sejak Noah berniat menuruti keinginan sang ibu untuk coba menerima Clara, memang suasana canggung mulai tidak ada. Di sini, sudah terasa seolah seperti kehidupan sepasang suami istri pada umumnya.   Tiba saat di mana Cla
Read more
Chapter 18
Clara menunggu Megan di resoran di mana tempat Megan bekerja. Ini masih pukul sepuluh, jadi Clara gunakan untuk browsing cari informasi mengenai pekerjaan. Sambil di temani segelas jus apel, Clara begitu fokus menatap layar ponselnya.   "Harusnya kau jangan biarkan putri keduamu itu menikah dengannya."   "Benar itu. Toh kalaupun tidak menikah, masih ada hak dengan Jou. Jadi Chloe akan memiliki menantu kaya."   Meski begitu fokus, Clara bisa mendengar percakapan ibu-ibu yang duduk di bangku belakangnya. Clara terdiam dan meletakkan ponselnya untuk memastikan siapa yang sedang mereka bicarakan.   "Aku juga saat ini memang memiliki menantu kaya," sahut Tania.   "Benar juga ya."   "Entahlah! Aku tidak peduli."
Read more
Chapter 19
"Kau dari mana?" tanya Bill seraya mengamati tampilan sang istri. "Kenapa baru pulang?"Tania meletakkan tas jinjingnya di atas meja lalu duduk di sofa. "Tentu saja aku baru bertemu teman-temanku," ujar Tania.Mendengar jawaban itu, Bill lantas membuang napas kasar. Bill berdiri sambil berkacak pinggang menatap tajam pada sang istri."Keuangan kita sedang menurun, harusnya kau bantu aku bukannya malah kelayapan tiap hari."Tidak mau disalahkan, Tania berdiri. "Tugas istri bukan mencari uang suamiku. Kalau kita sedang ada masalah dengan keuangan, cobalah kau minta bantuan pada besan kita."Bill terdiam lalu jatuh terduduk seolah sedang berpikir. Awal ketika Noah menikah dengan Clara, keluar Noah memang nampak kaya raya. Namun, akhir-akhir ini mendadak ada berita miring yang mengatakan kalau mereka bangkrut."Bukankah mereka bangkrut?" tanya Bill.Tania berdecak kemudian duduk bergeser lebih dekat dengan sang suami. "Suamiku, itu kan ha
Read more
Chapter 20
Masih menikmati air hangat yang menguap, Noah menyandarkan kepala pada bantalan busa di bibir bak mandi. Kedua matanya terpejam dengan kepala tengah membayangkan sesuatu."Aku berniat menghancurkannya dulu," kata Noah. "Aku masih sakit hati tentang Chloe yang beraninya pergi meninggalkanku. Tapi … dengan menghancurkan Clara apakah cara yang benar?"Noah terus memikirkan Clara. Sejenak, Noah menenggelamkan kepalanya beberapa detik. Begitu terangkat, Noah duduk tegak sambil menyugar rambut ke belakang dengan kedua tangan."Tapi akhir-akhir ini aku merasa nyaman dengannya. Aku seperti tidak merasa kesepian lagi."Noah berdiri lalu meraih handuk dan melingkarkannya di pinggang. Sudah hampir satu jam Noah berendam di kamar mandi. Bibirnya yang seksi bahkan terlihat mulai membiru, dan jari-jemarinya nampak kusut.Keluar dari kamar mandi, Noah tidak menemukan Clara di sana. Clara yang bilangnya hendak membuatkan susu hangat belum juga muncul.
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status