All Chapters of Dilema Suami Bayaran : Chapter 1 - Chapter 10
38 Chapters
Prolog
Keinginan Barra tak banyak, ia tahu diri. Tuhan belum membekali Barra dengan harta berlimpah. Barra hanya ingin istri cantik luar dalam. Istri yang bisa menerima Barra lahir dan batin. Sebelum memulai, Barra memohon izin untuk mencari pendamping hidup pada dua adik dan ibunya. Satu-satunya orang tua yang Barra miliki. Jika ada kata yang bisa mendeskripsikan seorang Barra, mungkin adiknya akan mengatakan strong brother atau mungkin superhero, atau bisa juga malaikat. Ya, karena mereka tak pernah tahu apa yang Barra lakukan. Mereka hanya tahu Barra adalah kepala keluarga yang nyaris sempurna. Ia bekerja keras untuk keluarga. Ketika di rumah, Barra juga tak segan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. "Saya akan membayar 1 milyar kalau kamu mau menikahi anak saya secara hukum dan agama." Otak dan hati Barra mendadak tak sinkron. Menikah tapi dibayar, ini jelas salah. Hati kecil Barra berkata tidak, ini bukanlah hal yang benar. Namun, isi kepala mendorong Barra untuk mener
Read more
1. Pencetus petaka
Dua tahun berpisah dari Annisa, hidup Barra dan keluarga naik satu tingkat. Uang perjanjian itu membawa manfaat untuk Barra dan keluarga. Ibunya berhasil melakukan transplantasi jantung. Alby adik pertama Barra masuk salah satu universitas dengan jurusan sesuai bidang yang ia sukai. Ervi adik bungsu Barra berhasil lulus sekolah menengah atas tanpa hambatan. Barra patut bersyukur atas pengalaman tersebut. Kalau dibilang menyesal, tentu ada. Namun, ya sudah semua telah terjadi. Barra niatkan saling membantu, simbiosis mutualisme, tak ada pihak yang dirugikan. Satu tahun itu Barra lalui penuh kesakitan. Sakit yang tampak oleh mata, Annisa meninggalkan banyak goresan di tubuh Barra. Untungnya ada di dalam, bukan wajah atau tangan yang bisa dilihat banyak orang. Barra duduk di atas Vespa bututnya, di pinggir sawah. Jangan salah, meski Jakarta adalah Ibukota Negara Indonesia. Kota metropolitan, tetapi Jakarta masih memiliki sawah yang menjadi akses jalan tikus Barra setiap hari saat berang
Read more
2. Gagal membeli mahar
Pagi-pagi sekali Alby sudah membangunkan Barra. Hari itu jadwal mereka belanja kebutuhan warung makan. "Catatannya mana, Al?" Barra bertanya pada Alby. Catatan yang dimaksud adalah daftar bahan makanan yang hendak mereka beli di pasar pagi. "Sudah di dalam tas, Da," sahut Alby. Selain kuliah, Alby menjalankan bisnis rumah makan Minang bersama Ervi si adik bungsu. "Uda, aku titip kue talam ya. Semalam Ibu bilang ingin makan kue itu." Ervi bicara pada Barra. Bu Neini akan bangun saat kedua anaknya sudah kembali dari pasar tradisional. Bukan karena Bu Neini pemalas, tetapi kondisi sakit membuat Bu Neini sering kesulitan tidur saat malam tiba dan baru terlelap dini hari. Ervi menyiapkan bumbu masakan khas Padang. "Iya Dek, nanti Uda belikan. Jangan lupa buatkan Ibu bubur." Barra ingatkan sang adik. Ervi sering lupa menyiapkan bubur untuk sang Ibu. Padahal Bu Neini tak bisa terlambat sarapan, makan pun harus yang lembut-lembut. Jam di tangan Barra menunjukkan angka lima. Setelah dua ja
Read more
3. Siapa Annisa?
Pukul empat sore Barra tiba di kediaman Annisa, kedatangannya langsung mendapat sambutan hangat dari sang istri. Barra menyunggingkan senyum datar. Tiba-tiba ada perasaan tak nyaman memasuki relung hati Barra. Annisa terlihat begitu menyedihkan. Pelipis sebelah kanannya tertutup kain perban, sedangkan di bagian leher tertinggal darah segar yang masih mengalir. Itu segores luka. Sepertinya Bi Sumi belum sempat mengobatinya."Mas. Aku merindukanmu." Annisa menghambur ke dalam dekapan Barra. Annisa menangis tersedu. Barra merasa kebingungan dengan sikap aneh yang seringkali Annisa perlihatkan."Iya.. sudah, jangan menangis. Aku sudah di sini." Barra terdengar tulus mengucapkannya. Ia memang jujur mengatakan itu. Namun ia tak bisa mengungkapkan bahwa ia merindukan Annisa. Kenyataannya Barra tak menaruh sedikitpun rasa rindu pada perempuan yang kini berada di pelukannya. Menurutnya perasaan yang menelusup ke hati kecilnya merupakan rasa simpati belaka."Jangan tingga
Read more
4. Tertangkap basah?
Hari berikutnya, Barra sengaja bangun sebelum jam menunjuk pukul empat pagi. Barra mengendap-endap seperti seorang maling. Ia sangat hati-hati untuk mencapai pintu keluar, tak ingin gerakannya menimbulkan suara dan akhirnya membangunkan manusia yang tengah merajut mimpi di pulau kapuk. Sebenarnya Annisa lah seorang yang sangat Barra takutkan. Ia khawatir Annisa akan menyanderanya lagi, sehingga rencana pernikahan yang di gadang-gadang akan hancur total. Barra tak menginginkan hal seburuk itu terjadi, ia sangat menjaga hati calon permaisurinya. Sepeninggal Barra dari rumah mewah tersebut, Annisa tampak biasa saja. Ia tak mencari keberadaan suami ketiganya. Entah bagaimana bisa seseorang berubah dalam waktu sesingkat itu. Kemarin ia seolah-olah menjadi perempuan penggila Barra Farzan, sedangkan hari selanjutnya, Annisa seperti kehilangan memori kemarin. Bi Sumi satu-satunya orang yang mencari ketiadaan Barra Farzan. Namun, ia memilih bungkam, dan menerka-nerka ada kemungkinan Barra
Read more
5. Kecurigaan Annisa
Annisa Yuzawa sedang berkeliling mall bersama Denis. Ia telah menghabiskan waktu setengah hari penuh di tempat perbelanjaan tersebut. Dari mulai berbelanja pakaian, perhiasan, hingga singgah ke tempat permainan yang disediakan mall. Denis dengan telaten membawakan kantong belanjaan milik Annisa. Ia sangat bertanggung jawab akan tugasnya menjaga sang anak bos. Denis sebenarnya lebih merasa iba pada sosok Annisa Yuzawa. Meski Annisa terlahir dari keluarga bergelimang harta, tetapi ia tak bisa menikmatinya lahir batin. Kebahagiaan yang Annisa rasakan kala itu menulari relung batin Denis. Meskipun Denis sudah lelah, ia tak mengeluhkannya sama sekali. Jarang ia bisa melihat tawa renyah Annisa Yuzawa. Banyak pasang mata yang menatap aneh ke arah mereka berdua. Ya, karena tempat itu merupakan taman bermain yang dikhususkan untuk anak-anak. Annisa memainkan beberapa permainan sampai yang terakhir adalah street basketball. "Kak, aku kayak lihat Beby dan Mami, Papi juga," seru Annisa, ia tib
Read more
6. Tragedi pelaminan
Di kediaman Berli Astrata Bustomi sedang digelar acara adat Betawi Malam Pacar. Nusantara memang memiliki banyak kebudayaan, termasuk dalam hal pernikahan. Salah satunya adalah adat Betawi. Malam pacar merupakan ritual pemakaian pacar oleh sang piare dan keluarga serta teman dekat. Ritual ini adalah salah satu rentetan acara adat sebelum acara puncak pernikahan dimulai. Malam pacar adalah istilah Betawi yang digunakan untuk menyebut acara pewarnaan kuku mempelai perempuan. Seperti Midodareni untuk istilah adat Jawa. Perlengkapan yang diperlukan untuk malam pacar yakni daun pacar yang telah ditumbuk halus. Meski di era modern sekarang ini sudah banyak produk yang lebih praktis seperti kutek instan, namun Astra memilih mengikuti adat yang sesungguhnya. Dan masih banyak beberapa bahan lain seperti bakulan lengkap dengan isian di dalamnya, kue basah khas betawi serta tak ketinggalan bantal beralas daun pisang yang diukir guna alas tangan sang mempelai perempuan.
Read more
7. Papa atau Barra?
Di dalam kamar hotel, Astra menangis tergugu. Ia tak percaya, kebahagiannya menjadi petaka. Barra sangat sabar menunggu Astra sampai tak mengucapkan apapun sampai Astra berhenti dari isakannya."Kak, apa semua yang dikatakan perempuan tadi itu benar??" Tanya Astra dengan suara parau."Bersa,, bukankah aku sudah menunjukkan surat cerai itu padamu dan Papa? Percayalah, aku tidak pernah berniat mempermainkanmu, sungguh aku mencintaimu." Barra merengkuh tubuh mungil Astra ke dalam pelukannya. Bersa merupakan panggilan sayang Barra untuk Astra, yang berarti Berli sayang.Astra mengangguk, ia menyeka sisa bulir beningnya. Hatinya sudah lebih tenang. Pikirannya kembali berputar normal."Sekarang, coba hubungi Kak Zen. Bagaimana kondisi Papa saat ini." Lanjut Barra, Astra kembali mengangguk patuh.Astra mulai sibuk dengan ponselnya, sedang Barra mengganti pakaiannya."Papa sudah di rumah, Kak." Seru Astra ketika ia menyudahi teleponnya."Cepa
Read more
8. Kebohongan termanis
Hari demi hari Astra jalani sebagai seorang istri Barra Farzan. Genap satu minggu ia benar-benar di rumah tanpa melakukan aktivitas yang lain di luar. Untuk pekerjaan rumah seperti yang dilakukan seorang ibu rumah tangga, Astra belajar dari suaminya. Maklum, anak sultan tak pernah menyentuh pekerjaan kasar. Barra fokus mengembangkan rumah makan Minang, sedang dua adiknya sibuk merampungkan tugas kuliahnya. Astra kini tengah mencoba untuk membersihkan cumi. Ia ingin sekali memakan seafood. Namun, ia berpikir ulang untuk mendatangi restoran. Sejak Astra keluar dari rumah Pak Abbas dan memilih Barra sebagai prioritasnya, detik itu juga Alfa Zen memutuskan hubungan kerja dengan Astra juga Barra. Ya, kini Astra dipaksa untuk mandiri. Pagi tadi ia sudah meminta Barra membelikan sekilo cumi berukuran jumbo. Matanya seketika bersinar kala melihat cumi tersebut. Astra membuka kulkas, mengambil cumi yang masih dalam wadah plastik. Belum dibersihkan, pasalnya Ba
Read more
9. Pelanggan pemberi luka
Semenjak mendapat sanjungan manis dari suami dan mertua, Astra semakin gencar belajar memasak. Seperti pagi-pagi di hari berikutnya, Astra merecoki Ervi membuat masakan di dapur.Alhasil rendang daging yang biasa mempunyai cita rasa khas, kini berubah menjadi rendang tak sedap. Terpaksa Barra mencari-cari alasan untuk membawa Astra menjauhi dapur.Kini Astra dan Barra sudah berada di rumah makan. Astra tengah mengelap meja dan kursi yang tersedia untuk pelanggan.Astra bahagia menjalani hidup sederhana dengan suami. Sesekali ia mencoba menghubungi nomor rumah dan nomor Zen, ia merindukan keluarganya."Permisi, Uni.. apakah warungnya sudah buka?" Seorang pelanggan berdiri di luar warung.Baru di buka sudah berdatangan penikmat masakan Padang. Ini pengalam baru untuk seorang anak sultan seperti Astra. Ia begitu antusias menjadi pramusaji."Oh, sudah. Kak. Silahkan masuk?" Jawab Astra dengan ramah."Saya pesan nasi telur dadar dua dan na
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status