Share

5. Kecurigaan Annisa

Annisa Yuzawa sedang berkeliling mall bersama Denis. Ia telah menghabiskan waktu setengah hari penuh di tempat perbelanjaan tersebut. Dari mulai berbelanja pakaian, perhiasan, hingga singgah ke tempat permainan yang disediakan mall.

Denis dengan telaten membawakan kantong belanjaan milik Annisa. Ia sangat bertanggung jawab akan tugasnya menjaga sang anak bos. Denis sebenarnya lebih merasa iba pada sosok Annisa Yuzawa. Meski Annisa terlahir dari keluarga bergelimang harta, tetapi ia tak bisa menikmatinya lahir batin.

Kebahagiaan yang Annisa rasakan kala itu menulari relung batin Denis. Meskipun Denis sudah lelah, ia tak mengeluhkannya sama sekali. Jarang ia bisa melihat tawa renyah Annisa Yuzawa.

Banyak pasang mata yang menatap aneh ke arah mereka berdua. Ya, karena tempat itu merupakan taman bermain yang dikhususkan untuk anak-anak. Annisa memainkan beberapa permainan sampai yang terakhir adalah street basketball.

"Kak, aku kayak lihat Beby dan Mami, Papi juga," seru Annisa, ia tiba-tiba menghentikan gerak tangannya yang hendak memasukkan bola ke dalam ring.

"Di mana? Nggak mungkin lah Nis kalau Pak Hiro ada di sini. Beliau sedang di kantor, Ibu juga lagi sibuk ngurus bisnis barunya," jawab Denis datar.

Tanpa aba-aba, Annisa Yuzawa melengos pergi meninggalkan tempat itu. Denis yang belum bersiap, sedikit kewalahan akibat kantong belanjaan ia taruh di lemari penitipan barang. Ia dengan cepat menyerobot semua kantong saat pramuniaga mengulurkan ke tangan Denis.

"Tunggu, Nis ... ! Tungguin, Kakak." Denis berteriak tanpa menghiraukan lalu lalang pengunjung lain.

Ponsel Denis di dalam saku celana berdering, getarnya amat mengganggu. Ia kebingungan, antara mengejar Annisa atau menjawab panggilan tersebut lebih dahulu.

Denis mencoba mengalihkan kantong belanjaan ke tangan kiri, selanjutnya ia merogoh saku celana. Ketakutan dengan cepat menyergap dada Denis saat ia melihat nama sang penelepon.

"Jangan biarkan Annisa menemukan kami, cegah Annisa ke restoran. Kami akan makan di sana!" perintah Hiro dari seberang.

"Beby ... ini Bunda. Mi ... tunggu!" teriak Annisa memanggil nama anaknya. Annisa tetap berusaha mengejar bocah kecil yang kini berada dalam gendongan Laksmi sang Mami. Laksmi menatap nanar pada Annisa, ia tak bisa berbuat banyak. Tangan besar Hiro menyeretnya agar menjauhi sang putri.

Denis tergelagap, sebagian kantong belanjaan lepas dari kaitan jemarinya. Denis kehilangan jejak Annisa Yuzawa. Ia bergegas mencari keberadaan perempuan tersebut, sebelum Hiro memberinya hukuman tanpa ampun.

Begitulah Hiro, ia sangat menjaga nama baiknya sebagai salah satu pebisnis besar di Asia Tenggara. Ia tak mau kalau sampai ada orang lain mengetahui perihal Annisa. Beby yang merupakan darah daging Annisa, ia sebutkan sebagai anak pungut. Sungguh biadab kelakuan Hiro. Hiro sama sekali tak mencerminkan seorang Ayah.

Bahkan karena tak mau Annisa mendekat, Hiro sampai memasang dua bodyguard bertubuh besar dan berotot untuk menghalau langkah Annisa.

Jeritan Annisa menggema di pendengaran Denis. Pria tersebut menghambur ke sumber suara. Benar saja, Annisa sedang dihadang oleh dua bodyguard yang memiliki badan besar. Annisa mulai membenturkan kepala ke tiang beton yang tak jauh dari jangkauannya. Kebiasaan buruk ketika ia gagal mendapatkan apa yang ia inginkan.

Denis panik menyaksikan kengerian itu. Dua bodyguard tersebut bukannya menolong Annisa, justru menyibukkan diri dengan mengusir orang-orang yang memiliki ketulusan untuk menolong.

Denis yakin bahwa semua ulah Hiro. Banyak kamera pengintai di tempat umum seperti mall tersebut. Hiro tak ingin hubungannya dengan Annisa tercium oleh media, atau kekuasaannya akan hilang bak ditelan perut bumi. Miris, Annisa diperlakukan layaknya penjahat oleh Ayah kandungnya sendiri.

Denis menjatuhkan seluruh belanjaan. Ia dengan cepat mendekap tubuh Annisa. Menenangkan amarah yang terlanjur mencuat dari dalam diri Annisa. Denis merogoh tasnya, mengambil satu butir kapsul dari botol kecil. Lalu ia menegukkan kapsul tersebut ke mulut Annisa.

Bersyukur, Denis bergerak cepat. Ia dapat menenangkan amukan Annisa. Ada keinginan di hati Denis untuk membawa Annisa melakukan terapi, tetapi ia tak memiliki wewenang atas diri Annisa.

Denis mengalihkan pembicaraan, ia tak mau kecemasannya membikin Annisa kembali meronta. Ia pun tak menanyakan perihal apa dan kenapa bisa ia menyiksa dirinya sendiri. Tidak, Denis sudah mengetahui alasannya, ia mengingat baik semua petuah yang Bi Sumi sampaikan.

Denis pun ingat, bahwa Hiro menugaskannya untuk menjaga Annisa dan membuat perempuan itu nyaman. Denis tak mau melebihi batasan. Denis berharap hari itu Annisa tak kambuh kembali. Ia harus pandai mengontrol emosi Annisa yang mudah mengalami perubahan dalam waktu sekejap.

Kegembiraan Annisa luntur, tak bersisa setelah ia merasakan nyeri di pelipisnya. Darah mulai mengaliri pipi Annisa. Denis datang membawakan perlengkapan pertolongan pertama. Ia membersihkan luka tersebut, kemudian menutupnya dengan kapas dan plester.

Sejak mengenal Annisa, Denis mulai bisa mensyukuri hidupnya. Setidaknya Denis masih bisa merasakan keutuhan keluarga. Ia tak perlu usaha untuk dapat bertemu Ibu, Ayah maupun kakaknya. Tidak seperti Annisa.

"Selesai. Apa masih sakit? Atau kita perlu ke rumah sakit?" Denis bertanya. Wajahnya ia buat semanis mungkin agar Annisa kembali mengukir senyum.

"Nggak, aku mau pulang, Kak," jawabnya lemah. Raut Annisa mengisyaratkan kepedihan yang cukup dalam. Lagi, Denis sungguh prihatin. Perempuan itu susah untuk ditebak, Denis tak mengerti apa yang sedang Annisa pikirkan. Biasanya Annisa akan langsung melupakan kejadian setelah ia menelan sebutir pil.

"Hey, kita belum beli coklat, es krim dan ... snak. Bukannya nanti malam kita akan habiskan waktu untuk nonton drama Korea terbaru? Kita butuh banyak camilan," celetuk Denis, tiba-tiba ide tersebut muncul di otaknya.

Annisa berbinar mendengar semua makanan kesukaannya disebutkan.

"Ah iya, Kak. Aku mau beli coklat dengan berbagai varian rasa," celoteh Annisa senang, persis seperti bocah kecil.

"Hm ... kamu juga harus membelikan Kakak es krim termahal di sini," jawab Denis.

Denis terus berusaha membangkitkan mood Annisa. Keduanya memutari bagian makanan ringan. Annisa memasukkan banyak camilan ke dalam keranjang. Berkali-kali Annisa merengek mengajak Denis untuk makan di atas, restoran yang sedang dikunjungi Hiro beserta sang istri.

"Kita keliling dulu di sini, ada yang ingin Kakak beli." Denis terpaksa mengatakan hal bohong.

"Aku lapar, Kak." Annisa mengadu, ia mengusap-usap perutnya yang kempis.

"Tunggu sebentar, Kakak belum menemukan coklat import keluaran terbaru."

"Haahh? Emang ada?"

Denis mengangguk, selanjutnya ia berpura-pura membolak-balikkan coklat-coklat yang ada di rak pajang. Mengulur waktu sampai Hiro menyelesaikan urusannya di sana.

Denis menarik lengan Annisa menuju lantai atas, bodyguard Hiro telah memberi kode kalau Hiro sudah pergi. Annisa menatap Denis penuh tanda tanya.

"Katanya lapar?" tanya Denis singkat. Annisa kemudian mengangguk.

Belum sempat keduanya sampai di restoran, kini Annisa dikejutkan dengan keberadaan Barra bersama seorang perempuan yang lebih muda dari Annisa.

"Kak, bukannya itu Mas Barra?" Annisa mengguncang lengan kemeja Denis. Alarm bahaya kembali menyala di kepala Denis.

"Apa kamu yakin?"

"Iya, aku pasti nggak salah lihat. Ayo, Kak." Annisa membawa Denis untuk mengikuti Barra Farzan. Denis menurut saja, ia tak mau kejadian seperti sebelumnya terulang lagi.

Denis menduga kalau Barra menyadari langkahnya diikuti oleh Annisa Yuzawa. Sebab itu, Barra seolah-olah sedang bermain kucing-kucingan. Denis juga tak berpihak pada siapa pun, meskipun ia mengetahui persembunyian Barra dan perempuannya, tetapi Denis diam.

"Kak, Kakak lihat nggak, tadi Mas Barra belok ke mana?" 

"Nggak, Nis, ayo makan dulu. Aku udah lapar."

Akhirnya Denis berhasil membujuk Annisa. Denis berhasil menangani Annisa hari itu, tetapi ia tak bisa mencegah keinginan Annisa untuk mencari tahu apa yang Barra lakukan. Annisa meminta bantuan Kenzi untuk menyewa seorang detektif guna memata-matai suaminya yang tak lain adalah Barra Farzan.

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status