All Chapters of Di Balik Rupa Burukku: Chapter 71 - Chapter 80
263 Chapters
Bab 71
POV Hasan "Bagaimana? Bagaimana kau akan mempertanggung jawabkan semua ini?" Apakah aku bermimpi? Tetapi semua ini nyata, gadis di hadapanku ini Aina. Seoalah ini hanya terjadi pada hayalan semata, kusussuri kembali wajah ini, bahkan jemariku tampak bergetar. Wajah ini tidak jauh lebih kecil dari telapak tanganku. Alis ini, terlihat lebat namun kecil, melengkung dan memanjang, bagaikan di lekis dengan sempurna. Mata yang kini menatapku tanpa berkedip ini, warnanya coklat terang, sebuah lensa mata yang jarang dimiliki oleh penduduk negeri ini, tatapannya hangat dan menghanyutkan.Jemariku turun ke hidung, sebuah hidung kecil dan mancung, yang sangat pas dengan bentuk wajahnya. Bibirnya, aku mengusap lebih lama di area ini, tidak kusangka sebuah bibir akan selembut ini, bentuknya yang mungil dengan warna merah muda itu sungguh membuatku sangat tertarik untuk merasakan sensasinya.Tanpa berpikir lama, kukecup bibir mungil itu, rasanya lembut dan manis dan membuatku ketagihan. Tak cukup
Read more
Bab 72
POV Aina "Panggilan yang mesra itu biasanya 'sayang, honey, atau baby'. Terserah Ai, maunya yang mana," lelaki itu bicara sambil memainkan ujung rambutku."Apa?"Aku cukup tercengang, tidak menyangka lelaki itu ingin dipanggil dengan panggilan yang alay dan norak seperti itu, apakah lelaki di depanku ini masih Hasan Basri Latif, S.IP si lelaki es yang kata orang sulit didekati? Aku hampir saja muntah mendengar dia menyebut tiga kata itu.Sayang, honey, baby? "Kenapa? Apa kau keberatan memilih salah satu?" tanyanya ketika aku hanya terbengong tidak memberikan respon."Atau dikombinasi saja, bagaimana kalau 'Ayang Bebeb'?" lanjutnya.Spontan aku tertawa tak tertahan, wajahku bahkan memanas mendengar dia menyebut panggilan alay seperti itu. Itu sangat menggelikan."Sudahlah, Tuan. Jangan aneh-aneh," ujarku masih terkekeh."Bukankah panggilan ini sedang trend di kalangan anak muda? Kenapa kau yang jauh lebih muda dariku justru pemikirannya lebih kolot?" Protesnya, ini sangat mengejutkan
Read more
Bab 73
POV Aina"Aku harus ke kantor dulu, Bang. Ijin sebentar," ujarku setelah membereskan cucian.Lelaki itu sudah memakai pakaian bang Syarif, aku pikir ukuran baju mereka sama, ternyata baju bang Syarif sedikit kekecilan, sehingga kemeja yang biasanya pas dipakai bang Syarif agak kesempitan ditubuh bang Hasan. Namun demikian tubuh seksi lelaki itu justru terlihat menonjol dan menggoda."Gak usah ke kantor saja, masak Abang datang malah ditinggal," ujarnya dengan nada kecewa."Sebentar saja kok, Bang. Rencana Abang mau menginap tidak di sini?""Iya, besok sore aku baru kembali.""Kalau begitu aku akan ijin dua hari sekalian. Apa Abang senang?" Aku mencoba menggodanya."Tidak, aku maunya kau libur selamanya, selamanya berada di dekatku," ujarnya sambil memelukku dari belakang."Aish, dasar serakah. Lepaskan aku, ini sudah jam sepuluh, gak enak sama pak Faisal," aku memberontak dan segera keluar rumah.Lelaki itu membuntutiku hingga turun ke bawah tangga, aku segera mengambil motor dan mend
Read more
Bab 74
POV Author Pagi-pagi sekali ketika Hasan bangun tidur, ia tidak mendapati Aina di atas sofa, karena jarang tidur di lantai hanya beralaskan ambal tubuhnya sedikit linu-linu. Dia segera bangkit dan merenggangkan ototnya, hari sudah setengah enam pagi. Segera dia mengambil wudhu dan salat subuh. Matanya masih mengantuk karena dia semalam tidur terlalu larut. Walau matanya mengantuk, ternyata juga sulit terpejam jika tidak melihat sosok gadis itu."Aina!" panggilnya sambil mengecek kamar gadis itu.Pintunya tidak terkunci, tapi gadis itu tidak ada di sana. Tiba-tiba dalam hati lelaki itu sedikit panik, dia pernah mengalami panik lebih dari ini ketika gadis itu diculik dan akan dijadikan pelacur, apa jadinya jika dulu Aina mengungkapkan wajah aslinya? Mungkin kini anak itu sudah jadi rebutan banyak pria di lokalisasi. Mengingat itu, Hasan langsung panik dan bergegas keluar rumah menuruni tangga, namun ketika dia mulai melangkah, sosok gadis itu datang dengan menenteng sederet rantang.
Read more
Bab 75
"Salinlah, kalau kau serius ingin menjalin hubungan denganku, Ai. Aku butuh kepastian," ujar Hasan sambil meletakkan pena dan kertas di meja, meraih tangan Aina agar duduk dan segera menuruti perkataannya. "Ini benar-benar tidak bisa dipercaya! Bukankah seharusnya aku yang meminta Abang menulis surat perjanjian seperti ini? Aku pihak perempuan loh, yang selalu banyak dirugikan dalam sebuah hubungan itu biasanya perempuan. Baru ini aku melihat seorang lelaki takut dirugikan." Aina mengomel panjang lebar, namun tangannya tetap menyalin kata-kata yang telah ditulis oleh Hasan. "Jika kau butuh kepastian dariku, dengan senang hati aku menulis surat perjanjian apapun yang kau mau, tinggal kau bilang saja, apakah surat perjanjian pranikah, surat perjanjian wajib menikahi atau apa saja, aku akan dengan senang hati membuatnya,"ujar lelaki itu membuat Aina tidak bisa berkata-kata. Hasan sendiri juga heran sebenarnya dengan apa yang dia lakukan, setelah dipikir-pikir, apakah dia sebucin itu de
Read more
Bab 76
Setelah pulang dari perkebunan suasana hati Hasan benar-benar berbunga-bunga. Senyumnya tidak pernah lekang dari bibirnya, semua orang yang memandangnya begitu takjub dan terpesona karena selama ini dia dikenal dengan pribadi yang dingin, tatapan mata hangatnya saja jarang terlihat. Melihatnya seperti itu menjadi keajaiban dunia bagi orang sekitarnya terutama keluarga dan rekan-rekan kerjanya di kantor pemerintah. Hasan sendiri merasa asing dengan perubahan yang terjadi pada dirinya, namun suasana seperti ini benar-benar menakjubkan.Ah ... Jatuh cinta memang seindah ini.Perasaan seperti ini baru ini lelaki itu mengalaminya, aneh memang. Usianya menjelang dua puluh delapan tahun, namun belum pernah dia mengalami perasaan jatuh cinta, jika jatuh cinta itu semeledak itu rasanya, wajar saja jika raja Mughal, Shah Jahan membangun Taj mahal untuk istri tercintanya atau Rakai Pitakan yang membangun candi Prambanan untuk wanita yang dicintainya, Roro Jonggrang.Hasan tidak pernah membiarka
Read more
Bab 77
Pulang kerja hari ini rencana Hasan ingin menemui ibunya Aina secara khusus. Dia ingin melamar Aina secepatnya, rasanya sudah tidak tahan menjalani hubungan jarak jauh seperti ini. Bukankah Aina ingin melanjutkan kuliah? Kuliah bisa kan setelah menikah.Dari kantor Hasan sudah semangat empat lima, namun ketika dia sampai rumah, nampak Syarif sudah menyambutnya di teras."Rif? Kapan datang? Urusannya di Palembang sudah selesai?" tanyanya."Bang, ada yang harus aku diskusikan sama Abang." Bukannya menjawab pertanyaan Hasan, Syarif malah langsung menyatakan maksudnya.Di teras rumah, duduk dengan tenang seorang anak muda, ketika Hasan mencapai teras, pemuda gagah dengan rambut diikat itu langsung menyalaminya."Assalamualaikum, pak Hasan," sapa pemuda itu dengan hormat."Walaikumsalam, siapa ini?""Oh, ini asistenku Efendi," jawab Syarif."Fendi? Fendi teman Aina?" tanya Hasan penasaran."Oh, benar, pak. Saya teman Aina," jawab Fendi.Hasan mengamati pemuda itu dengan mengernyitkan kedua
Read more
Bab 78
Ketika Syarif sampai perkebunan hari sudah menjelang petang. Aina sangat bahagia mendapat pesanan zat hitam dari tangan pemuda itu, Syarif sedikit penasaran apa isi kardus tersebut sebab Aina selalu mengingatkannya untuk jangan lupa mengambil di tempat ibunya. Tentu saja penasaran Syarif hanya sekedar penasaran saja, mana mau Aina membongkar rahasianya.Fendi di tempatkan di area perumahan yang di tempati para bujangan, namun sesekali dia akan menginap di ruang tengah atau ruang tamu rumah Syarif. Seperti hari ini, setelah pulang dari Palembang, Fendi menginap di rumah Syarif karena banyak pekerjaaan yang membutuhkan bantuannya."Oh iya, tadi ada titipan dari bang Hasan," ujar Syarif.Mereka tengah makan malam bersama, Aina terperangah mendengar perkataan Syarif, hatinya tiba-tiba berdegup kencang mendengar nama laki-laki itu disebut oleh Syarif. Rasanya dia ingin berteriak saking senangnya, namun otaknya masih waras, dia hanya tersenyum simpul, namun binar matanya tidak dapat memboh
Read more
Bab 79
"Kami sedang bekerja keras mencari investor untuk membangun pabrik, jika bang Hasan belum juga menemukan investor, kemungkinan dia harus menikah dengan anak wakil bupati Jambi timur, demi perusahaan, demi para pekerja yang menggantungkan hidupnya di sini." Perkataan Syarif membuat Aina berhenti, ini bukan hanya sekedar naik wahana halilintar, ini sebuah bom yang tepat menghantam tubuhnya. Menikah demi perusahaan? Abang Hasan mau menikah? Perasaannya kini tidak baik-baik saja, wajahnya bahkan memucat, namun dia dengan cepat dapat menguasai diri, bukankah lelaki itu sudah mengirim pesan untuk menunggu dan mempercayainya? Tidak ada hubungan yang bisa langgeng jika tidak saling percaya. Aina berusaha mempercayai lelaki itu dan menekan semua rasa cemas dan takut kehilangan di hatinya. Yah, jika memang jodoh, Allah pasti mempertemukannya dengan lelaki pujaannya. Sekali lagi dia menggantungkan semua nasib hidupnya hanya kepada Allah. Memikirkan semua itu, senyum di bibirnya yang sempat me
Read more
Bab 80
"Tuan muda, Aina ... Apa yang kalian lakukan di sini?" ujar Bik Nur dengan perasaan yang mencelos menyaksikan apa yang mereka lakukan."Bik Nur ... Mari kita bicara," ujar Hasan sambil memegang tangan Aina dan mendudukkannya di tepi ranjang.Bik Nur segera menghampiri mereka dan duduk di kursi meja rias."Bik Nur ... Saya mencintai anak Bik Nur ...," ujar Hasan dengan suara lemah lembut. Nur yang mendengar perkataan Hasan terperangah, dia senang bahwa laki-laki muda dihadapannya memiliki perasaan khusus terhadap anaknya, lelaki ini lelaki yang bertanggung jawab, dia juga merasa sangat berhutang Budi pada lelaki ini, karena lelaki ini yang telah menemukan Aina ketika diculik."Sejak kapan tuan muda menyukai Aina?""Sejak lama.""Apakah sejak tuan muda tahu jika paras Aina rupawan?""Saya baru mengetahui wajah asli Aina dua Minggu yang lalu ketika saya pergi ke perkebunan, menurut Bik Nur, untuk apa saya pergi ke perkebunan?" ujar Hasan, nada bicaranya masih lemah lembut."Memangnya un
Read more
PREV
1
...
678910
...
27
DMCA.com Protection Status