Semua Bab MELACUR KARENA TERPAKSA : Bab 41 - Bab 50
114 Bab
Bab 41. NAMA BAYI
Kenyataan bahwa Wiliam Garganif –suami Kamilia, sudah memiliki istri, sungguh membuat Kamilia menjadi patah hati. Lelaki itu tidak berusaha untuk menjelaskan apa pun dia. Kebohongan terus terungkap, Garganif tidak dapat lari lagi. Gerimis mulai turun saat Kamilia meninggalkan rumah sakit. Bumi seolah-akan berada di pundaknya kini. Berat sekali kenyataan yang harus dia terima. Pandangan mata menjadi kabur karena hujan dan air mata. Mereka berlomba untuk meneteskan air lebih banyak lagi.
Baca selengkapnya
Bab 42. RINAI
  Garganif tidak segera menjawab. Dia mendukung saat Rico berjuang untuk mendapatkan restu dari orang tua Paulina. Dia melihat bagaimana mereka berdua mempertahankan cintanya.  "Mereka lari dari orang tua," jawab Garganif.
Baca selengkapnya
Bab 43. TEMPAT KENANGAN
Garganif kaget mendengar jeritan Paulina. Lelaki itu mengajak Kamilia untuk pergi ke rumah sakit. Mereka pergi dengan hati berdebar-debar. "Ada apa dengan bayi Paulina?" tanya Kamilia. Kekhawatiran menggelayuti wajah cantik tersebut. Naluri keibuannya muncul, dia sangat khawatir, takut terjadi apa-apa dengan bayi cantik tersebut."Entahlah," jawab Garganif. Lelaki itu juga sama. Merasakan kekhawatiran yang Kamilia rasakan. Apalagi Garganif mendampingi Paulina sejak wanita itu ngidam. Saat bayi mungil itu lahir, entah mengapa rasa sayangnya begitu besar terhadap Rinai."Rinai, kamu baik-baik, ya, Nak! Tunggu mami-papi!" Kamilia setengah meratap. Garganif melirik wanita tersebut. Lelaki itu bahagia Kamilia mau menerima bayi tersebut. Tadinya Garganif bingung harus bagaimana membujuknya.Perjalanan terasa lama sekali. Akhirnya mereka sampai juga. Terlihat Paulina sedang menangis di hadapan bayinya yang sedang diberi tindakan oleh dokter."Ada ap
Baca selengkapnya
Bab 44. KAKEK WISNU
Lamunan Garganif terjeda, lelaki itu melihat ke arah anaknya – Rinai. Lelaki itu menoleh lagi ke arah bangku taman tadi. Sosok Paulina lenyap. Garganif mengusap mimpi ketika melihatnya tadi adalah. Empat tahun sudah tidak bertemu dengan Paulina sejak Rinai dia bawa pulang."Anak Papi dari mana, sih?" tanya Garganif. Dia jongkok menjawil pipi tembem anaknya. Rinai sangat indah dengan pipinya yang seperti bakpao. 
Baca selengkapnya
Bab 45. PERASAAN IRI
 Kamilia tidak pernah menyangka sedikit pun kalau Paulina akan berkata demikian. Dulu, dia sendiri yang menyerahkan Rinai kepadanya. Kini, setelah melihat Rinai begitu mengagumkan timbul keinginan untuk memilikinya. "Ini tidak boleh terjadi, aku harus memikirkan mereka," pikir Kamilia. Kamilia memandang Garganif, lelaki itu juga memandangnya sekilas. Kemudian, berkata kepada Paulina, "Kamu jangan merecoki hidup kami sekarang.""Bukan merecoki, aku hanya m
Baca selengkapnya
Bab 46. KEHILANGAN
 Kamilia memandang ke depan. Menerawang ke arah mobil-mobil yang terjebak kemacetan. Mencoba memikirkan ke mana Garganif bersama Paulina pergi. "Kalau kau mencoba menghianatiku, kau tidak akan kumaafkan … Wiliam Garganif!" teriak Kamilia.Gerimis masih turun, ibaratnya alam juga mengerti dengan hati Kamilia. Akhir-akhir ini gerimis sering melanda hatinya. Sejak kedatangan Paulina kembali dalam hidupnya, Kamilia merasa tidak tenang. Kamilia melihat Garganif berbeda akhir-akhir ini. Selalu saja ada alasan untuk membawa Rinai jalan-jalan. Hanya mereka berdua tanpa Kamilia. Tadi lelaki itu sudah berani menjemput Rinai tanpa konfirmasi kepadanya."Ada apa dengan mereka," tanya hati Kamilia.Kamilia tidak tahu harus pergi ke mana kini. Dia yakin kalau Garganif tidak akan pulang. Pasti ada suatu tempat yang dituju mereka bertiga."Tunggu, aku tahu tempat tersembunyi di taman ini!" Kata-kata itu terngiang kembali di t
Baca selengkapnya
Bab 47. SYAIFUL
 Kamilia mencari-cari sosok itu. Tetap saja tidak menemukan, malah hari sudah semakin gelap. "Mami, cari siapa?" tanya Rinai."Tidak menemukan siapa-siapa," jawab Kamilia.Kamilia melakukan perjalanannya, ibunya kaget dengan kedatangan Kamilia. Dia tidak mengenali Rinai. Ibunya hanya tahu kalau Kamilia punya anak, tapi tidak pernah bertemu.
Baca selengkapnya
Bab 48. RAHASIA
Kamilia mencoba menahan air mata agar tidak jatuh lagi. Cerita Saiful membuat dirinya begitu terguncang. Aib yang seharusnya dia jaga kini sudah tak ada gunanya lagi ditutup. Semua tentang dirinya Saiful tahu.“Kau… kau melihatku, Kang?” tanya Kamilia pelan."Ya," jawab Saiful.Oh, Tuhan. Kamilia menutup wajahnya yang merah padam.
Baca selengkapnya
Bab 49. MENIKAH
Kamilia kembali ke rumah dengan janji-janji manis Garganif. Dia percaya suaminya itu masih mencintainya, tidak begitu saja akan menghancurkan mahligai yang sudah dibangunnya sekian lama.Kehidupan berjalan kembali seperti biasanya. Kamilia sudah memaafkan Garganif. Entah di mana Paulina berada Kamilia sudah tidak peduli lagi. Baginya yang penting Garganif sudah tidak banyak tingkah lagi, selesai.Suatu pagi Garganif pergi ke kantor tidak seperti biasanya. Terlalu pagi menurut Kamilia. Dengan penuh rasa penasaran Kamilia bertanya, "Pagi sekali, Sayang. Hendak ke mana?""Aku ada urusan ke luar kota tiga hari, kuharap kau baik-baik bersama Rinai di rumah," jawab Garganif."Baiklah, segera pulang, ya!" ujar Kamilia."Tentu, Sayang!" Rinai belum bangun saat Garganif pergi, lelaki itu hanya mencium anaknya sesaat. Kamilia memandang kepergian Garganif dengan perasaan yang sukar untuk dijelaskan. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam ada setitik kecurigaan yang muncul. Entah mengapa rasa itu
Baca selengkapnya
Bab 50. RENCANA BALAS DENDAM
Garganif pulang setelah tiga hari menghilang. Kamilia hanya diam tanpa berkata sepatah kata pun. Garganif tampak salah tingkah. Kamilia curiga dengan tingkahnya."Aku minta maaf, Sayang," ujarnya."Untuk ….""Emm… tidak memberimu kabar," kata lelaki itu."Oh, sejak kamu menyadarinya, lalu mengapa? Apa yang kamu kerjakan sehingga tidak mau terganggu? Oh, kapan kamu merasa terganggu dengan telepon dari istrimu?" Rentetan pertanyaan seperti peluru dari senapan senapan, memberondong Garganif. Tampak lelaki itu bingung untuk menjawab."Jujur lebih baik daripada kamu mencari-cari alasan dengan cerita!" kecam Kamilia."Mengapa mesti berbohong, aku pergi ke daerah yang tidak ada sinyal … please, aku cape, biarkan aku istirahat," kata Garganif.Kamilia membiarkan suaminya berlalu. hanya memperhatikan punggung suaminya yang berjalan memasuki kamar. Wanita itu menghela napas panjang. Bau ketidakjujuran tercium, aromanya begitu kuat menusuk hidung Kamilia.Kamilia sudah merasakannya sejak Gargani
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status