All Chapters of Perjanjian Leluhur: Chapter 21 - Chapter 30
252 Chapters
21. Tuan Misterius
Jaka menghampiri tiga pendekar yang sedang melepas ikatan kuda mereka di depan kedai. Di wajah mereka terpancar kepuasan atas hidangan yang sangat lezat itu."Ada apa, anak muda?" tanya pendekar berbadan ceking melihat Jaka mendatanginya.Jaka tersenyum kecil. "Maaf, Pak. Itu kuda saya."Pria separuh baya itu seolah baru sadar. "Oh, iya. Kuda ini sangat bagus. Maaf, anak muda. Aku hanya melihat warnanya, tapi bentuknya beda.""Tidak apa. Pendekar terpandang di kampung ini juga bisa silap.""Sudahlah, anak muda. Jangan banyak basa-basi. Ada perlu apa denganku?""Saya ingin berkelana ke negeri manusia, Pak.""Gampang sekali itu. Kau tinggal berendam di mata air pengukuhan, kemudian memilih satu dari empat gerbang yang ingin kau tuju. Aku kira bangsawan Asir akan melewati tes kelayakan dengan mudah karena terkenal cinta damai.""Aku sudah tahu kalau empat gerbang itu.""Lalu apa lagi yang kau ingin tahu?""Aku ingin bulan madu ke negeri manusia.""Wah, kalau itu susah mendapat ijin dari b
Read more
22. Sang Penari
Jaka duduk di panggung kehormatan dan jadi pusat perhatian. Mereka heran bagaimana pemuda itu dapat menjadi tamu istimewa Nyai Penghasut Birahi. Baru pertama kali terjadi bangsawan Asir duduk bersanding dengan tokoh utama golongan putih dan bangsawan berpengaruh di kadipaten.Gagak Jantan, tokoh golongan putih yang paling disegani di wilayah barat, sempat dibuat heran dan bertanya, "Siapa kau, anak muda? Kau jadi tamu kehormatan tentu bukan karena wajahmu sangat tampan. Kau apanya Nyai?""Aku Pangeran Kelana," sahut Jaka tenang. "Aku belum pernah bertemu dengan sang penari.""Jangan bohong, anak muda. Apa kau calon suaminya? Nyai Penghasut Birahi tidak mungkin mengundangmu secara khusus kalau tidak memiliki kedudukan istimewa. Aku baru melihatmu. Kau pasti bangsawan Asir yang baru keluar mengembara.""Kau betul, Gagak Jantan," kata Jaka. "Aku mengembara untuk suatu keperluan.""Keperluanmu hanya untuk bersenang-senang, anak muda.""Bersenang-senang dengan cara yang tidak biasa.""Maksu
Read more
23. Menjaga Harapan
Mereka mendarat di atap dengan sempurna, tanpa menimbulkan suara pada genteng sirap yang diinjaknya. Nyai Penghasut Birahi yang bernama asli Minarti itu menutup kembali kisi-kisi atap. Kemudian ia mengenakan pakaian yang sudah disiapkan di atas sirap."Bagaimana mereka bisa percaya keping emas sisa lima?" tanya Jaka heran. "Padahal semuanya cuma ada delapan puluh keping?"Minarti tersenyum kecil. "Itulah laki-laki. Mereka tidak melihat caraku menghitung, mereka melihat tubuhku yang tanpa busana.""Kau pasti mempengaruhi mereka dengan ajian Pemikat Cinta. Secepat apapun kau menghitung, tokoh utama pasti dapat melihat kecurangan itu.""Hanya calon terpilih yang tidak tertarik melihat tubuhku, padahal sangat dekat.""Aku bukan calon terpilih," bantah Jaka."Sudahlah, jangan berdusta di depanku. Sepasang Gagak Putih pasti tahu kau adalah manusia. Maka itu aku segera membawamu ke atap karena Gagak Betina sangat merindukan untuk bercinta dengan manusia.""Gagak Jantan pasti marah kalau benar
Read more
24. Tabib Kebab
Malam sangat larut ketika Jaka tiba di ujung kampung. Ia melambatkan lari kudanya. Suasana sangat sepi. Penduduk sudah beranjak ke peraduan untuk menyongsong hari esok. Rumah-rumah ini disewakan, tapi pemilik satu pun tak ada yang berkeliaran di luar. Apa mungkin sudah penuh? Barangkali Jaka harus tidur seperti gelandangan. Tapi jadi gelandangan juga susah karena tidak ada tempat untuk bergeletak. Tidur di tengah jalan takut terlindas kereta kuda yang sering lewat. Lagi pula mana ada bangsawan jadi gembel? Kecuali bangsawan bangkrut!Jaka tersenyum saat melihat kakek berjubah hitam duduk di beranda sebuah rumah dengan secangkir minuman di meja. Akhirnya ada juga rumah sewa yang kosong. Ia turun dari kuda dan memasuki halaman. Di pintu pagar terdapat sederet tulisan dengan aksara kuno. Barangkali papan nama rumah sewa ini."Permisi, Kek," kata Jaka. "Saya kemalaman di jalan. Apa ada kamar untuk bermalam?"Kakek berjanggut pendek itu memandang heran. "Apa kau tidak baca tulisan di depan
Read more
25. Bukan Pangeran
"Kau mau bermalam di sini, anak muda?" tanya Tabib Kebab. "Bagaimana kalau prajurit kerajaan datang lagi?""Mereka pasti mengira aku sudah pergi ke perbatasan dengan jalan kaki," sahut Jaka. "Jadi kemungkinan kecil datang lagi."Tabib Kebab tersenyum. "Kau cerdik, anak muda. Kau bisa memperdaya prajurit kerajaan, berarti kau juga bisa menipu aku dengan mudah.""Jadi kau curiga aku akan menipumu, Kek?" tatap Jaka tidak enak. "Baiklah, aku bayar di muka. Berapa sewa kamarnya?""Kamar itu tidak disewakan, anak muda. Aku menerimamu karena kau kesulitan mencari tempat bermalam.""Lalu apa maksudnya aku bisa menipumu dengan mudah?" tanya Jaka penasaran.Tabib Kebab menatap dengan selidik. "Mengapa kau mengajak bertukar jubah? Apa jubah itu bermasalah?""Katamu jubah ini biasa dipakai para pangeran. Aku bukan pangeran. Maka itu aku mengajak tukaran.""Kau adalah bangsawan Asir. Jadi sangat pantas memakai jubah itu. Yang aku heran, bangsawan Asir memiliki jubah tersendiri, mengapa kau tidak me
Read more
26. Terlalu Cerdik
Patih Mahameru yang sedang menikmati hidangan pagi menatap prajurit di hadapannya tanpa berkedip. "Calon pangeran pergi ke perbatasan kadipaten?""Ya, tuanku," jawab prajurit senior. "Satu pleton anggota pasukan lagi menyusul."Pria gagah yang berpakaian ala pendekar itu terduduk lemas di kursi. Menunda makan. Pencarian jadi semakin sulit. Jaka Slebor sangat cerdik sehingga dapat mengelabui prajurit yang berjaga di perbatasan."Calon terpilih bisa mati kelaparan di Hutan Gerimis," kata Bagaspati yang menemani patih makan pagi. Mereka bersantap di sebuah restoran penginapan mewah. "Hutan itu sangat indah dan asri, namun tak ada apapun untuk dimakan.""Ia terlalu pintar untuk mati kelaparan," kata Patih Mahameru. "Aku malu pada baginda ratu untuk melaksanakan tugas kecil saja tidak mampu.""Maafkan aku selalu terlambat dapat informasi," ujar Bagaspati. "Kepala telik sandi rasanya terlalu tinggi untukku.""Kita berdua adalah orang bodoh yang beruntung," tukas Patih Mahameru dengan wajah b
Read more
27. Tapak Mega
Lelaki berbadan tegap dan berwajah tampan itu tertawa senang mendengar penuturan ahli nujum."Jadi Mahameru gagal memboyong calon pangeran ke istana? Apakah pemuda yang bernama Jaka Slebor itu berilmu tinggi, Renggana? Ia pantas bersanding dengan puteriku, Srikiti, kalau benar demikian."Gadis berparas cantik yang duduk di sampingnya menggerutu, "Memangnya aku cangklong ditawarkan kepada setiap lelaki?""Aku tidak menawarkan kamu kepada setiap lelaki, aku menawarkan anakku kepada lelaki dari bangsa manusia. Aku sangat ingin memiliki cucu dari perkawinan antar bangsa."Pangeran Penamburan menatap ayahnya separuh protes. "Jadi aku tidak berguna bagi Abah?""Tentu saja sangat berguna! Aku ingin kau menikah dengan Dewi Anjani agar kita bisa menguasai seluruh kerajaan!"Pangeran Penamburan adalah putra sulung Tapak Mega. Ia gembira mendapat dukungan penuh ayahnya. Dewi Anjani adalah perempuan impiannya. Ia tidak peduli dengan kekuasaan, ia hanya menginginkan puteri tercantik di negeri ini j
Read more
28. Nyanyian Malam
Hari menjelang senja. Jaka melambatkan lari kuda dan berhenti di bawah pohon rindang. Kuda sangat lincah dan tangguh, larinya jauh lebih cepat dari kuda Thoroughbred pemegang Guinness World Records. "Kamu belum punya nama, aku kasih nama apa ya?" cetus Jaka sambil menambatkan tali kuda pada akar yang menonjol di permukaan tanah. "Aku kasih nama Kylian Mbappe...fans PSG pasti marah. Aku kasih nama koruptor...kamu pasti marah. Ya sudah...Gemblung saja."Kuda membutuhkan cukup banyak air. Jaka membawa bumbung panjang untuk persediaan. Satu tabung bambu itu cukup untuk persediaan air satu hari. Untuknya, wedang lemon separuh kantong cukup untuk beberapa hari perjalanan. Jaka diberi tahu Gayatri kalau di Hutan Gerimis tidak ada persediaan air dan makanan. Hanya pendekar yang memiliki ilmu Cipta Saji berani mengembara di hutan itu. Banyak pohon buah-buahan tumbuh tapi tidak pernah berbuah. Umbi-umbian juga begitu. Maka itu Jaka minta perkakas pisau kepada Gayatri, awalnya dikasih golok pu
Read more
29. Bumbung Ajaib
Kakek berselempang putih ternyata sungguh-sungguh dengan ucapannya. Kantong minuman dan buntalan bekal tetap kosong saat Jaka bangun di pagi hari. Ia harus menunggu si kakek buang air besar dan buang air kecil kalau semua itu ingin kembali! Siapa sudi! Perutnya terasa lapar. Kambing saja tidak berselera makan tanaman di pagi buta begini. Masa ia harus memecahkan rekor? Kuda meringkik kehausan habis makan rumput yang tumbuh subur di sekitar."Aku saja belum ngisi perut," omel Jaka. "Kau minta minum. Dasar gemblung...! Oh iya, nama kamu kan Gemblung."Jaka beranjak bangkit untuk mengambil tabung bambu di rumpun pisang. Ia lihat isinya hampir penuh, cukup untuk persediaan satu hari. Ia lepas bumbung dari lubang batang pisang.Kemudian ia menuangkan air bumbung ke dalam panci kecil sampai penuh. Dalam sekejap ludes diminum kuda."Haus sekali kau," kata Jaka sambil mengisi lagi panci itu, dan ludes lagi. "Sudah cukup."Kuda meringkik keras seakan protes. Jaka jadi jengkel. Ia tuangkan air
Read more
30. Pendekar Bispak
Si Sanggul Miring, Bidadari Penabur Cinta, dan Kupu-kupu Madu berlari dengan cepat di udara. Mereka menjadikan daun rimbun sebagai titian."Aku mencium bau manusia...," kata si Sanggul Miring. "Jaka Slebor kayaknya ada di sekitar sini.""Beruntung sekali kita," ujar Kupu-kupu Madu. "Baru sampai di Hutan Gerimis langsung bertemu dengan orang yang kita cari."Di kejauhan terlihat Jaka memacu kuda sekencang-kencangnya di antara pepohonan. "Nah, itu orangnya...!" seru si Sanggul Miring. "Ayo kita kejar...!"Mereka mempercepat larinya memburu kuda yang berlari kencang melewati pepohonan. Jarak mereka semakin dekat. Jaka merasa tidak ada kesempatan untuk kabur, ia berkata, "Berhenti, Gemblung...! Percuma kau keluarkan seluruh tenaga, mereka mampu mengejar."Kuda berhenti berlari. "Lalu bagaimana nasib Yang Mulia?""Jangan panggil aku Jaka Slebor kalau tertangkap oleh perempuan."Si Sanggul Miring dan komplotannya mendarat dengan ringan di tanah. Jaka duduk dengan tenang di atas punggung ku
Read more
PREV
123456
...
26
DMCA.com Protection Status