Semua Bab Ketika Istri Berubah cantik: Bab 131 - Bab 140

145 Bab

Rumah baru

Beberapa jam kemudian mobil sudah terparkir di halaman depan rumah Mas Haris, Jingga juga Dimas dan Nisa antusias ingin melihat rumah barunya, kami begitu takjub sambil menutup mulutnya. Rumah yang begitu indah juga elegan, mata kami tak berhenti berkedip."Ayah ini rumah siapa indah banget?" tanya Dimas pada Ayahnya."Ini rumah kita sayang.""Ya Allah ini indah sekali, Mas Haris, ini kejutannya." Aku mencium pipi suamiku."Sama-sama sayang,"Kami masuk kedalam, betapa kami sangat bahagia, Mas Haris memberikan kejutan pada kami, rumah yang luar biasa indah ada gazebo, kolam renang juga kolam ikan kesukaan anak-anak Dan tempat olahraga, untukku juga anak-anak kami."Wah indah ini Lintang besar juga.""Iya, Pa dan Mama boleh juga tinggal disini." Jelasku. "Boleh, Papa. Ma. Biar dekat sama kami." Seru Mas Haris. "Biar, Papa dan Mama tinggal dirumah Lintang saja. Lagian dekat ini kan, gak ada lima menit sampai kan.""Ya terserah Mama dan Papa saja."Ya Allah semoga kebahagian ini terus
Baca selengkapnya

Butik Baru

Aku meminta tolong Mas Haris buat pindahin barang dibutik ke rumah Mas Haris, kata Mas Haris selesai butik tutup Dion satpam kami dan beberapa temanya sudah mengangkut semua barang ke butik baru dan butik yang lama aku suruh Ayah buat usaha Mama, kata beliau mau bisnis Bunga disini, karena makanannya banyak bagaimana ya jika aku kirim buat mereka yang lembur di rumah Mas Haris dari pada mubazir."Mas dari pada makanan banyak, apa kita kasih ke yang lembur angkut barang kerumah Mas Haris saja ya?" tanyaku pada Mas Haris semoga saja ia setuju."Boleh sayang tadinya mau, Mas belikan nasi goreng, ya sudah kalau begitu, siapkan sayang biar Mas antarin sama Mang Jaja," jawabnya membuatku senang.Aku dan Bibi menyiapkannya, makanan sudah siap tinggal diantar ke rumah Mas Haris. Aku penasaran pengen ikut boleh tidak ya sama Mas Haris."Mas, boleh tidak Lintang ikut, Mas Haris?" tanyaku pada Mas Haris."Sudah nalam sayang, istirahatlah nanti kamu masuk angin, ga bagus angin malam nanti kamu sa
Baca selengkapnya

Siang yang tak terlupakan

Kami masuk dan benar saja, Mas Haris mendisain ruangan ini jadi begitu indah, wajah berbinar terlihat dari wajah mereka, dan ruang kerjaku pun sangat luas dan bagus."Elsa. Promosikan ke sosial media ya bahwa kita pindah? "Baiklah, Mbak. Siap!""Terus butuk yang lama tidak dijual, Mbak?""Tidak mau dibuat Mama buat bikin toko bunga, Elsa.""Wah keren.""El, pastikan pelanggan kita tahu jika kita pindah, dan hari ini barang akan datang lagi.""Siap, Mbak Lintang."Kami sibuk menyiapkan barang datang, yang lain juga sibuk menata baju yang baru datang, hari ini kebetulan pengunjung belum ada, mungkin belum tahu jika kita pindah, jadi kita bisa dengan leluasa menyiapkannya. Matahari mulai terik Mas Haris datang ia membawakanku dua porsi gado-gado."Pasti belum makan gimana kalau sakit, kerja boleh sayang, tapi jaga makan yang teratur," ucapnya menasehatiku."Sudah Mas, tapi pagi Lintang makan sama Mie Ayam pedas tuh di depan." Mas Haris tersenyum manis. "Ya sudah ini dimakan,"Aku memak
Baca selengkapnya

Terjebak hujan

Aku segera mengambil ponselku yang berada di dalam tas. segera ku telepon dan tidak ada jawaban, bagaimana jika anak-anak tahu kalau Mas Haris masih tidur di dalam selimut? Rasa cemas ada di dalam benakku, duh rasanya malu setengah mati jika sampai ketahuan sama anak-anak.Tuh kan aku mendengar gelak tawa mereka keras banget dari sini. Ya Allah selamatkan aku dari rasa maluku ini, selang beberapa menit rasa cemasku masih menghantui, terlihat mereka sedang turun tangga dan menghampiriku, mungkin saja wajahku sudah memerah karenanya."Ma, kami izin ya mau diajak, Ayah mancing?" Sapa Dimas sambil memelukku.Ada sedikit lega kurasakan, mereka terlihat biasa saja tidak ada yang aneh berarti aman.... "Mancing kemana?" tanyaku pada Dimas."Ikut Ayah, Ma. Ayah yang janji pada kami, katanya hari ini kami diajak sama Ayah, makanya kami kesini." "Oh, Ayah mana?" tanyaku ingin tahu penasaran. "Masih mandi Ma, katanya biar seger."Alhamdulillah, tidak ketahuan, terlihat suamiku turun dari tang
Baca selengkapnya

Lelakiku

Mas Haris siap-siap untuk berangkat ke sekolah, sedangakan anak-anak mampir kesini dan minta izin pamit mau berangkat kesekolah. Aku hanya tersenyum melihat Dimas yang ngambek katanya gak syik gak ada Mama di rumah."Sayang sudahlah, Mama minta maaf, kan hujannya kemarin lebat baget, Mama suruh Mang Jaja jemput juga ikut Dimas kan mancing sama, Ayah hayo." Aku memeluknya."Habisnya, Ma. Mau sarapan ga enak ga ada Mama, kan biasanya Dimas selalu lihat wajah cantikya, Mama tiap pagi." Dimas membuat kami semua tertawa."Hmm bilang saja iri, atau mungkin cemburu itu, Ma tuh. Dimas sama, Ayah!" Seru Jingga pada adiknya Dimas."Ngaco nih Mbak Jingga masa Dimas cemburu sama, Ayah.""Ya kali saja.""Sudah-sudah, Mama yang salah, Mama minta maaf, lain kali, Mama akan pulang." ucapku pada mereka membuat mereka tersenyum."Nah gitu kan seru, Ma, lagian rumah jadi sepi ga ada Mama."Mas Haris hanya tersenyum melihatku, mereka pamit lalu mencium punggung tanganku. Aku merasakan syahdu, punya sua
Baca selengkapnya

Bayang-bayang semu

Hujan rintik-rintik membasahi kota ini lagi kami pulang kerumah sedangkan Jingga di jemput oleh Mang Jaja, Kami pulang bersama mobilnya Mas Haris, mobil terparkir di depan rumah. Kami masuk menuju kekamar masing-masing. Selang beberapa menit Nisa sama Dimas berangkat mengaji dengan Ayahnya. Aku menunggu Jingga di depan Rumah, kok jam segini belum pulang ya Jingga? Kemana dia ya?Tak berselang lama mobil Mang Jaja terparkir di halaman, terlihat wajah lelah Jingga tapi ia baik-baik saja. Alhamdulillah Jingga mendekati dan memelukku, dan aku mengantar Jingga masuk kekamarnya. Aku duduk di ranjang milik Jingga."Nak, ko mukaknya ditekuk gitu sih, ada apa?" tanyaku pada Jingga penasaran. "Tadi pas, Jingga mau pulang, ada yang mau menyerempet Jingga, Ma," jawabnya padaku membuat aku kaget."Ha--serius, Nak, terus gimana?" tanyaku. "Sekilas Jingga inget wajahnya Ma, terus Jingga nebeng sama, Pak Samsul dan turun di pertigaan, baru deh, Jingga telepon Mang Jaja," ucapnya membuat wajahku
Baca selengkapnya

Berulah lagi

Aku menggunakan waktu untuk beristirahat. Sebuah mobil yang sangat aku kenal datang di depan butik, aku tersenyum meliahat Ayah dan Mama datang mengunjungiku, aku memeluk mereka lalu mencium punggung tangan Mama dan Ayah. "Lintang, Mama sampai ... rindu.""Padahal baru dua hari kan Lintang ke rumah, Mama?" "Entahlah, Mamamu itu dari pagi ngomel-ngomel minta kesini, Nak."Aku menghela napas dalam. Aku tahu Mama begitu cemas padaku. "Masih sibuk, sayang. Mama bawakan makanan kesukaan kamu lo.""Apa, Ma?""Mama masak rendang kesukaan kamu juga Nak Haris.""Mama, kenapa jadi repot begini, sih. Nanti Mama capek gimana?"Aku lagi-lagi tak percaya, Mama memperlakukan aku seprti anaknya yang masih kecil. Aku memeluknya lalu mencium pipinya.""Ayah ... jangan biarkan Mama kecapekan."Terdengar Ayah menghela napas berat. "Tadi malah, Ayah yang ikut masak.""Serius, Ayah?" tanyaku tak percaya. Ayah mengangguk pelan. "Ya itu. Karena Ayah tak mau, Mama kamu kecapean.""Ya ampun Ayah. Makasih y
Baca selengkapnya

Penjagaan Ayah

Kalau saja aku tak menyaksikan sendiri bagaimana lembutnya sikap Papa dan Mama, pasti aku tak percaya jika orang lain yang mengatakannya. Aku merasa Papa dan Mama memiliki kepribadian yang luar biasa. Bersikap lembut, segitunya Mama dan Papa perhatian denganku. Mana mungkin aku tega bercerita jika ada seseorang yang mengancam kami. Aku menyuapi dengan telaten Mama dengan rendang. Beliau tertawa lepas sekarang. Duduk dan berbicara kesana kemari. Papa duduk di bibir sofa tempatku bekerja di bawah kaki Mama. Memijatnya dengan lembut, sembari bercerita mengenai banyak hal. Tidak terkecuali menceritakan sikap Bian yang kadang membuat Mama tertawa lirih. Sedangkan aku dan Ayah hanya menjadi pendengar. Setelahnya mereka pamit pulang. -Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba, aku dan Mas Haris mampir ke mall untuk membeli sembako juga bahan masak lainnya, Mas Haris yang membawa troli dan membeli beberapa sayuran juga berbagai sembako. Tak lupa membeli peralatan sabun juga shamp
Baca selengkapnya

Positif hamil

Aku menggeleng tak percaya. "Papa, astaga papa.""Kenapa, Papa keren, kan?"Aku terdiam menatap Papa merapikan kemejanya. "Papa hebat.""Dua kali lipat, Papa tak akan terima jika ada yang menyakitimu, Lintang."Aku terkejut. Bahkan mengembalikan posisi ekspresi wakahku yang begitu syok. Di butuhkan waktu untuk aku percaya baru saja yang aku lihat. Aku merekamnya dalam ingatanku. Sebagai seorang anak yang kagum akan penjagaan dari seorang Papa kepada anaknya. "Entah jika tak ada, Papa nasib, Lintang. Akan seperti apa? Padahal Papa Dosen lo ko bisa sih berkelahi.""Jangan salah, Lintang. Aku tak suka jika ada orang bermain-main dengan, Papa."Aku menghamburkan pelukan ke dada bidang, Papa. "Jadi. Kenapa, Sayang ketakutan?""Keluarga Lintang diteror, Pa.""Apa? Sama siapa? Kenapa baru bilang sayang.""Takut, Papa dan Mama cemas.""Lintang gak boleh begitu."Aku menceritakan semuanya. Papa lalu bergegas mengantarku dan menemui Mas Haris di sekolah. Aku minta sama Papa agar merahasiakan h
Baca selengkapnya

Mengharu biru

Sampai di rumah. Aku sedikit lelah dan berbaring di atas ranjang, mungkin Mas Haris cemas dengan kandunganku. Mas Haris izin untuk menjemput Jingga di butik. Jika Sekar terus saja menggangguku maka kehamilanku pun akan terganggu. "Ma, Mama sakit ya?" tanya Nisa kepadaku."Maaf sayang, Mama hanya sedikit capek, sudah pulang sekolah. Ayo Mama temani makan." "Dimas, juga ayo makan sayang?""Iya, Ma."Kegiatan di meja makan berlanjut tanpa banyak percakapan. Semua lebih banyak bungkam dan menikmati hidangan. Setelahnya terdengar suara mobil digarasi depan rumah. Mas Haris sudah pulang menjemput Jingga, mereka masuk dan kami berkumpul di ruangan santai dekat televisi, Mas Haris duduk di sampingku. "Sayang, dengarkan, Ayah. Mau bicara sebentar lagi kalian akan punya adik baru, dan saat ini, Mama kalian hamil." Jelas Mas Haris pada kami. "Alhamdulillah ... selamat ya, Mama." Mereka mendekatiku lalu mencium pipiku."Iya, sayang. Makasih sudah mendukung Mama."Aku bahagia sekali, punya ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status