Lahat ng Kabanata ng Amarta : Eternal Curse: Kabanata 51 - Kabanata 60
65 Kabanata
Bab 51 Mata dibalik Hutan
Beberapa jam sebelum Tommy pergi dari Villa..."Aku sudah sampai di sini, setidaknya aku harus tahu Tommy sedang menjalin hubungan dengan siapa." Dyah bergumam dibalik sebuah pohon besar dijalan sebelum masuk ke pekarangan villa.Entah pikiran gila apa yang merasuki Dyah. Begitu Tommy pergi, ia langsung menyuruh tukang kebun dikediaman Bu Maryam untuk mengantarkannya mengikuti Tommy secara diam-diam, dan sekarang ia berada di tempat asing jauh dari pemukiman warga."Tempat apa ini? Hanya ada satu rumah dan rumah itu sepertinya milik orang kaya." Dyah terus mengamati sekitarnya.Cukup lama Dyah menunggu. Kulitnya yang terasa gatal dan merah akibat gigitan nyamuk dan semut sudah tak ia rasakan sama sekali, "Langit semakin sore namun Tommy masih saja duduk di pelataran rumah besar itu," gumam Dyah.Tak lama Dyah mendengar suara mobil dari kejauhan. Ia dengan rapih menyembunyikan tubuhnya diantara pepohonan dan semak belukar.Netra Dyah menatap tajam pada mobil yang baru saja tiba, ia pun
Magbasa pa
Bab 52 Dyah
Dyah tersentak. Dia tidak menyangka orang ini tahu soal kehamilannya, padahal selama ini dia menyembunyikannya dengan rapih sampai tak ada satu orang pun yang tahu."Jangan bicara sembarangan!" Dyah masih berusaha melawan.Amarta terus berjalan ke arah Dyah. Posisinya yang semakin dekat dengan Dyah membuat Dyah tanpa sadar melangkahkan kakinya kebelakang secara perlahan."Apa ini? Aku bahkan sudah terintimidasi oleh tatapannya yang tajam itu," batin Dyah."Aku tidak ingat berurusan denganmu!" ucap Amarta."Ya, memang. Aku kesini karena Tommy," jawab Dyah."Ternyata benar. Dia yang menghamili mu? Kalau aku tebak usia kandunganmu sudah hampir tujuh bulan, benar?" Amarta tak melepaskan pandangannya dari perut Dyah."Sepertinya Tommy pergi bersamaku setelah menghamili mu, benar?" lanjut Amarta."Kasihan sekali," Amarta melemparkan tatapan sedih."DIAM! DIAAAM! Aku tidak butuh dikasihani! Ini semua karena mu, dasar wanita j*lang!" Dyah mulai terguncang menyadari betapa menyedihkannya dia s
Magbasa pa
Bab 53 Fatamorgana
"Aku sudah menelepon Tommy, dia akan kesini sebentar lagi." Amarta menyajikan teh hangat untuk Dyah.Dyah menerima teh hangat itu penuh dengan rasa malu, "Terimakasih," ucapnya.Kedua mata Dyah sudah sembab. Ia menangis cukup lama sebelumnya. Hatinya seperti hancur, kenapa ia tidak menyadari lebih cepat bahwa dia hanya dimanfaatkan oleh Tommy. Dia bertindak bodoh berpikir bahwa Tommy benar-benar mencintainya."Aku akan meninggalkan Tommy, sebenarnya kami tadi baru saja bertengkar. Baguslah kamu sekarang datang, aku jadi punya alasan lain untuk mengakhiri hubunganku dengannya." Amarta duduk di sofa berhadapan dengan Dyah."Serius?" tanya Dyah.Amarta hanya menganggukkan kepalanya."Apa kamu tidak mencintainya?" Dyah kembali bertanya."Cinta? Cinta ya..." Amarta tampak berpikir.Dyah menatapnya bingung, "Apa-apaan ini? Apa dia juga hanya mempermainkan Tommy?" batinnya.Amarta mengangkat bahunya, "Entahlah... Aku sendiri tidak tahu cinta itu yang seperti apa.""Tapi..." Dyah hendak menga
Magbasa pa
Bab 54 Tawaran
Suasana yang sebelumnya terasa menegangkan berubah menjadi canggung. Dyah dan Tommy diliputi perasaan yang membingungkan. Tommy merasa senang mendengar perkataan Amarta yang ingin menikah dengannya, namun menjadikan Dyah sebagai istri kedua membuatnya merasa tak nyaman.Dyah menatap Amarta dan Tommy bergantian, "Bagaimana ini? Apa aku harus menyetujui perkataan Amarta? Menjadi istri kedua tidak buruk juga, toh itu lebih baik dibandingkan dengan hidup tanpa status sama sekali. Tapi... Apa aku bisa menahan perasaan sakit dan cemburu melihat suamiku bersama wanita lain?" Dyah bergumam didalam hati."Apa kamu serius dengan perkataan mu?" Tommy kembali bertanya.Amarta hanya menganggukkan kepalanya.Tommy mengusap kasar wajahnya yang sudah terlihat tidak bersemangat, "Aku akui, aku memang lelaki yang banyak mempermainkan wanita. Tapi... Memilikimu sebagai istriku satu-satunya itu adalah keinginan utama ku. Kalau nanti aku juga menikahi Dyah dan tidak akan menganggapnya sebagai istriku, bag
Magbasa pa
Bab 55 Pusaran Kematian
Tommy meninggalkan villa itu bersama Dyah. Rasa kesal pada Dyah terlihat jelas pada sorot matanya."Sebenarnya apa yang kamu pikirkan, Dyah?" Tommy membentak Dyah sembari terus memukul kemudi mobil."Maaf." Ucap Dyah. Hanya kata itu yang sanggup Dyah katakan."Padahal kamu bisa mengugurkan kandungan itu saat awal kehamilan. Kamu malah mempertahankannya sampai sebesar ini! Dasar b*doh!" Tommy mengumpat.Ditengah amarahnya yang terus memuncak, tiba-tiba sakit kepala yang Tommy rasakan semakin menjadi-jadi. Beberapa kali ia mengerutkan dahi dan memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit itu."Kamu kenapa? Berhenti saja kalau tidak bisa lanjut mengemudi." Dyah memperingatkan.Jalanan yang menurun dan berkelok, juga kabut yang mulai turun karena sudah hampir tengah malam membuat Tommy semakin kesulitan."Ayo kita berhenti saja!" Dyah mengguncangkan tubuh Tommy sedikit memaksa."Diamlah, aku ingin segera sampai kerumah dan membereskan masalah dengan mu!" Tommy bersikeras."Wajahmu terlihat
Magbasa pa
Bab 56 Spekulasi
Mbok Inah mematung untuk sesaat, "Ya, A-apa?" Amarta tertawa kecil melihat mbok Inah yang kebingungan, "Sudah belanja mbok? Hari ini aku ingin makan enak. Buat sambel yang enak ya, mbok." Amarta mengalihkan pembicaraan dan berlalu meninggalkan mbok Inah."Reaksi apa itu? Apa dia tidak khawatir dengan laki-laki itu?" batin mbok Inah.Mbok Inah langsung pergi menuju dapur dan melaksanakan apa yang Amarta perintahkan.Dengan wajah yang senang Amarta menyesap kopi hangatnya dipekarangan rumah. Sesekali bibir merahnya tersenyum tipis mengingat rencananya yang sudah berjalan dengan lancar.Sementara itu, jasad Tommy dan Dyah mulai diangkat dari jurang. Mereka langsung dibawa kerumah sakit untuk diotopsi. Orang tua Tommy sangat terkejut mendapatkan kabar dari pihak kepolisian bahwa putra sematawayangnya telah mengalami kecelakaan dan meninggal. Namun, hal yang lebih mengejutkan mereka adalah adanya Dyah yang juga meninggal disamping Tommy dengan kondisi tengah berbadan dua.Kabar ini langs
Magbasa pa
Bab 57 Tamu tak diundang
Sarah akhirnya mengizinkan Frans mengikutinya ke villa. Ia berfikir akan aneh seandainya ia melarang Frans untuk pergi, apalagi keadaan sekarang seperti mendukung kecurigaan pada Amarta.Sepanjang perjalanan ia terus gelisah. Beberapa kali Hadi menangkap Sarah yang terus mengigit kuku ibu jarinya."Non Sarah kenapa gelisah seperti itu?" tanya Hadi.Sarah yang tersadar sudah diperhatikan oleh Hadi langsung memasang wajah canggung, "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya sedikit mual." Sarah kembali melemparkan pandangannya ke luar jendela mobil.Hadi melihat dari spion mobil dan menyadari bahwa ada yang mengikuti mereka dari belakang, "Apa Non Sarah tahu siapa lelaki dibelakang itu? Sepertinya dia sejak tadi mengikuti kita." tanya Hadi merasa penasaran.Sarah melihat kebelakang sekilas, "Oh itu temannya Bima. Dia juga ingin bertemu Amarta, jadi dia akan ke villa. Maaf aku tidak memberitahu mu," jawab Sarah."Oh begitu, tidak apa-apa, Non. Saya sempat was-was dia orang jahat." Hadi tersenyum kecu
Magbasa pa
Bab 58 Spekulasi dan alibi
Sarah tersentak menyadari bola mata Amarta yang berubah. Secara naluri Sarah mulai menjauhi Amarta."Ka-kamu sedang apa?" tanya Sarah merasa ketakutan.Amarta menatap Sarah seolah tak peduli dengan apa yang wanita itu tanyakan, lalu ia kembali memejamkan matanya dan berbisik, "Sepertinya kita harus melanjutkan pembicaraan ini lain kali, terimakasih karena sudah memberitahukan tentang itu." Sarah menatap Amarta dengan wajah ketakutan. Ia jelas melihat gelagat Amarta yang sangat aneh. Wanita itu memiringkan wajahnya seolah ada tangan yang membelainya disana. Kemudian rambut Amarta terlihat bergerak seolah ada seseorang yang memainkannya namun Sarah tak dapat melihat sosok itu.Amarta kembali berbisik, "Ya, kamu benar. Dia yang menyimpan batu ludira sekarang." Lalu entah apa yang terjadi Amarta kemudian menganggukkan kepalanya, tak lama setelah itu sebuah hembusan angin terasa di dalam ruangan. Angin seperti terhentak dari titik dihadapan Amarta."Apa ini? Jelas-jelas semua jendela ter
Magbasa pa
Bab 59 Misteri Bulan Desember
Frans menatap lekat Amarta. Lelaki itu berusaha menyelam ke dalam warna coklat terpekat milik Amarta."Mungkin lebih baik kamu memberitahuku detailnya, supaya aku bisa memutuskan apakah kecurigaan ini harus aku pertahankan atau ku buang tanpa berpikir panjang." Frans menundukkan tubuhnya, kedua lengan kekarnya bertumpu diatas lutut. Ia samasekali tak menyembunyikan kecurigaan diwajahnya.Amarta tersenyum sinis, "Sudah aku duga kamu lelaki yang seperti ini." "Baiklah, aku akan menceritakan semuanya. Setiap detail sampai tak ada celah." Amarta bersandar pada sofa dengan kedua tangan terlipat di depan dada.Dua manusia itu saling bertatapan, suasana dingin pekat terasa. Satu dari mereka berbekal rasa sakit dihati berusaha mengorek kebenaran, dan yang lainnya sudah terbiasa menyembunyikan kebenaran."Hari itu Tommy datang, sebenarnya aku sudah beberapa hari tidak bertemu dengannya. Tommy bilang dia baru saja keluar dari rumah sakit." Amarta memulai narasinya."Dia sudah sakit sebelumnya?
Magbasa pa
Bab 60 Pertanda
"Aku ingin tahu apakah kamu sudah berada di Jogja pada malam tahun baru?" Frans lanjut bertanya walaupun Amarta terlihat kebingungan."Memangnya ada apa? Apa hal itu penting? Atau mungkin berkaitan dengan sesuatu?" Amarta mencoba menebak.Amarta cukup kaget mendengar pertanyaan itu dari Frans. Karena perasaannya yakin bahwa apa yang ditanyakan oleh Frans ada kaitannya dengan orang-orang yang ia bunuh."Tidak... Aku hanya penasaran. Ada hal yang harus dipastikan." Frans tersenyum sekilas."Ya kalau begitu aku memilih untuk tidak menjawab." Amarta membuang muka."Apa sudah selesai? Sebaiknya kamu segera pergi karena aku masih ada urusan lain." Amarta beranjak dari duduknya."Baiklah. Wanita cantik seperti mu memang selalu sibuk. Terimakasih sudah meluangkan waktu berharga mu," ucap Frans.Frans berjalan mendekati Amarta. Satu tangannya meraih tangan kanan Amarta, dan dengan lembut Frans mencium punggung tangannya."Aku harap ini bukan pertemuan terakhir kita." Ucap Frans dengan sorot ma
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status