Semua Bab Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Bab 11 - Bab 20
97 Bab
Bab 11—Maafin gak ya?
Sanaya langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang begitu tiba di dalam kamar. Merentangkan kedua tangan sambil menatap langit-langit kamar yang hanya berhias lampu temaram. Menghirup udara dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan-lahan. "Jadi, selama ini dia udah pacar, ck!" gumam Sanaya dengan perasaan yang benar-benar kacau, setelah mendapati laki-laki yang telah mencuri ciuman pertamanya sedang berboncengan mesra dengan seorang gadis. Lantas, secara sadar Sanaya meraba bibirnya sendiri. Lalu dia menggigitnya kecil sambil memejamkan mata. Rasanya, seperti baru kemarin Dilan menciumnya, dan jejaknya masih sangat membekas. Manis dan menimbulkan sensasi yang berbeda dari ciuman Leo. Ada getaran yang Sanaya sendiri belum bisa memahami. Sebuah debaran yang terkadang masih timbul tenggelam di dalam hati. Meskipun hanya sebuah ciuman, tetapi efeknya begitu dahsyat untuk gadis bermanik cokelat itu. "Aku benci kamu, Dilan... Aku benci...." Bibir Sanaya mendesahkan nama Dilan. Mengucap
Baca selengkapnya
Bab 12—Boleh aku cium Mbak lagi?
"Fyuuh...." Sanaya yang baru saja masuk ke ruangannya menghela lelah, seraya menghempas punggungnya ke sofa. Pekerjaan hari ini cukup menguras tenaganya. Dia kemudian melirik jam digital yang ada di meja kerja. "Jam enam." Meskipun lelah, tetapi Sanaya merasa senang dengan hasil kerja para tim di Restoran ini. Apalagi, kesan dan komentar yang diberikan pelanggan untuk pelayanan di sini. Hari ini kebetulan ada yang menyewa Restoran untuk acara lamaran. Dan, semuanya berjalan lancar tanpa kendala suatu apa pun. "Ini berkat kerja keras Dilan. Kalo gak ada dia mungkin aku yang bakal kesulitan mengelola restoran yang hampir bangkrut ini," gumam Sanaya memuji kerja keras dan andil yang diberi Dilan untuk Restoran ayahnya. Ternyata, dia baru sadar, jika peran Dilan sangat penting di hidupnya. Selain sering membela dan melindungi, Dilan juga mendampinginya hingga di titik sekarang. "Mbak?" panggil Dilan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Sanaya terhenyak sesaat, kemudian menatap soso
Baca selengkapnya
Bab 13—Desakan Sanaya.
Sanaya serasa baru saja mendapat angin segar, ketika Dilan meminta izin untuk menciumnya lagi. Namun... ada sesuatu hal yang mengganjal pikirannya sejak kemarin, dan itu harus ditanyakan kepada yang bersangkutan secara langsung.Sebab, kalau tidak, bisa-bisa Sanaya akan uring-uringan tidak jelas seperti tadi malam.Melihat Sanaya yang tidak menjawab pertanyaannya, Dilan berpikir jika Sanaya pasti menolak keinginannya barusan.Ck! Mikir apa kamu, Dilan? Memang, kamu pikir Sanaya akan setuju kamu cium lagi? Jangan mimpi!Sejurus kemudian, Dilan menurunkan kedua tangannya yang masih merangkum wajah Sanaya. Berdehem ringan, lalu beringsut mundur ke tempat semula. Dilan memutuskan beranjak dari duduknya, lantas menuju dapur. Tenggorokannya mendadak terasa kering dan kepalanya lumayan berdenyut. Dia butuh air dingin untuk mendinginkan kepala dan meredam sesuatu yang mendadak bangkit.Itulah efek yang selalu dirasakan Dilan, saat berdekatan dengan Sanaya. Dia selalu tidak bisa mengontrol dir
Baca selengkapnya
Bab 14—Kembali Tersesat.
"Hem... aku...." Dilan menelan ludah susah payah, di desak seperti ini oleh Sanaya. Entah mengapa, malam ini Sanaya nampak berbeda dari biasanya. "Jawab aja, Dilan. Gak apa-apa. Toh, itu hak kamu," pinta Sanaya yang belum melepas tatapannya pada sosok kharisma itu. "Saya lebih suka kamu jujur. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Karena saya perlu tahu, apakah laki-laki yang sudah berani mencuri ciuman pertama saya punya hubungan dengan wanita lain atau enggak. Itu aja." 'Hah? Serius? Yang kemarin itu ciuman pertamanya Sanaya? Gila! Mampus lu, Dilan!' Dilan menggerutu dan merutuki dirinya dalam hati. "So-sorry, Mbak. Kalo emang itu kenyataannya. Kalo pun aku tahu itu ternyata ciuman pertama Mbak Sanaya, aku gak bakal lakuin itu. Sumpah!" Dilan seketika gelagapan dan panik sendiri, dia bahkan sampai rela bersumpah seraya mengangkat kedua jari membentuk huruf V ke atas. "Tapi kamu udah terlanjur ngelakuin itu, Dilan. Dan kamu tahu, apa akibatnya bagi saya?" Sanaya semakin berani, berbicar
Baca selengkapnya
Bab 15—Nikah Sama Aku.
Dulu, ayah pernah berkata jadi seorang perempuan itu harus bisa menjaga diri, meski tinggal berjauhan di negeri orang. Harus pandai memilih teman, pergaulan dan jangan pernah terjerumus ke hal-hal yang negatif, yang hanya akan merusak diri kita. Dan, yang paling penting ialah menjaga kehormatan. Karena itu merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi perempuan. Apalagi jika kita hanya mempersembahkan kesucian untuk lelaki yang kelak akan menjadi pendamping hidup kita untuk selamanya. Menyerahkan mahkota yang kita punya hanya untuk lelaki yang kita cintai. Apabila kita salah dalam mengambil langkah tersebut, maka kerusakan dan kerugian ada pada diri kita seorang. Detik ini, apakah Sanaya telah salah dalam mengambil langkah? Karena sudah menyerahkan apa yang dia punya kepada pria yang tidak memiliki status apa pun dengannya? Sanaya telah menghancurkan kepercayaan yang diberikan ayah padanya dalam sekejap mata, lantaran menuruti nafsu yang sudah menggelapkan matanya. Memilih kalah dan
Baca selengkapnya
Bab 16—Apa Dilan tidak risih?
"A-apa?" Sanaya tercengang hingga untuk menelan ludah saja rasanya susah. "Jangan bercanda, Dilan! Gak lucu!" hardik Sanaya yang lantas melengos, untuk menghindari tatapan mata Dilan.Lelucon apa lagi ini? Sanaya sudah terjebak dalam kegilaannya sendiri. Dilan mengajaknya menikah?'Heuh! Gak! Gak bisa!' batin Sanaya yang terus saja menolak kenyataan. Ini semua terjadi juga karena tindakan bodohnya yang sudah melibatkan Dilan."Kenapa, Mbak? Mbak gak mau?" tanya Dilan yang jelas-jelas tahu arti dari keterkejutan Sanaya. Namun, bukankah ini sudah benar? Dia berniat baik dan ingin bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah mereka lakukan tadi.Akan tetapi, Dilan seakan tidak mengerti dengan sikap Sanaya yang mencoba menghindar. Apa sebenarnya yang diinginkan atasannya ini? Kenapa selalu saja membuat semuanya semakin rumit dan... jadi serba salah.Sanaya menarik napas dalam-dalam seraya memejam sejenak. Kalimat yang hendak dia lontarkan mungkin akan semakin menyakiti hati Dilan."Enggak!
Baca selengkapnya
Bab 17—Dilan Cuti?
Hari ini Sanaya berangkat ke Restoran agak siangan. Selain tubuhnya yang merasa lelah dan remuk, Sanaya juga ingin menghindari Dilan. Dia belum siap untuk bertemu pemuda itu dalam keadaan kacau seperti sekarang. Seperti hari-hari lalu, gadis itu semalaman tidak bisa tidur, karena terus mengingat pergumulan panasnya bersama Dilan. Imbas dari kebodohan dan keputusan yang diambil, kini Sanaya kembali merasa dilema. Hingga, tanpa sadar mempengaruhi konsentrasinya dalam bekerja. Sebelum kejadian tersebut, Sanaya tidak pernah merasa sekacau ini. Hidupnya selalu disiplin, teratur dan penuh perencanaan. Tak pernah sedikit pun dia melakukan kesalahan. Sanaya tipe perempuan yang sangat memegang prinsip. Namun, setelah dia mengenal dan dekat dengan Dilan, semua yang ada pada dirinya perlahan menghilang. Mulai dari berbohong, membawa laki-laki masuk ke apartemen. Lalu, pergi makan es krim berduaan, masuk ke apartemen pria yang tak memiliki status dengannya, dan terakhir melakukan... "Argh...!!
Baca selengkapnya
Bab 18—Dipercepat?
Sepulang dari Restoran, Sanaya tidak langsung menuju ke apartemen. Dia diminta Leo untuk ke rumah tunangannya itu, lantaran calon mertua Sanaya ingin bertemu. Dan, dengan terpaksa Sanaya menuruti saja perintah Leo, walau tubuhnya benar-benar merasa lelah hari ini.Hubungan Sanaya dan maminya Leo terbilang akrab dan dekat. Perempuan paruh baya itu sangat menyayangi Sanaya seperti putrinya sendiri, begitu pun papinya Leo. Persahabatan antara ayah dan papinya Leo terjalin semenjak di bangku kuliah. Karena itu, mereka telah merencanakan perjodohan ini sejak lama. Tak sekedar perjodohan, pertunangan ini terjadi lantaran ayah yang mempunyai utang budi kepada papi Leo. Sama-sama anak tunggal, Sanaya yang hanya memiliki ayah di dunia ini, harus menerima perjodohan tersebut dengan berat hati. Entah, dengan Leo, yang selama ini tidak pernah sekali pun terlihat membangkang kedua orang tuanya. Seperti biasa, mami selalu memperlakukan Sanaya dengan penuh kasih sayang. Memanjakan sang calon menan
Baca selengkapnya
Bab 19—Enggak Boleh!
Harusnya, Sanaya tahu akan berakhir seperti apa dirinya saat berani bermain-main dengan Leo. Tak hanya fisiknya yang sakit, hati dan batinnya pun turut merasakan pedih. Bekas tangan yang terukir di pipinya masih tak seberapa, dibandingkan dengan tekanan yang dia terima.Sanaya meringis, menahan rasa perih di area wajah dan sudut bibirnya yang sobek. Sengaja, membasahi sekujur tubuhnya di bawah kucuran air shower agar rasa sakit yang bercokol di dada bisa sedikit berkurang. Rencana pernikahan yang dipercepat dan terkesan mendadak, membuat kepala Sanaya semakin berdenyut. Itu artinya, tidak lama lagi dia akan hidup selamanya bersama Leo. Laki-laki dengan segala pikiran licik dan sikap kejamnya. "Apa aku sanggup hidup bersama dengan Leo?" Keraguan itu semakin besar di hati Sanaya, saat menyadari semua ini memang sudah terlambat. Dia dan Leo, mungkin memang ditakdirkan bersama. Menghabiskan sisa hidupnya dengan lelaki arogan itu. "Dilan...." Bahkan, di saat seperti sekarang, hanya Dila
Baca selengkapnya
Bab 20—Ini Tanggal Berapa?
Selama Dilan cuti, pekerjaan Sanaya menjadi dua kali lipat dari biasanya. Pekerjaan yang seharusnya dipegang Dilan, kini terpaksa dirinya yang menghendel. Cukup merepotkan memang, tetapi Sanaya juga tidak bisa menolak permintaan customer yang menginginkan owner restoran turun tangan. Masalahnya tidak hanya pada pekerjaan saja yang semakin banyak. Beberapa hari ini tubuh Sanaya juga mudah sekali lelah. Perempuan itu sama sekali belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Tidak bersemangat dan mood yang sering berubah-ubah. "Hfuuh...." Helaan panjang berembus dari bibir serta hidung Sanaya. Meletakkan ponselnya, lalu menopang kepala dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerja. "Pusing," keluhnya lirih. Guna menghilangkan rasa pusing Sanaya lantas memijat pelipis dengan ke sepuluh jarinya. Memejamkan mata, sambil merilekskan otot-otot leher yang sedikit kaku. Kepenatan yang mendera seakan menumpuk di pundak Sanaya. tok!tok! "Masuk!" seru Sanaya kepada orang yang baru saja me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status