All Chapters of NODA DI MALAM PERTAMA : Chapter 11 - Chapter 20
74 Chapters
BAB 11 - Cobaan Kesekian
"Kalian harus segera mempunyai anak, Rissa." Pandangan Nina tidak terlepas mengarah pada album foto yang kini sudah mulai usang. Gambar yang tercetak jelas di sana kenangan bersama almarhum suaminya yang sudah beberapa tahun ini meninggalkannya. Meski pun begitu, Nina tidak menghilangkan statusnya sebagai ibu dari Rissa. Dia menganggap wanita itu sudah seperti anak kandungnya, karena dari kecil dia menjaganya dengan sepenuh hati. Maka, tidak aneh lagi jika ada seorang ibu tiri yang menyayangi anak dari istri pertama suaminya. "Iya, Mah. Hari ini aku mau coba bicara sama Kang Alvin.""Nah iya. Alvin suka sama anak kecil, kalau kalian punya anak kan jadinya dia enggak terus dekat sama anak orang lain." Nina membalik lembar album yang lain, di sana ada gambar seorang anak perempuan yang tengah merangkak. Terlihat dari wajahnya tampak sumringah, mungkin karena dibuat senang oleh ayahnya yang berada di balik kamera. Sudut bibir Rissa tertarik ke atas membentuk senyuman, dia tahu siapa o
Read more
BAB 12 - DUA GARIS MERAH
Nissa memuntahkan segala makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya, Nina sangat khawatir saat melihat putrinya bolak-balik ke kamar mandi bahkan dengan wajah yang begitu pucat pasi. "Kamu kenapa sih, Sayang?" tanya Nina mengelus puncak kepala gadis itu dengan lembut. Jawabannya hanya dengan gelengan pelan. Seingat ibunya Nissa memang memiliki penyakit lambung, dia selalu saja kambuh setiap kali telat makan. Mungkin saja kali ini juga seperti itu karena akhir-akhir ini putrinya tidak nafsu makan, dia seringkali mengakhirkannya. "Kamu enggak enak badan ya?" tanya ibunya, sambil mengurut punggung putrinya. Gadis berusia tujuh belas tahun itu mendudukkan dirinya di sofa sambil memijat pelipisnya yang terasa pening. Bulir bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya kini luruh begitu saja membasahi permukaannya. "Kamu pusing, Sayang?" tanya Nina, dia cepat membawa minyak kayu putih lalu dibalurkan pada leher putrinya. "Mau muntah lagi?" Nina begitu telaten mempertanyakan k
Read more
BAB 13 - PERTENGKARAN RISSA
"Aku hamil?" Nissa mengulang pertanyaan itu dengan nada ragu. Tangannya gemetar memegang benda test kehamilan yang menunjukkan dua garis merah. Kehidupannya seolah berjungkir balik meniadakan masa depan. Perjuangannya masih panjang, dia belum mencapai keinginannya. Namun, apa yang terjadi sekarang? Dia tengah berbadan dua saat dirinya masih terduduk di bangku SMA. Apa yang akan terjadi jika saja Nina dan Rissa mengetahui perihal kehamilannya? Mereka pasti akan kecewa karena Nissa satu-satunya harapan keluarga. Gadis itu terus memukuli perutnya yang masih rata, dalam rahimnya kini terdapat darah dagingnya yang menggumpal akan tumbuh berkembang menjadi seorang malaikat kecil. Kebanyakan pasangan menunggu kehadiran bayi mungil dalam bahtera rumah tangganya seperti halnya Rissa dan Kang Alvin yang begitu menginginkan keturunan. Akan tetapi, berbeda lagi dengan Nissa yang masih anak sekolah. Bahkan dia belum mempunyai suami. Hal itu yang membuat kepalanya nyaris membludak. "Apa yang
Read more
BAB 14 - TESTPACK
"Apa kamu akan bertahan denganku meski percobaan itu tetap tidak ada hasilnya?" tanya Rissa membuat Kang Alvin terdiam. Suasana di dalam kamarnya menjadi hening karena pertanyaan Rissa yang membuat Kang Alvin bungkam seribu bahasa. Pria itu mendudukkan dirinya di samping dipan, mencoba menenangkan dirinya. Dia menarik lengan istrinya, memintanya untuk duduk di sampingnya. Rissa menurut terduduk di sampingnya, Kang Alvin mengusap lembut punggung tangannya. Dia pula menyandarkan kepala sang istri ke bahunya, membiarkan wanita itu untuk menumpahkan segala sedih dan resah dalam dirinya. "Kita tanggung semua permasalahan itu bersama ya, Sayang." Kang Alvin menenangkan istrinya, dia mengusap lembut puncak kepala Rissa yang tertutupi dengan pashmina berwarna toska. "Kamu akan tetap bertahan, Kang?" tanya Rissa lagi, dia mencoba meyakinkan suaminya barangkali Kang Alvin hanya sekedar menghiburnya saja. "Aku akan tetap bertahan bersamamu, Sayang."Kepalanya mengangguk pelan, Kang Alvin si
Read more
BAB 15 - SIAPA LEA?
"Bukan benda apa-apa kok, Kak." Nissa menyunggingkan bibirnya membentuk senyuman seolah tidak ada masalah. Padahal Rissa merasa adanya kejanggalan pada adik tirinya itu. "Kamu enggak menyembunyikan sesuatu pada kakak kan?" tanya Rissa, kedua alisnya saling bersinggungan seolah tidak mempercayai apa yang sudah Nissa katakan. "Iya kan, Bi? Bukan benda apa-apa?" tanyanya. Ekor matanya melirik Bi Ratih penuh dengan ancaman. Janda beranak satu itu menundukkan kepalanya dalam, dia seolah tidak berani menatap adik dari majikannya. "Saya permisi dulu." Bi Ratih membawa nampan berisi mangkuk dan gelas kotor itu keluar kamar. Sepertinya dia tidak ingin ikut campur dengan perseteruan antara adik-kakak itu. Senyuman Nissa tidak pudar dari bingkai paras ayunya. Dia seolah mengatakan lewat gerakan bibirnya pada Rissa bahwa dia tidak menyembunyikan apa pun. Akan tetapi, pandangan kakaknya sangat jeli turun ke arah tangan sang adik yang disembunyikan ke belakang punggung. Entah apa benda yang dis
Read more
BAB 16 - MENGENAI LEA
"Kamu dari tadi di sana, Sayang?" tanya Kang Alvin yang baru saja menoleh ke belakang. Kedua matanya terpaku menatap ke arah Rissa yang berdiri mematung di ambang pintu. Wanita itu juga tampak terkejut karena sudah tertangkap basah tengah menguping pembicaraan suaminya. Bisa dibilang Rissa tidak sopan karena sudah berani mendengar pembicaraan suaminya dengan seseorang lewat telepon. Akan tetapi, apakah wanita itu tidak diperbolehkan mengetahui segala hal mengenai suaminya? Dia perlu tahu apa yang terjadi dalam hidup Kang Alvin yang bisa dibilang penuh dengan misteri. Pertama kali menikah dia sudah dilibatkan masalah yang membuat kepalanya nyaris pecah. "A-aku baru aja tadi kok." Rissa gelagapan saat mengatakannya. Dia hendak berbalik, tapi istrinya menghentikan langkahnya, membuat wanita itu kembali berbalik menatap suaminya. "Sayang ...," panggilnya pelan. Pria itu melemparkan senyuman manisnya yang membuat sudut bibir Rissa ikut tertarik ke atas. "Aku tidak pernah menuntun sesua
Read more
BAB 17 - KUE TART
Rissa kali ini tidak bisa tinggal diam, dia harus lebih memperluas pengetahuannya mengenai Kang Alvin. Namun, kepalanya bisa saja pecah jika terus memikirkan persoalan mengenai suaminya. Mencari bukti mengenai perselingkuhan Kang Alvin membuatnya lupa dengan tanggal lahir pria itu. Ternyata hari ini suaminya berulang tahun, sudah menjadi keharusan baginya memberikan kejutan. "Kang ... mau pergi kerja?" tanya Rissa pelan. Pria itu mengangguk pelan membenarkan pertanyaan istrinya. Dia memang hendak pergi bekerja, bahkan dirinya sendiri melupakan tanggal kelahirannya. Hal itu menguntungkan bagi Rissa untuk membuat kejutan. "Iya dong. Masa enggak." Kang Alvin menyunggingkan senyumannya sangat manis. Kedua matanya keliaran mencari seseorang, gadis berbaju putih abu itu belum terlihat dari pandangannya. Ya, Nissa mengurung dirinya di dalam kamar mengatakan pada Nina jika dia tidak enak badan. "Nissa kenapa lagi?" tanya Kang Alvin. Dia meneguk segelas air putih sampai setengahnya. "Sa
Read more
BAB 18 - KEJUTAN YANG GAGAL
Kang Alvin mencekal pergelangan tangan istrinya, dia seolah tidak ingin melepaskannya. Takut jika Rissa benar-benar akan pergi menemui wanita yang mengakui sebagai istrinya. "Lepasin, Kang! Aku pengin tahu siapa istri kamu!" sergahnya. Rissa berusaha melepaskan dirinya, tapi Kang Alvin tidak memberikannya kesempatan untuk pergi menemui wanita itu. "Kenapa kamu mencegah aku untuk menemui dia? Apa kamu takut, Kang?" tanya Rissa, matanya menatap tajam ke arah suaminya. Tidak terasa bulir bening yang menggenang di pelupuk matanya meluruh begitu saja bersamaan dengan isak tangisnya yang tidak bisa ditahannya lagi. "Aku mohon, Sayang. Percayalah pada aku. Aku hanya mempunyai kamu. Tolong, percayalah.""Lalu, kenapa kamu seperti ini mencegahku, Kang?" tanya Rissa, wanita itu cepat menyeka air matanya dengan kasar. Pria itu membenarkan ucapan istrinya, tidak seharusnya dia mencegah Rissa untuk menemui wanita itu di luar ruangan kalau pun memang dia tidak bersalah. Perlahan, genggamannya
Read more
BAB 19 - SURAT NISSA
"Kenapa kamu mau pergi dari rumah, Nissa?" tanya Nina yang berada di ambang pintu kamar. Jemari gadis itu saling bertautan bahkan tangannya gemetar ketakutan bagaimana jika ibunya sedari tadi berada di balik pintu dan mendengarkan ucapannya mengenai kehamilan Nissa. Apa yang harus dia jelaskan pada Nina jika ibunya menanyakan kebenaran tersebut? Nissa tidak bisa mengatakan tentang kehamilannya yang masih terbilang masih muda. Berita itu akan tersebar sampai ke telinga kakaknya, pasti Rissa akan sangat kecewa mendengar hal itu. Nissa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia kebingungan harus mengatakannya dari mana. "Jawab pertanyaannya. Kamu mau ke mana?" tanya Nina dengan suara lantang. Gadis itu terkesiap mencoba untuk menetralkan pemikirannya agar bisa menjawabnya dengan benar. "Nissa cuman mau berlibur, Mah.""Ke mana?" tanya Rissa yang tiba-tiba datang di belakang Nina. Keluarganya memang sangat over protektif kepada anak remaja itu. Mengetahui pergaulan zaman sekarang y
Read more
BAB 20 - PERKARA NISSA
Plakkkk! Gadis berambut panjang itu mengusap pipi kanannya karena terasa kebas. "Kamu hamil sama siapa, Nissa?" tanya Rissa dengan suara menggelegar. Padahal gadis itu baru saja pulang dari luar, tapi sudah disuguhi dengan tamparan serta pertanyaan pedas dari kakak tirinya. Mulut Nissa bungkam seribu bahasa seolah tidak bisa untuk berkata. Lidahnya terlalu kelu mengatakan segala hal yang terjadi pada dirinya, dia bahkan tidak bisa menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. "Jawab pertanyaannya!" sergah Rissa lagi. Sesekali Nissa menggeleng pelan mencoba memberikan isyarat jika permasalahan tersebut hanya hoax. Lagipula kakaknya tahu dari mana. Bi Ratih cepat pergi ke dapur menjauhi masalah antara adik-kakak yang saling berseteru. Nina pula kini keluar dari kamarnya karena mendengar suara yang cukup mengganggu pendengarannya. "Bukti sudah ada di tanganku, Nissa! Kamu tidak bisa mengelak." Rissa mengacungkan surat yang dipegangnya. Selembar kertas berwarna putih itu memperlihatk
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status