Semua Bab Istri Dekilku Anak Sultan: Bab 81 - Bab 90
431 Bab
Bab 81
"Pak .. berhenti! Saya turun di sini!" Raka langsung keluar dan berlari memasuki gedung, ketika Pak Pardi menghentikan mobil. "Pak, saya juga turun di sini!" selaku. Akupun mendekati kerumunan itu. Sepertinya para karyawan tidak menyadari kedatanganku di belakang mereka . Diam-diam aku mendengar perbincangan mereka. "Bu Aina pasti sangat mencintai Pak Raka, sampai dia nekad mau bunuh diri agar Pak Raka mau kembali padanya." "Dulu mereka sering kemana-mana berdua. Mereka terlihat cocok." "Kenapa Pak Raka tidak menikah dengan Bu Aina saja?" Ya Allah ..., ternyata mereka dulu sangat dekat. Bahkan hampir semua karyawan sudah mengetahuinya. Hatiku terasa diremas mendengar ini semua. Aku mendongakkan kepala ke atas. Astaga ..! Aina berdiri tepat pada lantai paling atas gedung ini. ... Wanita cantik itu sepertinya sedang menangis tergugu. Sesekali punggung tangannya mengusap matanya yang basah. Gedung staf direksi memang tidak setinggi gedung operasional. Gedung yang hanya terdir
Baca selengkapnya
Bab 82
Perlahan aku mendekati ruangan yang ternyata adalah ruang rapat direksi. Dengan langkah pelan aku mencoba untuk masuk ke dalam. Aku hampir terpekik ketika melihat pemandangan memuakkan tepat di depan mata dan kepalaku. Dari balik pintu ini nampak sepasang manusia sedang bermesraan di ruangan itu. Mereka melakukannya di atas meja panjang yang terdapat di tengah-tengah ruangan. Begitu menjijikkan. Desahan dan napas yang memburu dari wanita bernama Aina itu jelas terdengar di ruangan yang sangat sepi ini. Wanita itu begitu bergairah hingga tak menyadari kedatanganku. Tubuh wanita seksi itu berada tepat di atas tubuh suamiku. Aina, wanita terhormat itu bagaikan seorang wanita penghibur bermain diatas tubuh suamiku. Tapi kenapa Mas Raka yang terbaring di meja panjang itu bergeming saja? Bahkan Raka sama sekali tak bergerak ketika dengan buas perempuan itu melucuti pakaian suamiku satu persatu. Hatiku bagaikan diremas. Sakit sekali. Begitu tega Raka menghianatiku. Tak terasa air mata
Baca selengkapnya
Bab 83
Napasku tersengal. Pikiranku tak lepas pada suamiku. Saat ini dia berada dalam genggaman wanita gila itu. Bagaikan menghitung detik jam, dengan jantung berdebar menunggu pintu lift terbuka. "Bu Shinta! Syukurlah ibu tidak apa-apa!" Betapa lega rasanya, ketika pintu lift terbuka, Pak Pardi sudah berdirii di depan lift bersama beberapa security. "Pak .., tolong! Tuan Raka dalam ancaman wanita yang bernama Aina.Bawa beberapa security ke ruang rapat direksi." cecarku dengan napas masih tersengal-sengal. "Hati-hati, Pak! Wanita itu sepertinya tidak waras." lanjutku lagi sebelum Pak Pardi dan dua oang security masuk ke dalam lift.Dan satu security naik melewati tangga darurat. Sementara aku menghubungi polisi lewat telpon kantor. Tak henti-hentinya aku berdoa demi keselamatan suamiku. Aku yakin, bahwa yang mengirim pesan pada pak Pardi tadi adalah Aina. Wanita itu pasti menggunakan ponsel Raka. Dengan tubuh masih gemetar aku menunggu kedatangan polisi di main lobby bersama bebera
Baca selengkapnya
Bab 84
Pov Raka Aina tak henti-hentinya menghubungiku. Wanita itu tetap tidak terima aku menikahi Maira. "Mana janjimu, Raka? Aku tak menyangka kamu akan melanggar janjimu!" geram Aina padaku Siang itu Aina memaksa minta bertemu di depan salah satu cafe. Jika aku tidak menemuinya, dia akan membongkar semua rahasiaku. Untuk menghindari publik, Kamipun berbicara di dalam mobil. "Janji apa Aina? Sebaiknya urus saja dirimu sendiri. Aku sudah tak ada urusan denganmu. Hubungan kita sudah lama selesai," tegasku. "Dasar laki-laki buaya! Selama ini kamu hanya mempermainkan perasaanku saja. Bahkan kau telah merenggut kesucianku, Raka," jeritnya tertahan, matanya menatap nanar padaku Bagai di hempas batu besar, kata-kata Aina barusan membuatku merasa paling bodoh. Entah kenapa dulu aku begitu saja tergoda oleh wanita ini. Padahal sejak awal aku telah bertekad ingin mencari Maira, dan hanya Maira wanita satu-satunya menjadi impianku. "Maafkan aku Aina. Bukankah kita melakukannya saat itu ata
Baca selengkapnya
Bab 85
Ternyata Aina tidak menyerah begitu saja. Sejak pertemuan siang itu, dia terus-terusan menerorku. Seperti saat ini. Dia mengancam akan bunuh diri jika aku tak datang menemuinya di kantor. Tidak hanya itu, orang tuanya pun ikut mengancamku. Jika terjadi apa-apa pada Aina, maka akulah penyebabnya. "Raka ... jika kamu tidak meninggalkan perempuan kampung itu, Aku akan bunuh diri!" "Raka ... ,ayo nikahi aku. Jika tidak, lebih baik aku mati." "Raka ..., Aku akan bunuh diri di kantormu. Agar dunia tahu, bahwa kamulah penyebab aku mati." Sungguh aku panik mendengar ancaman demi ancaman dari wanita gila itu. Aina adalah wanita yang licik dan nekad. Aku tambah panik ketika Maira ingin ikut ke kantor. Bagaimana jika nanti mereka bertemu? Bagaimana jika Aina mengatakan semua rahasia ini? Tidak! Maira jangan sampai mengetahui apapun tentang masa laluku. Begitu tiba di lobby kantor, aku segera berlari menuju lantai paling atas gedung direksi. Sesuai permintaan wanita itu, hanya aku ya
Baca selengkapnya
Bab 86
Setelah melewati proses selama beberapa bulan, akhirnya Eternal Group resmi menjadi milikku. Acara peresmian rencananya akan diadakan minggu depan. Semua pimpinan dari anak perusahaan akan diundang. Sungguh aku merasa ini bagai mimpi. Rasanya baru kemarin aku menjadi istri dan menantu yang selalu diperlakukan semena-mena. Aku si istri dekil yang selalu menjadi tempat bullyan keluarga Alif. Enam bulan tinggal bersama mereka bagaikan bertahun-tahun lamanya. Namun kini aku telah menjadi seorang ratu di rumahku. Suami yang tampan dan sangat mencintaiku. Orang tua yang begitu sayang padaku. "Shin, Raka berpesan sore ini kamu jangan lupa periksa kandungan," "Loh, Kak Hafiz nggak ngantor?" tanyaku heran melihat kakakku itu sudah berada di rumah di saat masih siang. Sejak Hafiz sembuh, aku memintanya untuk membantu Raka menjalankan perusahaan. Karena aku sedang fokus dengan kehamilanku yang semakin membesar. "Raka minta aku antar kamu ke dokter kandungan." "Memangnya Raka ke mana, K
Baca selengkapnya
Bab 87
"Kenapa lagi ? Kok wajahnya jelek?" Hafiz melirikku dengan raut wajah khawatir. "Apaan sih? Kak Hafiz tuh yang jelek, sampai sekarang masih aja jomlo!" bisikku seraya melotot pada hafiz yang berada di sebelah kiriku. "Kalau lagi hamil jangan galak-galak! Nanti anaknya ganteng kayak aku, repot!" ledeknya lagi membuat aku menutup mulut menahan tawa. Untung saja Hafiz bisa menghilagkan rasa kesalku pada Raka. Tapi tetap saja hati ini tidak terima karena selalu di nomor duakan oleh suamiku itu. Selalu saja pekerjaan yang menjadi alasannya. Tiba-tiba saja aku ada ide agar Raka datang menjempurku ke rumah sakit ini. "Aduuh ....Kak, perut aku tiba-tiba sakit ." "Wah! jangan-jangan kamu mau melahrkan sekarang, Shin? Iyaa Shin?" Aku terkikik dalam hati melihat Hafiz begitu panik. "Suster ..., tolong ,Suster!" Aku tersentak ketika Hafiz spontan mangangkat tubuhku dan membawanya ke dalam ruang dokter. "Silakan berbaring di sana, Bu. Nanti di periksa dokter!" ujar seorang suster mengha
Baca selengkapnya
Bab 88
"Tolong jawab aku sekarang, Mas!" ketusku seraya menepiskan tangannya. Raka terlihat gusar. "Oke ..., Kamu mau tau siapa wanita itu?" "Iya. Siapa dia, Mas?" tanyaku lagi dengan dada berdegup kencang. "Wanita itu adalah ... Aina!"Tubuhku sontak terasa lemas. Ternyata sejauh itu hubungan Raka dengan Aina. Bukankah dia bilang mencariku selama bertahun-tahun? Bukankah dia bilang hanya aku cinta sejatinya sejak dulu? Tubuhku bergetar hebat. Air mataku luruh tak tertahankan. Rasanya begitu berat kenyataan yang aku hadapi. Aku pikir hanya aku satu-satunya wanita yang kamu cintai. Atau mungkinkah kamu sama saja seperti yang lainnya? "Aku tak menyangka hubunganmu dengan perempuan itu begitu jauh, Mas." "Maira ... Maira ... dengarkan aku dulu! Aku mohon ...!" Raka berusaha meraih tanganku. Aku pun berusaha menepisnya. Namun tak berhasil. "Aku memang bodoh. Aku memang laki-laki bodoh. begitu mudahnya tergoda oleh wanita seperti Aina. Pergaulan bebas di luar sana membuatku lupa di
Baca selengkapnya
Bab 89
"Mas, Aku kepikiran dengan Bu Nurul dan Ibunya Mas Alif." "Kenapa?" "Bolehkah aku membantu mereka?" Raka yang sedang asik dengan laptopnya, menghampiriku yang sedang bersandar pada nakas tempat tidur. "Sungguh hatimu seluas samudra, Sayang. Bahkan pada orang-orang yang telah menzolimimu. kamu masih berbuat baik," ujar Raka seraya memelukku. "Ayo kita kunjungi mereka kapanpun kamu mau!" "Boleh?" tanyaku antusias. Raka mengangguk. "Sekarang kita ke Panti, yuk!" ajakku senang, membayangkan akan bertemu dengan sahabatku, Hikmah. "Ayo! Bersiaplah! Aku tunggu disini!" Bagaikan seorang anak kecil yang akan diajak jalan-jalan oleh ayahnya, Aku terlonjak kegirangan. Begitu aku merindukan Hikmah, sahabatku. Sejak malam itu, belum sekalipun kita kembali bertemu. "Di acara peresmian nanti aku ingin mengundang keluarga Panti dan Keluarga Alif," ujarku ketika kami sudah di perjalanan menuju rumah panti. "Silakan, Sayang... Siapapun boleh kamu undang." Kami memasuki halaman panti. S
Baca selengkapnya
Bab 90
Tanpa terasa kami telah tiba di depan rumah Alif. Rumahnya nampak sepi. Aku mencoba untuk masuk. Namun pagarnya terkunci. "Cari siapa, Mas, Mbak?" "Eh ... Pak Rt. Rumah Bu Minah kenapa sepi, Pak? "MasyaAllah ..., ini Mbak Shinta?" teriak Pak Rt yang nyaris terlonjak ketika melihatku. Sementara para tetangga yang mendengar mulai mendekat karena penasaran ingin melihat penampilanku yang sangat berbeda dengan dulu. Aku tersenyum dan mengangguk ramah pada mereka yang saling berbisik. "Masa itu si Shinta?" "Shinta yang dulu dekil?" "Kok beda banget ya sekarang." Mereka terus berbisik sambil memandangku. "iyaa, Apa kabar, Pak? Kenalkan ini suami Saya!" sahutku seraya memberi kode pada Raka. Aku terkikik dalam hati melihat para Ibu-ibu tetanggaku, ternganga memandang Raka. "Saya Raka." Suamiku menyalami Pak Rt dengan ramah. "Maaf Mbak Shinta, kalau nggak salah rumah ini sudah di ambil alih oleh para penagih hutang." Astaga kenapa aku bisa lupa? Bukankah Ibu pernah bilang pad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
44
DMCA.com Protection Status