Semua Bab Istri Gendutku dari Desa Ternyata Orang Kaya: Bab 11 - Bab 20
190 Bab
Jual Emas di Rumah Pak Amet
Asmi menyeka air mata di pipinya."Beneran Aa mau bantu Neng nyari bapak kandung, Neng?""Beneran dong, jangankan bapak yang hanya manusia biasa, alamat yang enggak jelaspun selalu Aa cari-cari sampai dapat.""Alamat siapa?""Alamat yang punya paket dong Neng, Neng lupa ya kalau Aa ini babang kurir?" candaku, Asmi tertawa mendengarnya.Di tengah obrolan kami terdengar suara lagu naik delman diputar, kukira ada odong-odong lewat tahunya ponsel Asmi yang bunyi.'Pada hari minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa kududuk di muka.'Aku tepok jidat, kenapa nada deringnya harus naik delman sih Asmiii? Ampun dah."Halo Assalamualaikum Paman, kumaha?" kata Asmi dalam sambungan telepon yang diloudspeaker."Waalaikumsalam Neng, si bapak teh nuju udur ripuh geulis tos 3 dinten dirawat di rumah sakit teu acan aya perobahan, geura uih heula ka lembur sakedap mah karunya bisi aya naon-naon, tenang upami tos silih hampura mah, karunya ongkoh si ibu bisi teu gaduheun kanggo bekel di rumah sa
Baca selengkapnya
Ngerjain
"Oh ya A, sebelum pulang mampir dulu ke gudang ya, Neng mau pamitan ke pegawe gudang karena mau pulang kampung, siapa tahu kan nanti di sana kita bakal lama," kata Asmi kemudian.Aku manut saja kebetulan juga aku ingin tahu di mana gudang usahanya itu berada.Selesai minum cendol kami segera melaju ke arah Cipondoh di mana letak gudang usaha Asmi berdiri, aku pikir cuma ruko kecil tapi ternyata aku salah, gudangnya cukup besar karena ada dua rolling pintu yang Asmi sewa, saat kulihat dalamnya benar ada 3 orang karyawan di sana, 2 orang perempuan dan satu laki-laki yang sedang jualan live di salah satu market place.Aku sampe geleng-geleng melihat ternyata istriku sehebat itu, bertumpuk-tumpuk barang jualannya ada di ruko sebelah dan sebelahnya ia jadikan kantor admin untuk 3 orang karyawannya itu, Asmi hanya memantau dari jauh lewat hp sejak Asmi menikah denganku, tapi meski begitu Asmi selalu bekerja keras sampai harus begadang tiap malam agar ia bisa mengecek semua laporan yang masu
Baca selengkapnya
Pulang Ke Desa
Malam hari kami naik bus Luragung Jaya pukul 8 malam dari kota Tangerang. Melewati jalan tol Cipali menuju kota Cirebon dan sampai di terminal Kertawangunan Kuningan pada pukul 3 pagi.Aku pikir turun dari bus ini desa Asmi sudah dekat sehingga kami bisa langsung ke sana tapi ternyata kata Asmi kami masih harus melewati jalan desa yang cukup jauh dan berkelok.Karena tidak mungkin kami masuk ke desa pagi buta begini, sebab tidak ada angkutan umum juga akhirnya Asmi membawaku ke tempat paman dan bibiknya dulu di daerah Lebakwangi Kuningan untuk beristirahat.Selepas subuh berjamaah di sebuah saung aku mengobrol dengan pamannya Asmi yang dulu datang ke acara pernikahanku, meski udaranya sangat dingin sebab angin pesawahan tak hentinya menerpa wajah dan kulitku tapi aku sangat senang karena bisa mengobrolkan banyak hal dengan beliau.Beliau bilang Asmi itu adalah pekerja keras, selain usaha onlinenya baru kutahu juga bahwa Asmi adalah juragan sawah di desanya.Hampir semua sawahnya yang
Baca selengkapnya
Pencarian
Bu Sarah lalu bangkit dan pergi begitu saja saat melihat Asmi datang ke hadapannya.Asmi segera menyusul dan aku juga mengekor di belakang Asmi."Ibu, Asmi teh hoyong nyuhunkeun hampura, Asmi teu tiasa ningali si bapak sa teu acanna teu aya, Asmi sedih Bu, pamugia si bapak ditampi iman islam na." Begitu kata Asmi dalam bahasa sunda lagi.("Ibu, Asmi teh mau minta maaf, Asmi gak bisa lihat si bapak sebelum beliau tiada, Asmi sedih Bu, semoga si bapak diterima iman islamnya.")Ah lagi-lagi aku harus garuk-garuk kepala, rasanya menyesal aku tidak belajar bahasa Sunda ke si Dadang temen kuliahku di Tangerang. Padahal si Dadang itu pinter, aku malah gaul sama si Jehanex alhasil aku jadi belangsak dan gak tahu apa-apa begini.Tapi meski aku tak mengerti obrolan mereka, aku tetap memperhatikan Asmi dan ibunya di dekat pintu kamar."Ieu Bu, sakedik kanggo ngabantosan kariripuh Ibu sareng kanggo tahlilan bapak."("Ini Bu, sedikit untuk bantu kesusahan Ibu dan buat acara tahlilan bapak.")Asmi
Baca selengkapnya
Cerita di Desa
"Cep." Nenek menepuk pundakku."Eh iya, Nek.""Malah bengong. Gimana kabar orang tuamu? Sesekali ajak atuh mereka ke sini, mereka sayang kan sama Asmi?"Aku diam sebentar, gimana ini? Jangankan sayang sama Asmi, nerima aja kagak. Tapi gak mungkin juga kan kalau aku cerita yang sebenarnya? Bisa sedih nanti neneknya Asmi."Sayang kok Nek, mereka sayang sama Asmi, lain kali Acep bawa mereka main ke sini," jawabku akhirnya meski harus berbohong juga.***Esok hari.Sebelum kami pulang esok lusa, Asmi mengajakku ke kota Kuningan. Kata paman aku harus diajak kesana agar aku tahu beberapa tempat di kota Kuningan sekalian beli oleh-oleh untuk ibu dan sodara-sodaraku di Tangerang.Tempat yang pertaman kudatangi adalah mesjid Syiarul Islam, di sampingnya ada taman kota untuk kami duduk santai, berolahraga santai atau sekedar berswafoto. "Neng, kenapa sih kota Kuningan ini julukannya harus kota kuda? Kenapa bukan kota emas? Kan namanya aja udah bagus tuh Ku-ningan yang artinya emas-emas gitulah
Baca selengkapnya
Antar Paket ke Rumah Indosiar
"Boleh boleh kalau bayarannya emas gini sih Mbak mau aja, tapi inget, jangan sampe keceplosan omongan lagi!" tegasnya padaku.Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Mbak Andin pamit pulang karena katanya mau jemput anak-anak juga di sekolahnya.Huh dasar artis emas terigu, kalo emasnya udah dapet aja langsung dah tuh pergi.Setelah Mbak Andin pulang, cepat aku bertanya, "Neng, kenapa harus kasih emas itu ke mbak Andin sih?""Gak apa-apa A, itu cuma 0,05 gr ini, sisanya juga kan mau kita jual ke Pak Amet kalau kita jadi beli rumahnya."."Iya sih Neng, tapi sebaiknya dilihat aja dulu Neng rumahnya.""Iya tenang, Aa." Setelah beristirahat sebentar di kontrakan, aku pamit untuk masuk kerja. Sebab tidak enak karena aku sudah sering sekali bolosnya. Dan mau tak mau Asmi harus setuju meski katanya masih mau kangen-kangenan.Sampai di kantor ekspedisi aku segera melakukan pendataan alamat paket yang akan kuantarkan, setelah itu barulah aku jalan mengantarkan paket dari satu alamat ke alamat la
Baca selengkapnya
Merubah Diri
"Ini loh Bu, emas dari si Asmi kemarin, katanya cindera mata karena abis pulang ke desa," kata Mbak Andin.Ibuku tak menjawab, beliau diam saja sambil melipat baju-baju yang baru saja diangkatnya dari jemuran."Tapi beneran loh Bu, Hanum juga dikasih emas sama Kak Asmi, bagus pula, kata mas Aldan emasnya juga emas antik, harganya pasti mahal," sahut Hanum."Terserah kalian aja lah, Ibu gak minat.""Kok gitu Bu? Lumayan loh Bu, kalau Ibu minta juga pasti bakalan dikasih," kata Hanum lagi."Amit-amit Ibu minta ke dia, emas Ibu udah banyak, uang juga gak kekurangan, kenapa Ibu harus minta ke anak gak jelas itu?" ucap Ibu pongah.Aku mengelus dada. Entah sampai kapan ibu itu tidak menyukai istriku ya Allah."Berarti Asmi itu emang banyak emasnya ya, pastinya dia keturuanan anak orang kaya di desanya," seru Mbak Andin lagi.Ibu menghentikan pekerjaannya, wajah beliau lalu berubah kesal, "kata siapa? Jangankan kaya raya, bapak aja kagak punya dia. Ibu yakin semua emas dan uang yang dia sumb
Baca selengkapnya
Dihina Tak Punya Bapak
"Ya udah, ya udah tapi nanti sistemnya Neng gaji Aa aja ya, dan setiap waktunya gajian uang gaji Aa Neng langsung ambil aja buat belanja sehari-hari kita," senyumku padanya.Asmi membalas dan mengelus daguku, "baiknya suami Neng."**Esok hari aku dan Asmi mulai bekerja di toko, tapi sebelum ke toko kami mampir dulu ke rumah Pak Amet untuk mengurus surat balik nama kepemilikan rumah.Kami baru bisa mengurusnya sekarang karena kemarin-kemarin orang tuanya Pak Amet masih belum memungkinkan untuk mengurus surat-surat itu.Ini pun harusnya kami urus di kantor notaris tapi karena orang tua nya Pak Amet itu masih sakit jadilah kami urus perpindahan nama itu di rumah Pak Amet saja dengan memanggil orang notarisnya ke rumah Pak Amet."Oh ya Mbak Asmi, ini Papa dan Mama saya," ucap Pak Amet saat kami baru sampai di kamar.Asmi diam sebentar, ia menatap lekat papanya Pak Amet yang tengah terbaring di atas kasur bersama istrinya."Terimakasih loh Mbak, Mas, lagi-lagi kalian yang nolongin saya,"
Baca selengkapnya
Menceritakan Kebenaran
"Cep, kalau nanti Asmi tinggal dulu di desa beberapa hari untuk mengurus ibunya bagaimana? Apa Acep keberatan?" tanya Nenek lagi."Enggak dong Nek, Acep pasti akan izinin kok, kasihan Neng Asmi selama ini merindukan sosok ibunya, mungkin ini adalah waktu yang tepat buat si Neng berbakti sama Bu Sarah.""Acep bener." Nenek menepuk pundakku lalu kembali ke kamarnya.***Seminggu sudah kami di rumah nenek, Asmi mengurus Bu Sarah dengan baik, aku juga gak kembali ke Tangerang karena aku merasa gak bisa jika harus jauh dari istri empukku.Selama di desa, sehari-harinya aku membantu Paman Emod mengurus sawah dan menggembala kambing. Kadang juga mencari kayu bakar dan rumput, persis seperti pekerjaan masa kecil Asmi.Kebetulan sawah Asmi waktunya panen saat aku di desa, senang sekali rasanya aku bisa merasakan hidup di desa, meski masyarakatnya sudah kental dengan gaya hidup masa kini tapi alamnya masih benar-benar indah dan terjaga, udaranya bersihpun dan keasriannya tak perlu diragukan lag
Baca selengkapnya
Bertemu Bapak Kandung
Setibanya di Tangerang.Tak menunggu lagi, kami langsung ke rumah Pak Amet.Baru saja kami sampai di gerbang rumahnya, kami sudah dibuat syok, pasalnya rumah Pak Amet sudah dipenuhi orang-orang yang tampak sedang melayat."Aa ada apa ini? Bapak enggak apa-apa kan, A?" Asmi mulai cemas di sampingku."Gak tahu sayang, kita berdo'a aja."Cepat kuparkirkan mobil Asmi di depan rumahnya Pak Amet dan buru-buru kami turun.Saat masuk ke dalam rumah Pak Amet, benar saja para keluarga terlihat sedang mendo'akan jenazah seraya terisak di sana, Aldan dan Hanum juga ada."Siapa yang meninggal, A? Bukan bapak kan, A?" Asmi terus saja mencecar dengan wajah panik dan resah.Tak pikir lama lagi, Asmi segera menemui Pak Amet yang tengah duduk di pojok ruangan."Pak, ini siapa yang meninggal?""Ibu saya, Mbak," jawab Pak Amet dengan suara serak. Asmi mengembuskan napas berat sambil memegangi dadanya.Aku melakukan hal yang sama, untunglah Tuhan masih beri kesempatan untuk Asmi bertemu bapaknya, entah ap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status