All Chapters of GARA-GARA DIMADU, AKU JADI NYONYA, KAMU JADI BABU.: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
Kemasi Barang-barangmu, Laras!
Bapak berbaring di tempat tidur dengan tangan bersedekap, matanya terpejam tapi jemari tangannya masih bergetar. Jelas terlihat ia hanya pura-pura tidur.Aku, Minah dan Mbok Darmi sibuk membersihkan kamarnya, pecahan beling dan kaca di mana-mana. Hampir semua benda di kamar ini tergeletak di lantai, jarang yang selamat , semua hancur berkeping, ada pun yang masih bisa diselematkan, pasti memiliki retakan atau pecahan."Terimakasih, Mbok."Mbok Darmi mengangguk. Mengelus lenganku. Ia menengok bapak sebentar sebelum meninggalkan kamar yang berhasil kami bersihkan setelah 1 jam bekerjasama saling membantu dengan hati-hati.Aku menutup kaki bapak yang terbuka, sedikit noda darah bahkan terlihat di sana. Seperti ada pecahan benda yang mengenainya. Bergegas aku mengambil obatk P3K, mengolesnya dengan alkohol, dan memberinya plester."Pergi dan bantulah Aaraf!" ucap bapak tanpa membuka mata.Aku mengerti dan langsung menemuinya, Den Aaraf masih menunduk di atas kursi. Satu jam lebih dia dala
Read more
Hatiku Mencelos
Aku seperti menyaksikan dua patung yang saling berhadapan, dekat tapi sibuk dengan perasaan masing-masing.Bapak duduk bersandar pada sandaran kasur, Den Aaraf masih berdiri menunduk di sampingnya.Aku menepuk kasur di samping bapak setelah membantunya. Meminta Den Aaraf untuk duduk di sini agar lebih dekat. Pria itu menurut, ia duduk dengan wajah yang semakin menunduk."Maaf, Pa. Aaraf belum bisa memberi Papa cucu," ucapnya parau, menahan tangis yang sepertinya kembali ingin tumpah.Bapak merangkul tubuh anaknya. Tangis itu pun pecah, bapak mengusap punggung Den Aaraf dengan lembut. Air mataku berlinang penuh haru. Keluarga akan tetap menjadi tempat kembali meski beribu kali dijauhkan oleh kepentingan duniawi."Jadilah pria yang kuat!" Bapak menepuk-nepuk pundak anak lelakinya. Den Aaraf mengangguk pelan dan melerai pelukan."Aaraf sudah menghubungi orang tua Laras agar menjemputnya pulang. Bagaimana pun dia harus merenungkan kesalahannya.""Papa rasa ini adalah permulaan, kamu akan
Read more
Papa Mama?
Apa arti dari ucapan bapak? Apakah maksud beliau ingin aku temani sampai habis usia? Menjadi istrinya? Aih! Hatiku melambung tinggi, berbunga-bunga penuh warna.Enggak-enggak! Sadarlah Gigi! Bagaimana kalau bukan itu tujuannya? Jika aku salah menangkap maksud ucapan bapak, bunga mekar pun akan layu dan berguguran, terdampar, dan akhirnya jadi santapan cacing tanah. Ngenes banget kan? Ngeles ajalah, cari aman. Kalau pun iya, perempuan kan harus jual mahal."Tentu saja, Pak. Selama bapak mempekerjakan saya. Saya akan tetap setia.""Aku rasa ada yang berbeda antara ucapan dan pikiranmu saat ini?" Jangan-jangan bapak cenayang? Mataku menyipit untuk menyelidik. Ah! Mana mungkin. Pasti hanya kebetulan."Aku bukan cenayang, tapi gelagatmu mudah terbaca. Ngeles cuma buat nutup malu dan pura-pura jual mahal."Bagaimana bisa bapak adalah cenayang?! Apakah selama ini beliau selalu membaca semua pikiranku?"Heum!" Bapak menggeleng , lalu mengambil alih piring yang ada di tanganku."Menunggu kamu
Read more
Sugar Daddy?
"Eheum!"Den Aaraf dan Farel tertunduk pada sarapan mereka. Tidak ada yang berani berbicara satu kata pun setelah kami datang, tepatnya setelah bapak duduk di kursinya."Apa yang tadi kalian bicarakan?" tanya bapak kepada dua anak yang ada di depannya.Keduanya menoleh, menggeleng, lalu menunduk lagi. Tangan mereka sibuk memasukkan makanan tanpa memilah."Kurasa kalian tadi membicarakanku dengan senangnya."Kedua pria muda itu kompak menoleh lagi, menggeleng dan kembali menghabiskan sisa-sisa makanan yang masih tersisa."Selesai!" ucap Farel langsung kabur."Aku pun selesai!" Den Aaraf tak kalah bergegas dan siap meninggalkan meja."Eh, duduk!""Aku?""Siapa lagi?" Den Aaraf melirik pada Farel yang ternyata bersembunyi dan tersenyum mengolok. Ia terpaksa kembali duduk dan mencoba memandang bapak yang ternyata sudah fokus menatapnya."Apa aku memang terlihat setua itu di matamu?"Den Aaraf yang terlihat sedikit heran dengan pertanyaan itu tetap mencoba menjawab."Sedikit." Ia menautka
Read more
Ditolak
Den Aaraf masuk ke dalam ruangan, menatap kami penuh selidik, nampak sekali ia tidak sabar untuk mendapat jawaban."Kita akan bicarakan ini di rumah!"Bapak mematahkan tatapan dan harapan itu."Kenapa?""Karena ini masalah pribadi, kantor hanya tempat untuk orang-orang yang bekerja secara profesional."Aku berpura-pura sibuk sendiri dan tidak mendengar percakapan mereka. Kutangkap selintas Den Aaraf menatapku."Baiklah. Aku hanya datang untuk memberikan ini."Den Aaraf berjalan ke meja bapak dan menyimpan sebuah berkas. Lalu, menatapku lagi dan bergegas menuju pintu."Aku rasa belum saatnya kita memberitahu ini, Pak." Aku sedikit berbisik mengatakan ini, takut Den Aaraf masih ada di luar dan mendengarnya."Dia bukan anak kecil, Gigi. Dia bahkan sudah menikah. Hal seperti ini harusnya bisa diterima. Selain itu, Aaraf bisa melihat gelagatmu yang berbeda."Perasaan tidak ada yang berbeda dariku, bukannya bapak yang bertingkah aneh dua hari ini?"Itu salah satu contoh penyakit barumu, suk
Read more
Menyelamatkan Den Aaraf
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam, aku sangat khawatir karena belum melihat Den Aaraf kembali, di cek ke kamar pun masih kosong tanpa terkunci. Den Aaraf bukan orang yang suka menghabiskan waktu di jalanan, ia adalah anak rumah dan kantoran."Den Aaraf belum kembali, Pak," ucapku sembari memandang tubuh bapak dari belakang, beliau tidur menyamping ke kiri dan memunggungiku saat ini."Dia butuh merenung, tidak apa-apa sesekali membiarkannya sendiri."Aku tahu getar suara itu, bapak sama sekali tidak tenang. Ia pasti sangat khawatir. Aku keluar dan menutup pintu kamarnya pelan. Duduk menunggu di ruang tamu. Jarum jam sudah bergerak ke angka 11, tapi tidak ada tanda-tanda Den Aaraf akan kembali.Aku tidak bisa duduk termenung seperti ini! pekikku dalam hati. Berdiri dan mengambil kunci mobil, berusaha mencari dari pada hanya terpaku menunggu. Jalanan sudah cukup sepi dan gelap. Baru kali ini aku mencoba berkendara di tengah malam. Lajunya benar-benar seperti keong, bahkan berkali-k
Read more
"Laras, Kepergok!"
"Den, saya ikut!"Farel berlari menyusul Den Aaraf ke luar setelah menyalami kami dengan tergesa."Farel, jangan Nak!""Aku tidak mau telat lagi gara-gara naik mobil keong itu, Ma."Farel berlari kencang, menghentikan mobil Den Aaraf yang hampir melaju. Aku mengintip mereka di balik tirai. Den Aaraf terlihat membuka kaca jendela, keduanya nampak berbicara sebentar sebelum Farel memutar untuk duduk di kursi depan."Biarkan saja mereka sering bersama, kedekatan akan terjalin dengan sendirinya," ucap bapak.Aku berbalik, bapak sudah berada di sampingku saat ini. Beliau menggelindingkan kursi rodanya sendiri. Hari ini adalah jadwal bapak terapi, ada bagusnya Farel ikut Den Aaraf, jadi aku tidak perlu memutar jalan."Mobil keong naik kelas ni," coleteh bapak saat merasakan caraku mengemudi lebih cepat dari biasanya. Aku membusungkan dada, tidak tahu saja bapak kalau semalam aku sudah jadi pembalap jalanan."Di mana kamu menemukan Aaraf semalam?"Aku melirik, lalu menggeleng. Wajah bapak me
Read more
Kebakaran
"Sakit, Nah?" Kepala Minah berputar, matanya bergerak malas. Ia berjalan seperti wanita tua yang encokan."Puas kamu ngetawain aku? Temen jatuh bukannya ditolongin malah cekikikan sendiri.""Kok kamu tahu? Padahal aku ngumpet-ngumpet loh, pengennya ketawa ngakak. Tapi, takut disemprot Den Aaraf, Nah." Tawaku kembali tergelak, kalau ingat adegan tadi membuat perut ini tiba-tiba merasa digelitik.Bibir Minah yang panjang ditekuk ke dalam, ia masih kesulitan untuk berjalan apalagi menuruni tangga. Pekerjaan kami sudah selesai, pakaian Non Laras sudah rapi di dalam koper, tidak ada sehelai pun yang tertinggal di lemari. Kami memindahkannya sesuai perintah Den Aaraf, ia nampak benar-benar murka dengan sikap No Laras kali ini."Sini, aku tolongin.""Nggak usah!" Minah menepis."Cie yang merajuk, padahal niatnya mau ngajak jalan-jalan pake mobil baru.""Beneran?" Tubuh Minah yang encok langsung sehat bugar."Bener doong.""Aih! Aku ganti baju dulu."Benar saja, Minah langsung berlari ke kam
Read more
Menangkap Tikus Kantor
Bagaimana ini? Hati benar-benar resah, pikiran tidak bisa lepas dari bapak. Takut jika beliau masih terjebak di sana. Tidak!tidak! Bapak pasti sudah di tempat aman sekarang. Aku berusaha mengusir pikiran buruk itu, tidak akan kubiarkan hinggap meski sekejap.Tid!tid!tid! Jalanlah plisss! Tid!tid!tid!Mobil di depanku sama sekali tidak bergerak, apa yang harus kulakukan?"Beri jalan, tolong, beri jalan! Ini darurat! Menyingkirlah! aku mohon!" Aku menengok pada seseorang yang keluar dari kaca mobilnya dan terus berteriak.Itu Den Aaraf!"Den! Den!" "Gigi, kamu di sini?" Ia menoleh dan terus menyalakan klakson mobilnya.Aku segera turun dan menghampiri Den Aaraf. Harus kupastikan keadaan bapak sekarang."Bapak sudah di rumah, Den?""Aku kira dia bersamamu, Gigi?"Aku menggeleng, dan hampir menangis, itu artinya bapak masih ada di kantor."Aku baru bangun saat suara ponsel tidak berhenti berdering. Penjaga keamanan memberitahu kalau kantor kebakaran. Saat ingin memberitahu Papa, tidak a
Read more
Calon Pengantin
Tubuhku melesat seperti angin, membuka pintu kamar dan bersandar pada daunya. Mengatur napas yang ngos-ngosan. Sesekali membuka pintu dan menengok lagi. Mungkin saja bapak keluar dari kamar dan memintaku untuk menemaninya sarapan. Aku harus kembali cantik sebelum itu terjadi."Apa yang Mama lakukan?"Farel dan Minah sudah memelototiku sekarang, tubuh mendadak jadi patung. Aku lupa kalau tidak sendiri lagi di kamar ini, mana ada Minah lagi."Apa yang sedang kamu lakukan di kamarku, Nah?""Harusnya aku bertanya, di mana kamu tidur semalam? Aku sampai menginap di sini buat nemenin Farel."Semalam aku tidur di mana? Mana mungkin kukatakan kalau sebenarnya semalam aku tidur di kamar bapak. Bisa ditampar si Minahlah pipi ini. Meski aku mengatakan itu tidak sengaja dan kami tidak melakukan apapun. Mana mungkin anak itu percaya."Anu ... semalam aku ... tidur di ....""Di mana? kamu kok gugup gitu, Gi.""Di ... di jemuran," jawabku ngasal. Dapat ide darimana coba tidur dijemuran, Minah pasti
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status