All Chapters of DIKIRA MISKIN SAAT REUNI: Chapter 21 - Chapter 30
153 Chapters
Bab 21
Pov Lani Aku dan Dewi lekas keluar, Dion yang akan menyetir untuk kami. Dia tampak tengah berdiri di samping mobil dan menelpon seseorang. “Maaf ya, aku jadi gak bisa nganter! Kamu hati-hati, ya! Sampai ketemu di sana!” tukasnya. Namun gegas dia mematikan panggilan dan menatap ke arahku dan tersenyum penuh arti. “Nelpon siapa, Yon?” tanyaku. “Kejutan untuk Mama!” tukasnya singkat seraya tersenyum, sontak kedua alisku saling bertaut. Apa yang dia maksud kejutan untuk Mama? Sepanjang perjalanan, Dion lebih banyak diam. Dia tampak seperti tengah memikirkan sesuatu. Sedangkan aku yang duduk di belakang pun tak leluasa mengajak ngobrol Dewi yang memilih duduk di depan, di samping Dion. Hanya sesekali Dewi membahas terkait pekerjaannya dan kesibukannya saat ini. Suasana menjadi sedikit tak menyenangkan karena sikap Dion yang tampak setengah enggan. Fortuner putih yang dikendarai Dion sudah mulai memasuki jalanan bebas hambatan. Dipacunya kendaraan yang ditumpanginya dengan kecepatan m
Read more
Bab 22
Hari di mana jadwal talkshow pun akhirnya tiba. Awalnya Dion berjanji akan mengantarku, hanya saja tiba-tiba dia mengabarkan jika harus mengantar ibunya juga. Aku, pastinya harus paham dan mengerti. Aku dan Dion bukan siapa-siapa. Linggaku masih milik ibunya. Ah, kadang kangen manggil dia seperti dulu, Lingga. Hanya aku yang sering menyebutnya seperti itu. Padahal semua teman memanggilnya Dion.“Kamu jadinya pergi naik apa?” tanyanya dari seberang telepon. “Paling naik mobil online, Yon!” jawabku yang sudah rapi mengenakan pakaian terbaikku. Bukan yang mahal, hanya saja mengenakan yang memang pantas dipakai. “Maaf ya, aku jadi gak bisa nganter! Kamu hati-hati, ya! Sampai ketemu di sana!” tukasnya. “Oke, Yon! Makasih.” Aku menjawab dan tetap menenangkan hati. Pertama kalinya akan tampil di acara televisi membuat aku nervous luar biasa. Sebuah mobil sigra warna putih sesuai applikasi pun mendekat. Aku memastikan nomor polisinya sama dengan yang tertera pada applikasi. “Mbak Ayu?” K
Read more
Bab 23
"Wah, sepertinya Bu Lani ini sangat mengapresiasi pemuda-pemuda berprestasi. Terlihat sekali dari sikapnya yang sangat mengapresiasi Mbak Peri Aksara yang karyanya fenomenal ini! Hmmm … ngomong-ngomong, nih! Mas Dion ini ‘kan masih single, Mbak Peri Aksara juga statusnya single … apa ada kemungkinan Bu Lani punya rencana membentuk satu generasi yang penuh prestasi dengan menyatukan keduanya dalam mahligai rumah tangga? Eaaa!”Pertanyaan Mas Arkan Hakim pada Tante Lani, sontak membuat aku yang tengah meneguk teh yang kebetulan dihidangkan di sini, terbatuk-batuk. Kudengar kekehan dari Mas Arkan Hakim yang menggodaku. Tante Lani tampak sedikit kikuk, dia melirik ke arah Dewi, lalu tampak berpikir. Mungkin tengah merangkai jawaban yang akan dia sampaikan ke muka umum. Aku jadi penasaran, seperti apa jawabannya di depan umum? Akankah dia akan memberikan restu pada Dion setelah tahu siapa aku sebenarnya? “Wah, Mbak Ayu sampai segitunya … sepertinya memang sudah ada udang di balik kerupuk
Read more
Bab 24
“Pak Faqih sudah datang bersama keluarganya ke sini, meskipun sekadar bersilaturahmi pada Ibu, tetapi mereka baik, mereka tak mempermasalahkan status Ibu yang hanya penjual nasi uduk dan kamu yang hanya guru honorer! Mereka sangat menerima keluarga kita dengan baik, Yu … bahkan bulan depan, rencananya mereka mau datang dan melamar kamu secara resmi ke sini!” Deg!Hatiku seolah tertimpa bilahan kayu. Aku tak menyangka, diam-diam Pak Faqih rupanya intens mendekati Ibu. Kenapa juga, Ibu bisa memutuskan memberikan lampu hijau pada mereka padahal aku belum tentu setuju? Aku menatap Ibu tajam. Perempuan yang biasanya lembut dan penuh kasih itu, entah kenapa jadi begitu egois sekarang. “Ibu, Aku sudah membulatkan tekad. Aku tidak bisa menerima Pak Faqih. Bisa saja Aku paksakan buat nerima dia, tetapi itu hanya akan membuat perasaan dia luka.” Aku berucap lirih, tetapi pasti. Berharap Ibu bisa paham apa yang kurasakan sekarang. “Apa karena Dion?” Pertanyaan Ibu terlontar begitu saja. Aku
Read more
Bab 25
“Bibi saranin, uang itu kamu investasikan! Nanti kalau ada rampok malah bahaya!” tekan Bibi Inka seolah menakut-nakutiku. Eh, kok mainnya ngancam, ya? “Duh, mana ada Bibi … honornya film juga kecil dan belum cair. Ya, namanya juga aku masih pemula, belum punya nama. Dihargai seberapa juga aku ambil. Uangnya gak akan cukup buat investasi sebanyak itu, Bibi.” Aku memasang wajah serius. “Eh, masa, sih? Kamu jangan bohong, Yu! Bibi pernah baca artikel kalau honor novel yang diangkat ke layar lebar itu bisa sampai ratusan juta, loh!” Bibi Inka mendelik. Kenapa pula jadi dia yang maksa. Aku, tetap harus tenang dan tersenyum manis terhadapnya. “Beneran lah, Bibi! Sekarang saja kami malah jualan nasi uduk. Kalau pegang duit ratusan juta, ngapain lagi harus susah-susah seperti ini?” Aku menunjukkan pada sisa panci yang masih tertumpuk di ujung meja bekas jualan.Bibi Inka tampak cemberut, dia menoleh pada suaminya lalu tampak berbisik. Tak berapa lama dia berpamitan dengan raut wajah kece
Read more
Bab 26
Pov Dewi Semenjak pulang dari acara talk show, pikiranku semakin tak nyaman. Apalagi Tante Lani tampak lebih banyak diam dari pada berbicara. Bahkan beberapa kali aku memanggil, tampak sekali dia tak fokus. Aku semakin ketar-ketir, apalagi status aku dan Dion masih belum jelas ujung pangkalnya. Dia hanya tengah mengajukanku pada Om Subekti sebagai calon istri Dion. Namun, Om Subekti seperti tak menanggapi. Masa iya aku harus nangis-nangis minta bantuan Mama?Syuting minggu ini tak terlalu padat. Memang tak padat, sih, sebetulnya. Aku hanya sering menghabiskan waktu saja di luaran dengan nongkrong bareng Salsa dan Mirna lalu info ke orang rumah kalau lagi syuting. Pekerjaan yang bebas ini, membuat hidupku semakin menyenangkan. Hal ini pastinya akan sempurna jika aku bisa bersanding dengan Dion. Siang ini aku tengah berada di sebuah cafe bareng Mirna dan Salsa. Aku harus mencari ide agar citra Ayu rusak di depan Tante Lani dan Om Subekti.“Duh, aku beneran lagi bingung. Masa iya Tan
Read more
Bab 27
Kalau bukan karena desakkan Mas Subekti, aku malas sekali memenuhi permintaan mereka. “Mama lihat ‘kan, gadis yang selalu Mama anggap kampungan dan udik itu bahkan memiliki prestasi luar biasa! Bahkan dalam acara talk show kemarin, Papa bisa lihat seberapa luas pemikirannya dan dewasa juga sikapnya!” tukasnya satu hari setelah acara talk show itu terjadi. Sial, bukannya dia memuji penampilanku di depan kamera. Justru dia malah terus-menerus memuji gadis kampung itu. “Dia hanya beruntung, Pa! Kalau Mama lihat, jauh lebih mentereng karir Dewi lah, Pa! Apalagi jelas Dewi ini anak sahabat Mama! Jadi sudah terjamin babat, bibit dan bobotnya!” Aku, seperti biasa akan membela Dewi di depannya. “Jangan Mama pikir Papa gak tahu latar belakang pernikahan sahabat Mama itu! Papa bukan orang bodoh ketika dikatakan Dewi dilahirkan prematur pada bulan ketujuh pernikahan orang tuanya! Papa punya mata, seperti apa bayi prematur dan bukan? Jadi jangan mentang-mentang Dewi anak sahabat Mama, lalu se
Read more
Bab 28
Pov Dewi“Sudah! Sudah! Kita pergi sekarang! Dewi dan Ayu boleh ikut semua!” Akhirnya Om Subekti memperbolehkan Tante Lani mengajakku. Sedikit terkejut sebetulnya ketika mengetahui secepat itu Om Subekti menyambut kedatangan Ayu di dalam keluarga mereka. Gila saja, mau diajak makan siang sekeluarga. Aku saja yang sudah kenal lama dan digadang-gadangkan Tante Lani untuk menjadi calon menantu, belum mendapatkan perlakuan spesial seperti ini.Dia, hanya modal nama yang mendadak viral saja, sudah bisa merebut hati Om Subekti. Awas saja, ya! Sebentar lagi juga paling kamu ditendang jauh-jauh dari kehidupan Dion. Tante Lani bahkan sudah percaya pada apa yang kusampaikan. Kadang heran, Tante Lani selalu bilang mengurus bisnis ini, itu dan menggunakan otaknya yang brilian. Hanya saja, kok segitu mudahnya aku kecoh. Namun, justru ini yang menjadi kekuatanku untuk masuk ke keluarga Om Subekti. Akhirnya kami pun pergi. Mampir ke minimarket dulu. Aku dan Tante Lani menunggu dalam mobil saja. Me
Read more
Bab 29
Pov Dewi“Dari mana Tante mendapatkan informasi menyesatkan ini? Hati-hati ngambil berita dari media Tante, banyak yang hoax! Tante bisa tanya sama Sobat Peri, cerita ini memang baru terbit satu tahun yang lalu dalam bentuk novel cetak, tetapi saya membuatnya jauh sebelum itu! Cerita itu adalah cerita pertama saya yang saya release dalam sebuah platform online! Jejak digitalnya masih ada dan nyata! Surat kontraknya masih saya pegang sampai saat ini! Saya membuatnya lima tahun lalu, tiga tahun lebih awal dari pada postingan di akun sosial media itu! Jadi, sekarang bisa dipastikan, siapa yang mencuri cerita siapa?” Deg! Penjelasan Ayu seketika membuat kedua tungkai ini terasa lemas. Sialan, Salsa kurang jauh cari infonya. Harusnya dia edit postingan sepuluh tahun lalu, jadi tak semudah ini tuduhan ini dia patahkan. Hancur sudah reputasiku sekarang di depan Tante Lani, astagaaa. “Kamu jangan ngarang! Tunjukkin saja buktinya kalau memang bukan omong kosong! Kalau bukan dari sumber yan
Read more
Bab 30
Pov DewiSalsa belum memulai pembicaraan ketika dering gawai dari dalam tasku terdengar. Lekas aku mengambilnya. Rupanya panggilan dari Mama. Ada apa juga dia menelpon di saat tengah genting kayak gini. Kuabaikan, lalu kembali aku fokus pada Salsa dan Mirna. Aku benar-benar butuh solusi untuk semua masalah ini. Kali ini notifikasi pesan masuk. Karena gawai masih di tangan, mau tak mau aku bisa membaca deretan pesan yang dikirimkan Mama.[Dewi, kamu di mana? Kamu bilang apa sama Tante Lani?] Astagaaa? Tadi aku bilang Mama jatuh dari tangga dan mau ke rumah sakit. Jangan-jangan Tante Lani menelpon Mama atau jangan-jangan dia ke rumah. Mampus aku kalau kayak gini. “Jadi sekarang gini-”“Bentar!”Aku menyela ucapan Mirna. Lekas aku mengusap layar gawai dan menelpon Mama. Otakku sudah panas saat ini gak bisa mikir. Hanya ingin memastikan apakah Tante Lani hanya menelpon Mama atau ke rumah? Dering panggilan tak diangkat-angkat. Kadang Mama tuh suka gini. Seolah-olah dirinya penting. Bar
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status