All Chapters of DIKIRA MISKIN SAAT REUNI: Chapter 31 - Chapter 40
153 Chapters
Bab 31
Pov Dewi“Keknya masalahnya makin ribet, Wi! Mending kamu pulang saja dulu, pastiin sama nyokap gimana-gimananya sama Tante Lani! Besok kita ketemu lagi di sini! Kita pikirin lagi solusinya. Kali otak si Salsa juga sudah dingin jadi kalian bisa baikan lagi!” Ucapan Mirna masuk akal. Aku pun setuju. Kuhabiskan setengah gelas lagi es kopi yang gelasnya sudah mengembun dan bersiap pulang. Namun, baru saja aku bangkit, gawai bergetar. Aku mengambilnya dari dalam tas, tampak panggilan dari nomor tak dikenal dan tanpa foto profil. Baru saja kuusap layarnya dan hendak kuangkat, tiba-tiba panggilan dimatikan. Hanya saja, rupanya dia sudah mengirim pesan. [Ini bukti rekamanmu. Pengakuan ini bisa dijadikan alat buat hancurin karir kamu. Kalau mau selamat, temui aku besok malam di hotel Citra.] Jemariku gemetar ketika memijat tombol putar pada video yang dia kirimkan. Mirna pun mendekat karena aku kembali duduk karena kaki ini terasa lemas dan tak menyahut ucapannya. “Apa sih, Wi?” tanyanya
Read more
Bab 32
Pov AyuAkhirnya rasa penasaranku terjawab sudah. Sepanjang jalan, aku bertanya pada Dion, tetapi dia tak mau menjawabnya. Aneh sebetulnya, masa iya bisa, Tante Lani secepat itu berubah. Apa karena gara-gara talk show kemarin? Begitu pikirku pada awalnya, tetapi ketika tiba di rumah Dion dan melihat ada Dewi di sana, pikiranku sudah mulai tak karuan. Rasanya ada yang ganjil. Namun, tentu saja aku tetap bersikap ramah dan sopan seperti biasa, apalagi Tante Lani pun tampak menyambutku meskipun entah dengan tulus atau tidak, soalnya tak ada getar yang sampai pada hati. Rupanya Dion mengajakku makan siang bersama keluarganya. Hal yang sangat mendebarkan pada awalnya. Apakah ini pertanda jika dia sebetulnya memang masih menyimpan rapat rasa itu untukku? Dion mengajakku mampir di salah satu minimarket milik Papanya. Dikenalkannya aku pada konsep waralaba. Rupanya mudah ya jika memiliki uang. Bahkan yang tak bisa bisnis pun bisa belajar tanpa harus pusing memikirkan perusahaan start up y
Read more
Bab 33
Pov Dewi Seharian ini aku menghabiskan sisa waktuku di rumah Mirna. Malas sekali pulang, Mama itu orang yang tipe orang yang suka ngungkit. Walau tadi pagi sudah lolos dari amukannya, tetapi hal ini bisa saja dia ungkit setiap kali bertemu denganku dan ada kesempatan. Sore menjelang. Nomor tersebut sudah mengirimi pesan. [Hotel Citra, langsung naik ke kamar 606.] Kalimat itu terkesan memerintah, bukan memberitahu. Aku lekas mandi dan berganti pakaian, beberapa pakaian milikku memang ada di rumah Mirna. Kadang ketika menginap, ganti baju di sini dan tak kuambil. Sekitar pukul tujuh malam, aku sudah tiba di depan hotel Citra, tempat yang dijanjikan oleh orang tersebut yang entah siapa. Bahkan aku tak tahu, apakah dia lelaki atau perempuan. Mobil kuparkir di area yang kurasa nyaman. Lekas turun dengan melenggang. Hati ini aku memakai minidress di atas lutut yang pastinya mengeksploitasi kaki jenjangku. Apalagi bagian depannya membentuk huruf V dengan potongan sedikit rendah, membu
Read more
Bab 34
Pov Ayu“Ehm, langsung pulang?” Suara Dion mengagetkanku. Kebetulan pikiranku tengah melayang ke mana-mana. Aku menoleh, sejenek bersirobok dengan manik hitam yang ternyata tengah memandangku lekat. Rupanya dia asik memandangku ketika semua makanan yang dipesan sudah habis tak bersisa. Memang tak memesan banyak, hanya secukupnya. “Iya, emang mau ke mana lagi?” Aku menunduk lagi, menyembunyikan semu. Gak mau kalau terlalu tampak hati berbunga-bunga. Selama makan, semua ucapan yang tadi di tengah perjalanan itu terekam ulang. “Hmmm, mungkin mau kuantar ke mana dulu?” tukasnya, kedua bibir itu tak luput dari lengkung senyuman. “Nanti ada yang lapor sama Mama kamu,” tukasku seraya meringis. Tanpa aba-aba dia mengacak pucuk kepalaku.“Maaf, ya! Maaf kalau bikin kamu gak nyaman.” “Gak apa, Yon!” Hanya itu jawabanku. Lantas hening, hanya sesekali aku melirik ke ruang sebelah yang terhalang anyaman bambu. Ingin rasanya mengetahui siapa lelaki yang tengah menelpon itu. Dari feelingku,
Read more
Bab 35
“Aku lihat dulu tamunya, ya, Bu!” tukasku pada Ibu.Ibu yang tengah mengiris wortel hanya mengiyakan. Lekas aku mengambil kerudung instan dan membuka pintu. Sedikit tersentak ketika aku melihat siapa yang datang. Lebih kaget lagi ketika aku melihat penampilannya yang berubah. Dia datang dengan memakai gamis dan kerudung yang menutup kepalanya.“Assalamu’alaikum, Yu!” Belum lagi rasa terkejutku habis, kali ini ditimpa untuk kedua kalinya. Dewi mengucap salam dengan santunnya. Wajahnya kini tampak cantik tanpa riasan make up yang biasanya tebal dan menurutku membuat tampak gerah. “Wa’alaikumsalam, Wi! Hmmm, duduk.” Meskipun bergama pertanyaan berlarian. Aku tetap memintanya untuk duduk. Lekas bangkit dan segera membuatkan dia minum. “Silakan, Wi! Ada apa, ya, tumben?” Aku menatap wajah Dewi. Dia tertawa, tampak hambar. Tawa itu kurasa tak tulus dari dalam, tetapi entahlah. “Ada perlu sama kamu, Yu!” tukasnya. “Eh, tumbenan banget, sih. Perlu apa?” Aku menatapnya. “Gini, Yu! Wakt
Read more
Bab 36
Pov Dewi Senyumku terukir sempurna. Akhirnya obat tidur yang diam-diam kumasukkan ke dalam minumannya bekerja cepat. Gak sia-sia aku bolak-balik untuk meyakinkan dia kalau aku sudah berubah. Aku tak mau hancur sendirian. Jika aku tak bisa mendapatkan Dion, maka dia pun tidak. Mau seperti apapun kehidupannya sekarang, Dia tetap hanyalah seorang anak dari tukang nasi uduk dan juga penjaga sekolah. Semua statusnya sekarang tak akan merubah apapun juga. Lekas aku menelpon Indra---teman nongkrong yang dulunya kakak kelas di SMA, usianya terpaut dua tahun di atasku. Beberapa hari lalu tak sengaja dipertemukan ketika dia sedang menggalau karena ditinggal selingkuh oleh pacarnya. Dia bukan orang bajingan, hanya saja dia butuh teman di atas ranjang untuk membalas sakit hati pada perempuan yang sudah membuat dia terluka itu, itu katanya. Aku yakin, jika pada akhirnya Ayu minta dinikahi, maka Indra pun akan bersedia. Kurang baik apa aku? Bahkan sampai memikirkan siapa yang akan bertanggung ja
Read more
Bab 37
Pov Dewi “Iy--Iya, Yon! Makasih sudah nolong kami, tapi jangan bunuh dia. Aku gak mau kamu dipenjara!” tukasku seraya menelan saliva. Senyuman miring terukir pada wajah Dion, lalu dia menatapku tajam. Jujur, debaran dalam dada berdentuman tak karuan. “Hanya saja, gue justru sebaliknya! Gue ingin, lo dan dia dipenjara!” Ucapan itu berubah menjadi bentakan. Dan satu dorongan kasar kembali kurasakan, bersamaan dengan menjauhnya tubuh Dion dan dia tampak menelpon seseorang. Mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Dion, sontak aku terkesiap. Apakah aktingku kurang meyakinkan? “K--Kok gitu s--sih ngomongnya, Yon?” Aku terbata. Dia hanya melirik sinis seraya mematikan panggilan telepon. Entah siapa yang dia hubungi. Dia pun melirik Indra yang masih sempoyongan. Lelaki itu baru saja hendak bangun ketika tanpa dia duga, Dion melangkah cepat memburunya dan menghadiahi tendangan kencang yang mengenai alat vitalnya. Lengkingan penuh kesakitan terdengar bersama tubuh Indra yang kembali a
Read more
Bab 38
Pov Dion “Hallo, Bos! Baru saja polisi keluar dari rumah Non Dewi. Sepertinya Beliau sudah digiring ke mobil polisi!” Suara Panji---orang yang sudah lama menjadi tangan kananku melaporkan dengan jelas. “Oke, makasih ya, Bang!” Begitulah sebutanku pada lelaki asal Palembang tersebut. Aku menutup panggilan. Lantas kusandarkan tubuh pada dinding apartemen milik Papa di mana Ayu masih terlelap. Harum yang tadi kuminta panji jemput tak bisa datang. Bingung, canggung, itulah yang aku rasakan sekarang. Dia masih terbungkus seprai seperti ketika tadi aku menolongnya. Sementara itu, pakaiannya kutumpuk di tepi tempat tidurnya. Gak ada keberanian untukku memakaikan set pakaian itu pada badannya. Yuu, please cepetan bangun! Duh, kok tidurnya pules banget, sih!Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Beberapa kali aku mencoba bangunkan, tetapi dia hanya menggeliat, lalu kembali terlelap. Seolah tak kuat menahan kantuk yang menggelayut begitu hebat. Semakin aku mencoba membangunkannya, sema
Read more
Bab 39
“Yu, kaki kamu kenapa? Sakit?” Dion tampak kaget dan memburu ke arahku. Tak menyangka, wajahnya tampak cemas. Namun sayang tak tampak sedikitpun menunjukkan rasa bersalah setelah apa yang dia lakukan padaku. “Gak usah sok peduli! Luka yang kamu torehkan di sini jauh lebih menyakitkan! Buka pintunya! Aku mau pulang!” teriakku. Sesak, sesak sekali di dalam dada. Kulihat dia hanya menghela napas kasar. Dion seolah tak acuh akan teriakanaku. Tatapannya beralih pada darah yang tercecer. Lalu tanpa kata, dia lekas membuka lemari pakaian yang ada di ruangan ini. Lalu dia kembali dengan membawa kotak P3K. “Kaki kamu luka, Yu. Aku obatin dulu, nanti infeksi.” “Aku mau pulang! Buka pintunya sekarang!” Aku tak peduli lagi atas sikapnya yang masih sok baik. Rupanya selama ini aku sudah salah menilai Dion. Kukira dia adalah lelaki baik, lelaki yang pantas mendiami relung hatiku hingga tujuh tahun lamanya aku tak bisa berpaling dari sosoknya. Namun, kenyataan hari ini benar-benar membuatku sho
Read more
Bab 40
“Susah kalau aku harus percaya semudah itu dengan apa yang kamu katakan, Yon! Sedangkan mata kepalaku melihat sendiri kamu tengah melakukan hal tak senonoh itu padaku. Bahkan kemejaku masih ada dalam tanganmu. Lalu apa bisa aku percaya dengan serangkaian cerita tadi?” Kuhela napas panjang setelahnya. Hatiku masih carut marut dan dilemma. “Otakku masih belum bisa mengurai semuanya, Yon. Dalam benakku, kamu tetap sudah menyentuhku! Kamu hendak mengambil kesempatan dariku ….” lirihku. “Aku tak tahu lagi harus buat kamu percaya seperti apa, Yu! Kalau kamu gak rela karena berpikir jika aku sudah menyentuhmu, maka tak ada cara lain, aku akan secepatnya bertanggung jawab. Kita akan menikah.” “Antarkan aku pulang! Aku mau pulang.” Aku bicara tanpa menatap wajahnya. Hati masih bergemuruh hebat. Otak, sedang tak bisa mencerna semuanya dengan baik. Namun aku yakin, diri ini masih suci. “Kita makan dulu, Yu.” Kudengar suaranya yang tetap lembut. “Aku gak lapar. Aku mau pulang.” Dia menghe
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status