Lahat ng Kabanata ng Obsesi CEO Arogan: Kabanata 31 - Kabanata 40
70 Kabanata
Bab 31
“Tuan, Tuan!”Pintu ruangan terbanting kencang hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Mata tajam Javier langsung memandang Tayler yang sedang mengatur nafasnya. “Tuan…maafkan saya lancang langsung masuk ke ruangan anda.” Tayler membungkukan badannya lalu berkata kembali dengan gugup. “Saya ingin menyampaikan bahwa Nyonya Isabella tidak kembali lagi setelah mendatangi taman tersebut.” Alangkah tekerjutnya Javier. “Maksudmu istriku hilang?” desis Javier. Tayler menangguk takut. “Dari informasi orang suruhan anda, Nyonya pergi bersama dengan Tuan muda Jayden.” Javier menggebrak mejanya. “Sialan! Bagaimana bisa kalian bodoh sekali hah?! Aku sudah mengirim beberapa penjagaan untuk keluargaku, tetapi masih saja kalian tidak bisa menjaga mereka dengan benar!” Teriakan Javier menggema di ruang kerjannya. Setelah dinyatakan sembuh walau tangannya masih diperban, Javier melakukan aktifitas pekerjaannya kembali. Tayler yang memang mengatur semua penjagaan Isabella dan kedua anaknya s
Magbasa pa
Bab 32
“Oh, Nyonya yang terhomat sudah bangun rupanya.”Munculah seorang yang amat Isabella kenal. Pelayan yang selama ini berpihak padanya tengah menatapnya mengejek. Gia berpenampilan berbeda. Sebelumnya selalu memakai seragam maid, kini dress minim melekat di tubuhnya. “Kenapa terkejut? Kalian itu emang benar pasangan yang bodoh. Mudah sekali ditertipu.” Gia tertawa sembari melangkah mendekati Jayden. “Anakmu tampan sekali…”“Jangan beraninya kau sentuh!” teriak Isabella.Sayangnya Gia sudah berjongkok di hadapan Jayden dan menyentuh rambut halusnya, sedangkan Jayden hanya menangis, disisa kebernaniannya Jayden menjambak cepat rambut Gia. “Menjauhlah nenek sihir!” “Aw! Sakit sialan!” bentak Gia seraya menampar Jayden hingga anak itu kembali menangis. “Jalang! Beraninya kau!!!” Hati Isabella membara ketika melihat anaknya disakiti di depan matanya. Jayden tidak diam saja, ia membalaskan dendamnya dengan menampar pipi Gia dan menendang perut wanita itu kencang, walaupun badan ia kecil n
Magbasa pa
Bab 33
Tidak terpikir selama hidupnya Javier akan melihat orang yang disayangnya tengah berjuang di dalam ruang operasi. Setelah Javier dan Xander menemukan Isabella dan Jayden di sebuah kamar rumah Wiliam yang tersembunyi, ia langsung membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Sedangkan, Wiliam diurus oleh Xander. Entah apa yang dilakukan adiknya itu Javier tidak peduli. Pikirannya sedang kalut memikirkan istrinya sedang dalam ruang operasi. “Tuan.” Tayler menghampiri Javier. “Tuan muda Jayden sudah sadar dan langsung berteriak mencari anda dan Nyonya Isabella.” Javier yang mendengar hal tersebut sigap bergegas menemui Jayden. Anaknya mengalami luka kecil di bagian kepala akibat pukulan Wiliam.“Daddy!” rengek Jayden seraya megulurkan kedua tangannya, ingin memeluk Javier. “Kau masih merasa sakit?” Javier menatap anaknya khawatir. Jayden menggeleng di dekapan Javier. “Mommy…sudah bangun?” Javier menggeleng. “Jay, terus berdoa untuk Mommy agar segera bangun.” Javier memang tidak member
Magbasa pa
Bab 34
"Good night, Isa. Aku harus pergi walau terpaksa. Aku harus membantu si bodoh Xander untuk mengejar bajingan itu dahulu. Sebenarnya aku tidak rela meninggalkanmu. Tetapi Xander itu ceroboh, namun karena kau mengatakan kepadaku harus menjaga Xander, aku tepati janjiku, Isa.” Javier mengelus surai istrinya kemudian mengecup dahi Isabella. Memang Isabella pernah mengatakan pada Javier kalau semisalnya mereka dalam keadaan berbahaya, tolong lindungi Xander juga. Isabella tahu Javier dan Xander berbeda. Xander tidak ahli dalam hal seperti itu.Setelah puas memandang istrinya, Javier mengecup kedua mata Isabella yang tertutup. “Kalau begitu aku pergi dahulu.” Sebelum pergi, Javier memerintah beberapa bodyguard untuk menjaga Isabella dan juga memanggil Lauren untuk menjaga Isabella. Tidak akan tenang hatinya jika meninggalkan Isabella seorang diri."Posisimu dimana?" Javier langsung bertanya pada Xander melalui telepon."Aku tidak tahu! Sekelilingku hanya hutan." Suara Xander tidak terlalu
Magbasa pa
Bab 35
Terlihat jelas darah terus keluar dari perut Xander, hampir sebagian sisi bawah kanan kemeja putih Xander dibasahi oleh darah. Lewat walkie talkie Javier memerintah pengawal yang berjaga di luar hutan. “Ambilkan kotak P3K,” ujar Javier dengan santai.Disisa kesadaran Xander, ia menyadari kedatangan Javier lantas tersenyum. “Aku sudah duga, kau akan menyelamatkanku.” Javier berdecak. “Hanya kebetulan saja aku melihatmu. Tadinya aku malas, karena waktuku terbatas.” Xander justru tertawa. “Gengsimu melampu tinggi sekali. Dasar pria tua.” Setelah itu Xander sedikit berteriak karena dengan wajah datarnya Javier menekan luka di perut Xander.“Brengsek,” lirih Xander. Ia merasa tubuhnya semakin lemas akibat lumayan banyak darah yang keluar.“Kau ditusuk oleh siapa?” Javier bertanya seraya menyingkap kemeja Xander dan melihat luka yang cukup parah. “Hantu mungkin,” canda Xander. Pengawal yang Javier perintahkan mengambil kotak obat pun sudah datang. Segera Javier membukanya dan mencari j
Magbasa pa
Bab 36
“Sialan!” Xander melotot pada pengawal itu.Sedangkan, sang pelaku justru terbahak-bahak. “Ternyata Tuan Xander anak mommy.” “Diam kau, botak!” geram Xander.Pengawal tersebut berhenti tertawa. “Namaku Dean, bukan botak.”Xander memutar matanya malas. “Ya, ya, ya. Whatever. Kau ini tidak ada sopan-sopannya ya?!” Baru kali ini Xander mendapati pengawal sejenis Dean.Dean tersenyum. “Maaf Tuan, saya bukan pengawalmu, jadi tidak apa 'kan saya bercanda sedikit tadi?” “Bercanda gigi mu ompong! Sekali lagi jika kau mengkageti aku, gigi mu akan ku rontokan! Mau?!” Xander menatap garang Dean. Saat tadi dengan Dean mengkageti dirinya, luka Xander jadi teramat sakit akibat pergerakan yang berlebihan. Xander takut jahitannya akan terlepas, membayangkannya aja sudah mengerikan. Dean sontak menggeleng. “Jika Tuan merontokan gigi saya, saya akan meninggalkan Tuan saja.” ancam Dean. Baru saja Dean ingin beranjak pergi, suara nyaring Xander membuat tidak jadi pergi. “Beraninya kau meninggalkan a
Magbasa pa
Bab 37
Javier masih ingat dahulu saat Victor bercerita mengenai impian pamannya, Wiliam. Wiliam berkeinginan membangun sebuah rumah dengan teknologi cangih. Dimana rumah tersebut bisa otomatis turun ke bawah tanah dan bisa lagi kembali seperti semula dengan menggunakan sebuah tombol saja rumah itu bisa bergerak turun maupun naik kembali.Cukup mengejutkan bagi Javier ternyata Wiliam benar-benar membuat rumah yang menurutnya mustahil. Javier tidak bisa membayangkan bagaimana sebuah bangunan turun perlahan ke bawah tanah. Kalau sebuah kotak persegi saja, seperti berbentuk lift, itu mungkin saja. Tetapi ini rumah. Sekarang Javier tinggal memikirkan bagaimana cara masuk ke dalam rumah tersebut. Sebab, tidak ada tombol atau sesuatu yang menujukannya. "Coba tidak cari kembali sekitar ini, ada semacam tombol atau tidak," perintah Javier pada bawahannya. Sementara Javier menyalakan walkie talkie untuk menghubungi Xander, ingin mengetahi kondisi pria itu. Saat walkie talkie sudah terhubung denga
Magbasa pa
Bab 38
Saat Javier mengatakan pada Lauren untuk menjaga Isabella selama pria itu pergi, dengan senang hati Lauren menyetujui. Sejak Isabella dinyatakan koma, Javier sementara tidak memberi izin kepada siapapun untuk menjenguk istrinya dulu.Pria itu semakin waspada akan sekitarnya. Tidak hanya Wiliam musuh terbesar Javier, pada lingkungan pekerjaan juga banyak musuh bisnisnya. Tetapi tidak seekstrim Wiliam yang berani mengusik keluarganya juga. Tidak bisa dipungkiri bahwa Wiliam cukup kaya raya, hingga membuatnya bisa melakukan hal apapun.Kini Lauren memandang Isabella yang masih terbaring koma, tidak ada yang tahu sampai kapan wanita tersebut tertidur. Melihat banyaknya masalah dalam rumah tangga Javier dan Isabella yang disebabkan oleh Wiliam, keluarganya sendiri, membuat Lauren sedih. Victor pernah membicarakan mengenai harta waris dengan Wiliam. Kalau yang sebenarnya tertulis di perjanjian kakek dan neneknya dahulu itu hanya Victor dan keluargnya yang mendapat hak harta waris. Sedangka
Magbasa pa
bab 39
Satu tahun berlalu.Ya, sudah satu tahun berlalu Isabella masih terbaring koma. Beberapa bulan yang lalu Isabella hampir dinyatakan meninggal. Kondisinya kian menurun. Namun, Tuhan masih menyayangi wanita tersebut. Kini kondisi Isabella sudah membaik dan mengalami peningkatan yang cukup baik juga. Selama satu tahun lamanya tentu banyak yang sudsh berubah. Isabella sudah tidak di rumah sakit, Javier menginginkan istrinya di rawat di rumahnya, sebab penjagaan yang lebih ketat daripada di rumah sakit. Kamar tidur yang bisa ditempati Javier dan Isabella, diubah total menjadi seperti kamar rumah sakit. Semua alat dan tempat tidur rumah sakit dibeli oleh Javier. Bahkan sampai ada dua suster pribadi untuk rutin memeriksa kondisi Isabella.Meski kamarnya sudah terdapat banyak alat, Javier tetap tidur di kamar tersebut. Kamarnya cukup luas, jadi Javier selalu tidur satu kamar dengan Isabella. Pria itu tidak masalah tidur di sofa yang bisa dijadikan kasur. Selama setahun ini juga penjagaan di
Magbasa pa
Bab 40
Seketika otak Javier tidak berfungsi dengan baik. Tubuhnya kaku terdiam, terkejut apa yang dilihat depan matanya. Dalam hati Javier berkata, apakah ini nyata atau hanya mimpi? Entah sudah berapa kali mencoba mencubit dirinya untuk menyadarkan apa ini sungguhan. Rasanya seperti tidak asing, Javier pernah merasakan sensasi ini. Senasi dimana Javier pertama kali mengetahui bahwa Isabella mempunyai anak darinya. Di hadapannya orang yang berarti bagi Javier tengah menatapnya juga, dengan senyum lemahnya. Nafas Javier tidak stabil ketika Isabella perlahan mengulurkan satu tangannya, seolah meminta Javier untuk mendekat. Sebab, mulut wanita itu sedang memakai Nebulizer, alat bantu pernapasan.Perlahan Javier melangkah mendekat, senyum haru menghiasi wajahnya. Tak disangka air matanya juga membasahi wajahnya. "Isa..." Javier langsung memegang tangan istrinya dan menuduk, tangisan yang sudah ia tahan sedari tadi akhirnya tumpah. Suara terisiak Javier di tangan Isabella, membuat Isabella iku
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status