All Chapters of DIKHIANATI ADIK DAN CALON SUAMI: Chapter 11 - Chapter 20
58 Chapters
KEPUTUSAN
Aku masih terdiam di teras rumah setelah mobil mereka tak terlihat. Menatap lurus ke depan, tersenyum miris melihat takdir mempermainkan hidup.“Ve,” gumam Ibu lirih. Kurasakan tangan perempuan yang telah melahirkanku melingkar di pundak seperti sedang berusaha menguatkanku. “Maafkan Ibu, Nak!” Ibu terisak. Penyesalan. Mungkin itu yang dirasakan Ibu saat ini. Dosa masa lalunya kini berimbas padaku yang tak tahu apa-apa. “Di mana Bapak kandungku sekarang, Bu? Siapa dia?” Aku memandang wajah ibu dengan tatapan sendu. Tak ada yang kuinginkan saat ini selain mencari tahu tentang siapa Bapakku sebenarnya. Meski aku sadar nasabku tak tersambung padanya, Aku tetap bertekad mencarinya. Ibu menggeleng lemah. “Enggak tahu, kami tak pernah ketemu lagi sejak dia menolak bertanggung jawab.”“Apa Ibu tak ingat di mana dia tinggal dulu?” cecarku. “Enggak,” sahut Ibu tertunduk.Aku menyipitkan mata, menatap heran pada Ibu. Bagaimana dia bisa tak tahu alamat rumah kekasihnya dulu. Apa ini tidak
Read more
RAHASIA YANG DISEMBUNYIKAN
Malam ini aku dan Mas Farhan berangkat. Semula kami ingin berangkat siang, tapi karena khawatir sampai sana malam, akhirnya kami memutuskan berangkat malam ini juga. “Hati-hati di jalan ya..., kalau ada apa-apa cepat kabari Ibu,” pesan Ibunya Mas Farhan. “Iya, Bu,” jawabku lalu menutup kaca jendela. Perlahan, Mas Farhan mulai melajukan mobil membelah jalanan yang masih ramai akan hilir mudiknya kendaraan. Aku menatap keluar jendela menikmati keindahan cahaya lampu warna-warni sambil sesekali melirik pada Mas Farhan yang berkonsentrasi menyetir. Aku merasa beruntung bisa mengenal lelaki sebaik dia. Selalu ada i sampingku di saat aku rapuh. Menguatkan, membantuku agar tetap berdiri tegak.“Kamu tidur saja, Ve! nanti kalau sudah dekat aku bangunkan,” perintah Mas Farhan. Mengandalkan GPS, Mas Farhan terlihat tenang menyetir. “Enggak ah! Kasihan kamu kalau enggak ada yang nemenin, nanti malah ikutan ngantuk, tolakku. “Tenang saja! Kalau ngantuk ya berhenti dulu,” sahutnya. Akhirny
Read more
KEJUTAN UNTUK IBU
Pagi ini Pak Herman datang lagi ke rumah nenek. Dia mengajak kami untuk ke rumahnya barang sebentar. Sebenarnya aku sungkan, tapi karena dia terus memaksa, akhirnya aku mengalah. Kami berhenti di depan rumah berpagar tembok yang menjulang. Seorang satpam membuka gerbang lalu menutupnya kembali setelah mobil kami masuk. Aku turun dari mobil diikuti Mas Farhan, sedangkan pak Herman sudah lebih dulu turun dari mobilnya. Aku menatap kagum pada bangunan yang berdiri kokoh di hadapanku. Sebuah rumah berukuran sangat besar meski tidak bertingkat. “Ayo, Ve, Han,” ajak Pak Herman. Kami menurut, mengekori langkahnya yang lebih dulu naik teras. Aku kembali terkagum melihat pintu rumah yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran menyerupai batik. Benar-benar seni yang luar biasa. Seorang perempuan paruh baya menyembul dari balik pintu. Melempar senyum ke arah kami lalu mempersilakan masuk. “Ini yang namanya Vera.” Pak Herman memperkenalkan aku pada perempuan tadi setelah kami duduk di sofa ru
Read more
MEREKA WARAS?
Kuhempaskan tubuh di atas ranjang seusai Bapak dan Bu Lili pulang. Badan terasa pegal karena beberapa hari banyak menghabiskan waktu di perjalanan. kali ini aku kembali merasakan nyamannya berbaring di kamar. Tadi aku juga menghubungi Linda memintanya mengantar ransel yang berisi pakaian. Untungnya dia enggak sibuk, jadi bisa meminta bantuannya. Sebenarnya aku ingin mengambil sendiri, tapi karena tak ada motor akhirnya aku memilih meminta bantuan. Setengah hari ini aku benar-benar menghabiskan waktu di kamar. Hanya keluar saat Linda datang saja itu pun sebentar. Sehabis mandi dan berganti pakaian, aku memilih bermain ponsel di dalam kamar ketimbang membantu ibu mempersiapkan makan malam. “Keluar dulu, Ve... makan,” panggil Ibu. “Iya, Bu!” sahutku cepat. Perut sejak siang belum diisi apa-apa jadi sudah keroncongan. Dengan langkah cepat aku keluar kamar menuju meja makan. Rupanya semua keluarga sudah berkumpul bersiap menyantap makan malam. “Zal, Uang dari bank sudah cair. Bapak
Read more
MOTOR BARU
Tersenyum, pagiku disambut oleh pesan dari Mas Farhan. [Selamat pagi, Cinta.] Ada yang bilang sebelum menikah laki-laki akan sangat perhatian. Namun setelah menikah dan punya anak perhatian itu perlahan memudar. Semoga Mas Farhan tak seperti itu. Ketulusan cintanya kuharap akan selalu menemani hingga tangan tuhan memisahkan kami. Aku membalas pesan Mas Farhan dengan tulisan ‘Pagi juga, Sayang’ . Setelah itu kuletakkan kembali ponsel lalu memulai rutinitas pagi. Saat matahari sepenggalah tingginya, sebuah mobil bak terbuka yang membawa motor baru berhenti di halaman rumah. Dua orang berseragam khas deler motor turun lalu mendekat padaku yang sedang duduk santai sambil bermain ponsel di teras. “Apa benar ini rumahnya Bu Vera?” tanya salah satu orang itu. “Iya saya sendiri. Ada perlu apa ya?” tanyaku balik. “Kami mau mengantar motor pesanan Anda,” jawab salah satu mereka dengan ramah. Aku mengernyitkan dahi, bingung dengan penjelasan mereka. “Maaf, Pak! Saya tidak sedang memesan
Read more
Mau Nebeng? jangan dong!
Sampai di kamar, aku meletakkan ponsel di atas nakas kemudian berbaring santai di ranjang. Aku benar-benar menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan. Baru sebentar meluruskan punggung terdengar dering ponsel yang berbunyi. Bangkit, berdiri aku menyambar benda pipih milikku lalu melihat layarnya. Sebuah kontak dengan nama Mas Farhan tengah melakukan panggilan. Kugeser layar dan panggilan kami segera terhubung. “Iya, Mas,” ucapku tanpa mengucap salam. “Lagi ngapain kamu, Ve? Sibukkah?” tanya suara bariton dari seberang sana. “Tiduran saja. Enggak sibuk kok,” ujarku. “Oh, kirain baru bangun,” canda Mas Farhan. “Iya kali jam sebelas baru bangun. Mau tidur lagi iya,” gerutuku sembari memonyongkan bibir. Meski tak melihat, aku yakin Mas Farhan tahu aku merajuk karena candanya. “Hahaha.... bercanda, Ve,” ucapnya. “Iya, aku juga tahu kok. Kamu lagi ngapain ,Mas?” Penasaran juga aktivitas Mas Farhan saat siang begini. Apa iya lagi rebahan juga. Pengangguran dong! “Lagi di bengkel,
Read more
IMITASI
Aku mematut diri di depan meja rias sederhana. Memindai penampilan dari pantulan cermin. Sengaja aku memakai make up tipis agar terkesan menghargai kedatangan mereka. Jantung ini berdebar-debar meski ini bukan kali pertama aku di lamar. Dulu saat Rizal yang melamarku aku tak segelisah ini. “Ve, ayo keluar! Mereka sudah datang!” ajak Ibu yang tanpa permisi masuk ke kamar. “Iya, Bu!” Aku berjalan mengekori Ibu ke ruang tamu lalu duduk di antara mereka. Kali ini lumayan ramai. Mas Farhan, adik dan Ibunya serta satu orang yang tak kukenal duduk berhadapan dengan keluarga kami. Pak Herman dan Bu Lili juga sudah hadir. Pun dengan Ela dan Rizal, mereka juga ikut dalam acara lamaran ini. Kami semua duduk di lantai.“Bapak-bapak dan Ibu-ibu sekalian, kedatangan kami kesini ingin melamar Nak Vera buat Farhan. Ini ada sedikit seserahan untuk Nak Vera. Totalnya 50 gram. Mohon di terima.” Tanpa basa basi orang asing yang bersama keluarga Mas Farhan membuka pembicaraan. Dia menyerahkan satu set
Read more
JEBAKAN BATMAN
Acara selesai. Keluarga Mas Farhan pamit pulang. Pun dengan Pak Herman, dia juga ikut berpamitan. “Nak Farhan, nanti kamu dan Vera temani Ibu cari rumah kontrakkan ya! Ibu mau tinggal di sini sampai kalian menikah,” ucap Bu Lily saat keluarga Mas Farhan hendak pergi. “Iya, Bu. Tapi nganterin mereka dulu ya sebentar,” sahut Mas Farhan sopan. “Aku ikut dong! Sekalian jalan-jalan,” rengek Linda. “Boleh,” Bu Lili tersenyum. “Ya sudah, sekalian saja berangkat bareng,” usul Ibu Mas Farhan. “Ayi, Ve!” “Sebentar, Bu!” Aku kembali masuk ke dalam, mengambil satu set perhiasan yang masih tergeletak di lantai lalu menyimpannya di kamar. Tanpa berganti pakaian, aku segera kembali bersama mereka. Setelah pamit pada Bapak dan Ibu, kami semua segera berangkat. Mas Farhan dan keluarganya, sementara aku ikut bersama Bu Lili dan suaminya. Sampai di rumah Mas Farhan, kami turun. Pak Herman langsung pulang karena ada urusan penting. Jadi, hanya kami berempat yang akan mencari kontrakkan. Aku, Bu
Read more
KENA KAU!
“Iya! Calon suamimu, Mbak! Dia sudah menipumu dengan memberi perhiasan imitasi. Dia cuma pura-pura kaya!” cibir Ela. Kualihkan pandangan pada Mas Farhan yang masih mengulum senyum tanpa berusaha berkilah. Bingung, aku berganti menatap Bu Lili yang sedari tadi asyik bengong. Dia hanya mengangkat kedua bahunya. “Bagaimana kalian tahu kalau ini palsu? Kenapa juga bisa ada di tangan Bapak?” Aku memberondong mereka dengan dua pertanyaan sekaligus. “Bapak sudah mengeceknya ke toko emas. Dan ternyata benar itu bukan asli. Bapak jadi malu kan!” keluh Bapak setengah membentak“Siapa yang suruh Bapak mengambil benda ini?” Kali ini aku balas membentak. Menurutku tak sopan jika Bapak mengambil benda pribadiku tanpa ijin apalagi sampai membawanya. “Bapakmu itu, Ve! Dia pasti berniat menjualnya. Tentu saja toko emas enggak mau beli. Makanya dia malu!” celetuk Linda yang sedari tadi diam. Masuk akal. Kalau cuma menanyakan keaslian seharusnya Bapak enggak perlu malu. “Benar begitu, Pak! Keterl
Read more
PESTA YANG SEPI
Dua hari ini aku tinggal di rumah kontrakkan bersama Bu Lily. Perempuan yang berstatus Ibu tiri itu bersikap baik padaku bahkan terkesan sayang. Kami disibukkan dengan pembahasan mengenai resepsi pernikahan. Dekor, rias, juga undangan kami bicarakan berdua. Walaupun baru kenal beberapa waktu lalu, kami cukup hangat. Kemarin kami sudah memesan gaun pengantin. Semula dia mengajak ke tempat temannya, tapi karena jarak yang terlalu jauh, akhirnya diputuskan memesan di tempat saudaranya Mas Farhan. Aku juga mengambil sebuah gaun untuk kupakai saat pernikahan Ela nanti. Bu Lili yang memilihkannya untukku. Soal biaya, dia yang bayar. Apa enggak enak coba?Pagi ini kami bersiap datang ke resepsi pernikahan Ela-adikku. Bu Lili membantuku memakai make up. Rupanya dia pemilik sebuah salon yang katanya lumayan terkenal. “Kamu cantik banget, Ve...” puji Bu Lili seusai mendandaniku. Aku memindai penampilan dari pantulan cermin. Berbalut dress brokat navy yang kontras dengan warna kulit, rambut
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status